Share

Senja Kian Memudar
Senja Kian Memudar
Penulis: Mawar_Biruku02

1

Penulis: Mawar_Biruku02
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-09 08:42:25

Kalian tahu apa arti senja untuk kehidupan? Ya senja bagiku adalah dikala sesuatu yang bahagia tiba-tiba berubah menjadi duka. Semua orang menyukai senja dan semua orang selalu menunggu datangnysa senja.

Namun tidak bagiku, aku tidak menunggu bahkan mengharapkan senja. Karena senja untuku adalah sebuah petaka yang dimana aku harus menyelesaikannya seorang diri.

Ini kisahku seorang manusia yang selalu hidup kesepian, bukan kesepian yang mengharuskam tinggal sendiri tapi dia selalu kesepian karena sampai sekarang belum menemukan tambatan hatinya.

Hari senin bagi semua orang adalah hari yang paling menyebalkan, dimana pagi hari banyak sekali orang berlalu lalang pergi sekolah, kuliah dan bekerja.

Akupun juga sama sangat membenci hari Senin, yang dimana ada kuliah jam pertama dapat mata kuliah dan dosen yang susah pula. Jangan kalian bayangkan dosenku ini sudah tua, iya beliau dosen muda usianya 29 tahun.

Aku mendengus "Huft...emang ini jam berapa sih pagi-pagi sudah teriak aja sih Bunda." Kataku sambil meraba jam di ponsel

"Ya Allah ini anak malah bengong, cepet mandi nak katanya ada kuliah jam pertama gimana sih malah bengong kayak kucing mau beranak." dengus Bunda sampai ke ubun-ubunnya.

"Ini jam enam pagi Inn, sana gih kamu mandi nanti bunda langsung bungkusin aja, daripada nanti terlambat 'kan." Bunda sambil menyiapkan bekal buatku

"Bun, airnya habis nih tolong dong di nyalain bisa-bisa aku nanti terlambat loh." Kenapa di saat situasi genting kayak gini ada acara air habis segala.

"Kamu habis ngapain sih sampai kesiangan begini?" tanya Ayah asik dengan korannya.

Aku nyengir. "tadi malam aku kan asik ..." Bunda datang lalu memotong ucapanku.

"Paling juga habis nonton drama korea Yah." jawab Bunda santai.

Menyebalkan sekali punya emak yang modelanya begini. Aku yakin pasti semalam Bunda diam-diam mengintip entah itu lewat jendela atau celah pintu sampai tahu aku semalam ngapain.

Dan ini salah satu alasan kenapa aku menolak panggilan telepon dari laki-laki, takut ketahuan sama Bunda.

"Sudah sekarang kamu berangkat kuliah sebelum semakin terlambat. Hari ini jadwal mengajarnya nak Andra kan?" tanya Ayah lagi.

Aku mengangguk. "iya Yah."

Enggak usah heran kenapa Ayah bisa tahu sebab beliau diam-diam menanyakan kegiatan di kampusku sama seseorang yang sangat menyebalkan.

***

Setelah beberapa kali menimang-nimang akhirnya aku berangkat dengan si Koala alias nama motor kesayanganku pemberian dari Ayahanda tercinta.

Kelasku sudah ditutup itu artinya dosennya sudah masuk antara maju dan mundur aku pun bingung.

"Ouh bagus ya jam segini baru sampai kenapa enggak masuk kelas? Pasti mengira saya sudah di kelas kan? Siapa namamu wahai anak muda?" tanya si dosen yang baik hati namun katanya bikin sakit hati.

Aku menolah kebelakang penasaran siapa yang berbicara padaku. Enggak mungkinkan si dosen botak itu belum masuk kelas mana ini sudah telat banget lagi. Pak botak kan orangnya paling displin sedunia.

"Hust...diem deh disana tuh kelas sudah mulai jadi percuma dong kalau gue masuk ke kelas, mending gue cabut ajalah enggak ada yang tahu selain lu." cerocosku tanpa melihat orang yang dibelakang.

Perasaan gue mulai kagak enak nih kayak pernah denger suara ini. "Eee assalamu'alakum eh..h anu pak saya kira tadi temen saya."

"Anda tidak lihat grup kelas, saya sudah bilangkan kalau saya sedikit terlambat, eh kagak taunya saya mendapati mahaiswsi saya sangat teladan mau bolos kuliah. Cepat masuk klas sebelum saya berubah pikiran." cibir Pak Andra.

