Pov Dito
"Kalian yakin mau mendengarkan masalah yang sedang Lutfi alami sekarang?"tanyaku dengan serius
"Iya bang cepetan bilang dong, lama-lama gue timpuk juga lu bang." jawab Gita sembari gregetan dengan Dito dari tadi mengulur waktu terus.
"Eum Inn sebetulnya ini beneran rahasia yang harus gue simpen tapi berhubung Gita memaksa masalah yang sedang di alami abangnya sekarang." Dito menggeser kursinya mendekat ke arah Gita biar enggak ada orang lain yang mendengarnya. Dengan suara yang pelan Dito pun menghembuskan nafas dengan cepat, "Masalah Lutfi adalah dia lagi dilema banget antara mau melanjutkan kuliah s3 atau dia mengejar perempuan yang dia perjuangkan sekarang."
"Bohong banget lu bang iya kali masalahnya cuman sepele kayak gitu. Seperti bukan abang gue." jawab Gita menimpali percakapan mereka.
"Iya buat lu sepele Git tapi buat abang lu ini masalah
Hai guys gimana menurut kalian chapcter ini seru apa enggak nih? Bang Lutfi mulai menunjukkan sikap jahilnya yak Minta komen dan sarannya ya temen-temen Semoga aktivitas yang kita lakukan hari ini dilancarkan semuanya. Aamiin
Pov Lutfi Flashback Sepeda motorku sudah sampai di halaman parkir cafenya Dito, eits jangan kalian mikir gue makai mobil ya bukannya sombong tapi mobil gue emang sengaja enggak gue pakai. Gue lebih nyaman pakai motor daripada pakai mobil kecuali ada keperluan beli barang yang mengharuskan gue bawa mobil. Kota Semarang udah penuh dengan begitu banyak penduduk, bayangkan jika satu orang punya satu mobil hal ini akan memberi dampak kemacetan yang parah. Gue saranin aja sih buat kalian yang sekarang punya mobil lebih baik pakai motor aja guys, jangan sampai memperburuk kemacetan dan tentunya menambah polusi udara. Hari ini gue memang mau ketemu Dito secara langsung enggak enak bicarakan ini semua lewat telefon. Sebelum ketemu Dito alangkah baiknya gue pesen minum dan makanan lumayan buat mengganjal makan siang ini. Sambil mengotak atik ponsel yang sedang ku genggam
Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya. Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kita Bunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?" Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok." Bunda akhirna mas
Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya.Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kitaBunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?"Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok."Bunda akhirna masuk ke ka
****Setelah selesai mandi Bunda menghampiri Ayah, "Yah, kemarin siang ada laki-laki yang melamar putri kita. Menurut Ayah gimana?""Hah siapa laki-laki itu Bun? Putri kita masih kecil paling juga laki-laki itu ilmu agamanya masih cetek. Mengikuti zaman nikah muda tapi bekal agama belum ada.' tanya AyahZaman sekarang banyak sekali remaja mengikuti tren nikah muda tapi belum ada persiapan untuk menikah. Hanya bermodalkan cinta dan nekad, tanpa memikirkan kehidupan jangka panjang.Dari Alqomah, dia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Abdullah di Mina, lalu Utsman RA menemuinya untuk berbincang dengannya. Utsman bertanya kepada Abdullah, 'Hai Abu Abdurrahman! Tidakkah kamu mau jika kami mengawinkanmu dengan seorang gadis yang dapat mengingatkanmu sebagian dari masa lalumu?"' Kata Alqamah, "Abdullah menjawab, 'Jika kamu katakan itu, maka sungguh Rasulullah SAW telah bersabda kepada kita, "Wahai
*****Pov AndraGue memandangi perempuan berjilbab instan pink sedang melamun di teras depan rumahnya. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas melihatnya sedih seperti itu hati kecilku merasa tercabik-cabik. Gadis kecil yang menurutku pengganggu kini sudah beranjak dewasa.Kalian pasti pernah merasakan friendzone gue pun juga seperti itu, menjadi seorang playboy hanya ingin membuat perempuan itu cemburu. Sampai sekarang gue belum pernah melihat dia cemburu setiap gue jalan sama perempuan lain.Sebenarnya dia tahu nggak sih kalau sebenarnya gue tuh suka sama dia. Okelah dulu memang gue sempat mengelak tentang perasaan ini namun sekarang gue sadar tentang perasaan yang sekarang gue alami.Anggapan bahwa laki-laki itu enggak bisa peka itu salah nyatanya perempuan yang duduk di teras rumahnya sampai sekarang enggak bisa peka dengan perhatian yang selama ini gue tunjukkin ke dia.
***** Diibalik pintu yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang santai diam-diam seseorang sedang menguping pembicaraan Lutfi dan kedua orang tua mereka, yakni Gita. Dia berlari menuju kamar segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di bawah bantalnya. Setelah menunggu selama beberapa detik panggilan telefon tersambung. "Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Inn, lu hari ini di rumahkan?" "W*'alaikumsalam warahmatullah hiwabaraktuh iya ini gue di rumah, ada apa Git?" "Gapapa gue mau main aja di rumah lu, kalau gitu gue otw sekarang ya." "Oke." jawab Layinah di sebrang sana. Setelah panggilan telefon terputus Gita siap-siap menuju ke rumah sahabatnya. Gita b
Kalian tahu apa arti senja untuk kehidupan? Ya senja bagiku adalah dikala sesuatu yang bahagia tiba-tiba berubah menjadi duka. Semua orang menyukai senja dan semua orang selalu menunggu datangnysa senja.Namun tidak bagiku, aku tidak menunggu bahkan mengharapkan senja. Karena senja untuku adalah sebuah petaka yang dimana aku harus menyelesaikannya seorang diri.Ini kisahku seorang manusia yang selalu hidup kesepian, bukan kesepian yang mengharuskam tinggal sendiri tapi dia selalu kesepian karena sampai sekarang belum menemukan tambatan hatinya.Hari senin bagi semua orang adalah hari yang paling menyebalkan, dimana pagi hari banyak sekali orang berlalu lalang pergi sekolah, kuliah dan bekerja.Akupun juga sama sangat membenci hari Senin, yang dimana ada kuliah jam pertama dapat mata kuliah dan dosen yang susah pula. Jangan kalian bayangkan dosenku ini sudah tua, iya beliau dosen muda usianya 29 tahun.Aku mendengus "Huft...emang ini jam berapa sih pagi-pagi sudah teriak aja sih Bunda."
Hari ini seharusnya jadi hari libur buat bersantai di rumah karena kebetulan enggak ada mata kuliah. Namun dengan perasaan yang berat hati gue harus ke kampus buat cari buku. Kapan sih tuh manusia botak berhenti ganggu kehidupan gue enggak cukup apa sehari-hari dia ganggu kenyamanan dalam bertetangga.Sambil menunggu ke kampus lebih baik sekarang gue olahraga kecil di depan teras rumah.***"Pagi Om, masih pagi ngelamun aja Om atau jangan-jangan nih lagi nunggu pacar yang ke seribu atau ke seratus atau ke sejuta. Buset banyak banget dah, Om pacarmu banyak banget yak Om." sapaku dengan senyum lima jari"Heh... ngapain kamu anak kecil mengganggu pemandangan saya? Mau nambahin kotoran debu di rumah orang tua saya? Terserah saya dong mau ngelamunin pacar, orang tua atau bahkan selingkuhan hak saya. Sudah sana pergi dari sana hust..." ucap Andra sambil melambaikan tangan."Ini gue masih ada di halamanan rumah gue loh bapak Andra yang gue hormati kalau lag