"B-baik pak, terima kasih banyak pak Andra." Sumpah demi apa hari ini gue enggak dapat omelan, yang kalau dia sudah ngomong ngalahin kereta api.

"Assalamualaikum dan selamat pagi semuanya. Hari ini karena terakhir mata perkuliahan saya, saya tidak akan memberikan tugas UAS melainkan saya akan menggantinya dengan presentasi kelompok selanjutnya. Dan untuk mahasiswi saya yang terlambat, setelah ini temui saya di ruang dosen."

Andra sosok pria sekaligus dosen yang tegas, berwibawa dan layaknya pria di luar sana dia pun akan luluh dengan tingkah laku perempuan yang paling dia cintai. Andra ini selain dosen di kampusku dia juga tetanggaku yang paling menyebalkan. Gimana enggak menyebalkan coba kalau hobinya dia gonta ganti pacar.

***

"In, lu mau beli bakso ga?" goda Gita dengan candaannya.

"Ga usah pura-pura lupa lu, Git, gue 'kan mau ke ruangan si botak. Awas aja itu orang kalau sampai rumah gue aduin sama emaknya. Ini namanya penindasan dalam kemahasiswian dan ketenggaan." sungut gue

"Hahahaha, utututu sabar yak sayangku inget jangan sampai keceplosan kalau kalian tetanggaan." peringati Gita kalau si doi enggak mau ada yang tahu kita tetanggaan.

Setelah mengumpulkan niat dan tenaga akhirnya gue beranikan diri buat ngetuk ruangan si botak. Disini banyak sekali meja entah dimana mejanya si botak. Dengan kekuatan ajaibnya Doraemon gue nemu tuh orang yang lagi duduk santai dengan pulpen di atas kepala. Mirip bapak yang lagi nagih utang aja.

"Assalamualaikum pak Andra, mohon maaf ada apa ya bapak manggil saya ke sini?" batinku ini meja atau apa kok meja enggak ada buku atau map yang lainnya. Di taruh di mana tuh barangnya.

"Anda tahu kan kalau anda tadi terlambat, saya mau kasih Anda hukuman. Tulis artikel tentang Filsafat sedetail mungkin dan tentunya Anda ingat kan kalau saya enggak menerima copas dari g****e." Peringati si botak dengan pulpen yang masih di atas kepala. Gue heran dia tahu ga sih kalau ada pulpen di atas kelapanya eh maksud gue kepalanya.

"B-baik...pak Andra kalau gitu saya permisi mau ke perpustakaan buat cari bukunya." Ruangan kecil ini menambah kesan dingin sama seperti pria yang ada di hadapan gue ini.

"Saya kasih Anda waktu tiga hari, kalau Anda enggak bisa mengumpulkan dalam waktu yang sudah saya tentukan jangan harap nilai Anda akan keluar."

"Loh pak jangan gitu dong masak tiga hari, bapak tahu kan ini lagi musimnya mau UAS banyak yang cari bu..." gue aja belum nyelesain pembicaraan si botak main potong omongan orang

"Saya enggak mau tahu alasan apapun, Anda bisa cari di jurnal atau di perpustakaan digital atau bisa juga cari di perpustakaan daerah. Semua bisa asal tergantung niat Anda, sudah sana Anda boleh keluar dari sini." sambil mengibaskan tangannya sebagai tanda pengusiran.

"Baik pak, terima kasih buat tugas yang sangat istimewa ini. Saya permisi dulu pak, Wassalamu'alaikum pak Andra." gue langsung meninggalkan dengan hati yang dongkol.

Emang enak ya jadi Dosen, apa aja tinggal perintah. Mereka enggak tahu apa kalau mahasiswanya sangat kesulitan mencari buku disaat menjelang ujian begini.

Bab terkait

  • Senja Kian Memudar   2

    Hari ini seharusnya jadi hari libur buat bersantai di rumah karena kebetulan enggak ada mata kuliah. Namun dengan perasaan yang berat hati gue harus ke kampus buat cari buku. Kapan sih tuh manusia botak berhenti ganggu kehidupan gue enggak cukup apa sehari-hari dia ganggu kenyamanan dalam bertetangga.Sambil menunggu ke kampus lebih baik sekarang gue olahraga kecil di depan teras rumah.***"Pagi Om, masih pagi ngelamun aja Om atau jangan-jangan nih lagi nunggu pacar yang ke seribu atau ke seratus atau ke sejuta. Buset banyak banget dah, Om pacarmu banyak banget yak Om." sapaku dengan senyum lima jari"Heh... ngapain kamu anak kecil mengganggu pemandangan saya? Mau nambahin kotoran debu di rumah orang tua saya? Terserah saya dong mau ngelamunin pacar, orang tua atau bahkan selingkuhan hak saya. Sudah sana pergi dari sana hust..." ucap Andra sambil melambaikan tangan."Ini gue masih ada di halamanan rumah gue loh bapak Andra yang gue hormati kalau lag

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Senja Kian Memudar   3

    Pucuk dicinta ulangpun tiba Gita segera menyusul ke arah tempat gue. Dengan gaya khas dia yang pendiam, nundukin kepala sambil tersenyum dengan 5 jari."Lu serius dari tadi enggak nemu tuh buku? Perasaan materi itu mudah kok, di setiap pengantar filsafat pasti ada selipan tentang filsafat.""Ya Allah Gitaku sayang gue tahu ini mudah bagi lu yang pinternya ngalahin kucing tetangga yang beranak tapi masalahnya lu tahu 'kan ini akhir semester dan pasti banyak mahasiswa yang berburu buku. Nah kebetulan 'kan materi gue di pinjam sama beribu mahaiswa yang ada di sini."Gue bener-bener pasrahlah seandainya itu buku enggak ketemu dengan terpaksa gue copas aja, masalah nilai mah gampang tinggal bisikan aja tuh pak botak pakai sogokan adalan gue. Sogokan itu adalah gue ngadu aja sama bokapnya pak botak.Pak botak sama gue itu tetanggaan dari kecil, nah nyokapnya sayang banget sama gue tapi nyokapnya enggak sama seperti di film kok yang bakal jodohin anaknya sama or

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Senja Kian Memudar   4

    Alhamdulilah pencarian buku hari ini tidak sia sia, dapet tiga buku sekaligus tanpa pikir panjang gue langsung ke photocopy karena gue tahu bapak botak enggak bakal mau kalau sumbernya hanya di foto saja.Si botak itu tipe tipe dosen yang bikin bangkrut uang mahasiswa, kalau biasanya ada dosen yang nerima sumbernya hanya di foto saja. Berbeda dengan si botak sumber yang diperoleh harus berupa hard cover. Apa di kampus kalian ada dosen yang seperti itu guys? Kalaupun ada oke kita satu server."Pak, permisi saya mau photocopy buku ini mulai halaman 90 sampai halaman 150 seperti biasa ya Pak, bolak balik diperkecil dan tentunya kertas coklat." jelasku pada bapak photocopy."Asiap Neng.""Gile lu mah In, sudah kertas coklat diperkecil pula kasihan mata pak Andra bisa makin minus dah si doi. Hahaha." Gita tertawa terbahak-bahak"Iya gimana lagi Git lu tahu sendiri ini 'kan mau UAS harus pintar dalam mengirit uang. Salah sendirilah doi jadi orang kejam b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Senja Kian Memudar   5

    Pov Dito***Semenjak kejadian itu setiap kali Gita dan Ina datang, gue langsung turun sekalian mau lihat calon ibu dari anak anak gue. Gue yakin rasa ini bukan sekdar rasa suka atau kagum tapi rasa ini lebih ke rasa cinta, sekarang gue lagi nunggu sidang tesis dan setelah itu gue akan bener bener melamar Ina. Karena dari informasi yang gue dapet Lutfi sahabat gue kakak dari Gita ternyata juga suka sama Ina tapi Lutfi memilih untuk menyimpan rasa itu sendiri.Lutfi tahu kalau gue lagi deketin perempuan yang dia sukai, dia hanya tersenyum dan malah mendukung gue.Hari ini gue lihat kalau Gita datang ke cafe sendirian tanpa ada Ina di sampingnya perasaan gue jadi sedih banget enggak ketemu calon bini. Tapi tak apalah gue juga mau bicara serius sama Gita ini mulai perasaan gue yang bener bener serius sama Ina. Gue sambut Gita dululah mau baikin dia biar dia mau bantu gue."Assalamualaikum, Dek Gita, kok lu sendirian sih, calon bini Abang kemana

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Senja Kian Memudar   6

    Suasana kelas hari ini nampak sunyi belum terlihat ada tanda tanda kehidupan kalau kelas mau rame kecuali mahasiswi yang duduk paling belakang dengan balutan gamis berwarna coklat dan khimar warna biru. Sama sekali sangat tidak kontras namun begitulah adanya Ina kalau memakai pakaian pasti tidak akan kontras. Bikin sepet mata orang yang melihatnya. Dia terpaksa harus berangkat pagi karena enggak mau telat dan mendapat hukuman dari dosen botaknya sekaligus sih dia mau mengumpulkan tugas yang di berikan pak Andra."Ini orang kemana sih katanya nyuruh berangkat pagi buat ngumpulin tugas sampai sekarang belum nongol batang hidungnya." Sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.Sudah hampir 1 setengah jam Ina menunggu dosen tercinta tapi sampai sekarang belum datang juga. Ponselnya berdering melihat siapa yang menelfon sepagi ini. Orang yang di tunggu daritadi yang menelfon dirinya. Dengan penuh kesabaran dan menahan emosi Ina akhirnya mengangkat panggilan itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Senja Kian Memudar   7

    Setelah berkelut dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk tanya langsung sama botak. Dosa gue udah banyak masak harus di tambahi suudzon mulu sama botak."Saya beneran enggak tau maksudnya pak eh Mas Andra ngasih hadiah ini, tapi ini beneran gratiskan maksudnya enggak ada udang di balik rempeyekan?" memastikan maksud dari novel pemberian Andra."Anak tante nih suudzon sama Andra, aku ngasihnya tulus kok In. Suer dah enggak ada maksud apa apa."jawab Andra sambil melirik Bundanya Layinah.Bunda menyenggol kakiku pertanda gue harus nurut apa kata emakku ini. "Inna enggak boleh kayak gitu, Andra ini kan calon suami kamu. Harus nurut dong Inn."Entah kenapa Bundaku ini selalu menjodohkan gue sama botak. Apa enggak cukup gue ketemu dia di depan rumah dan kampus, gue enggak mau kalau dia jadi suami gue."Ouh tidakkk.....siapapun tolong selamatin gue. Bawain calon suami yang waras, enggak kayak botak ini." batinku sambil membayangkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Senja Kian Memudar   8

    Gita melihat abangnya seperti itu jadi kasihan dan tahu rasanya memendam perasaan bersalah dan perasaan cinta yang begitu dalam pada mantannya sekaligus sahabatnya sendiri. Lutfi abang dari Gita tahu setiap hari selalu memandang foto masa lalu bersama sang mantan. "Bang kenapa sih lu enggak ijinin gue bilang perasaaan lu yang sebanarnya sama Ina, abang tahu sendiri kan kalau Ina juga masih cinta sama lu." ucap gita dengan gemas. "Dek, abang itu enggak mau mengulang kesalahan yang sama. Abang pengin lihat Ina bahagia dengan Dito." jawab Lutfi sambil menghela nafas. Gita rasanya pengin nimpuk abangnya pakai bantal seberat 5kg, kenapa sih enggak sadar-sadar kalau mereka itu saling menyakiti satu sama lain. "Tap-pi bang, Ina baru bisa bahagia kalau sama abangku yang pinter tapi lemot, rese, menyebalkan. Kalian apa enggak sadar udah menyakiti perasaan satu sama lain?" teriak Gita. "Balikan bang! Balikan aja Ya Allah tapi balikannya abang serius jadiin

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Senja Kian Memudar   9

    Mentari di ufuk timur akan segera muncul, menandakan semua aktifitas pagi akan segera di mulai. Bunda sudah siap-siap buat membangunkan anak kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Layinah. Gadis manis nan imut tapi terkadang menyebalkan. Bunda mengetuk kamar putrinya tapi enggak ada tanda-tanda anaknya sudah bangun. Dengan insting seorang ibu, akhirnya Bunda membawa seekor hewan berbulu yang menggemaskan yaitu kucing dan di taruh di depan pintu kamar putrinya. Layinah ini sangat takut dengan kucing karena waktu kecil dia pernah di cakar, sampai sekarang jadi takut kalau ketemu kucing. Bunda mencari seekor kucing di depan teras rumahnya "Pus....pus....pus kamu di mana Cing kemari dong, Bunda punya ikan asin nih." Andra selesai joging di sekitar rumahnya dan melihat Bundanya Layinah langsung menyapa "Tante Ika lagi cari kucing siapa? Setahu saya di rumah kalian enggak melihara kucing." Pikir Andra. "Iya nak Andra kami enggak punya kucing ini loh tante ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08

Bab terbaru

  • Senja Kian Memudar   21

    ***** Diibalik pintu yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang santai diam-diam seseorang sedang menguping pembicaraan Lutfi dan kedua orang tua mereka, yakni Gita. Dia berlari menuju kamar segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di bawah bantalnya. Setelah menunggu selama beberapa detik panggilan telefon tersambung. "Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Inn, lu hari ini di rumahkan?" "W*'alaikumsalam warahmatullah hiwabaraktuh iya ini gue di rumah, ada apa Git?" "Gapapa gue mau main aja di rumah lu, kalau gitu gue otw sekarang ya." "Oke." jawab Layinah di sebrang sana. Setelah panggilan telefon terputus Gita siap-siap menuju ke rumah sahabatnya. Gita b

  • Senja Kian Memudar   20

    *****Pov AndraGue memandangi perempuan berjilbab instan pink sedang melamun di teras depan rumahnya. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas melihatnya sedih seperti itu hati kecilku merasa tercabik-cabik. Gadis kecil yang menurutku pengganggu kini sudah beranjak dewasa.Kalian pasti pernah merasakan friendzone gue pun juga seperti itu, menjadi seorang playboy hanya ingin membuat perempuan itu cemburu. Sampai sekarang gue belum pernah melihat dia cemburu setiap gue jalan sama perempuan lain.Sebenarnya dia tahu nggak sih kalau sebenarnya gue tuh suka sama dia. Okelah dulu memang gue sempat mengelak tentang perasaan ini namun sekarang gue sadar tentang perasaan yang sekarang gue alami.Anggapan bahwa laki-laki itu enggak bisa peka itu salah nyatanya perempuan yang duduk di teras rumahnya sampai sekarang enggak bisa peka dengan perhatian yang selama ini gue tunjukkin ke dia.

  • Senja Kian Memudar   19

    ****Setelah selesai mandi Bunda menghampiri Ayah, "Yah, kemarin siang ada laki-laki yang melamar putri kita. Menurut Ayah gimana?""Hah siapa laki-laki itu Bun? Putri kita masih kecil paling juga laki-laki itu ilmu agamanya masih cetek. Mengikuti zaman nikah muda tapi bekal agama belum ada.' tanya AyahZaman sekarang banyak sekali remaja mengikuti tren nikah muda tapi belum ada persiapan untuk menikah. Hanya bermodalkan cinta dan nekad, tanpa memikirkan kehidupan jangka panjang.Dari Alqomah, dia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Abdullah di Mina, lalu Utsman RA menemuinya untuk berbincang dengannya. Utsman bertanya kepada Abdullah, 'Hai Abu Abdurrahman! Tidakkah kamu mau jika kami mengawinkanmu dengan seorang gadis yang dapat mengingatkanmu sebagian dari masa lalumu?"' Kata Alqamah, "Abdullah menjawab, 'Jika kamu katakan itu, maka sungguh Rasulullah SAW telah bersabda kepada kita, "Wahai

  • Senja Kian Memudar   18

    Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya.Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kitaBunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?"Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok."Bunda akhirna masuk ke ka

  • Senja Kian Memudar   18

    Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya. Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kita Bunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?" Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok." Bunda akhirna mas

  • Senja Kian Memudar   17

    Pov Lutfi Flashback Sepeda motorku sudah sampai di halaman parkir cafenya Dito, eits jangan kalian mikir gue makai mobil ya bukannya sombong tapi mobil gue emang sengaja enggak gue pakai. Gue lebih nyaman pakai motor daripada pakai mobil kecuali ada keperluan beli barang yang mengharuskan gue bawa mobil. Kota Semarang udah penuh dengan begitu banyak penduduk, bayangkan jika satu orang punya satu mobil hal ini akan memberi dampak kemacetan yang parah. Gue saranin aja sih buat kalian yang sekarang punya mobil lebih baik pakai motor aja guys, jangan sampai memperburuk kemacetan dan tentunya menambah polusi udara. Hari ini gue memang mau ketemu Dito secara langsung enggak enak bicarakan ini semua lewat telefon. Sebelum ketemu Dito alangkah baiknya gue pesen minum dan makanan lumayan buat mengganjal makan siang ini. Sambil mengotak atik ponsel yang sedang ku genggam

  • Senja Kian Memudar   16

    Pov Dito "Kalian yakin mau mendengarkan masalah yang sedang Lutfi alami sekarang?"tanyaku dengan serius "Iya bang cepetan bilang dong, lama-lama gue timpuk juga lu bang." jawab Gita sembari gregetan dengan Dito dari tadi mengulur waktu terus. "Eum Inn sebetulnya ini beneran rahasia yang harus gue simpen tapi berhubung Gita memaksa masalah yang sedang di alami abangnya sekarang." Dito menggeser kursinya mendekat ke arah Gita biar enggak ada orang lain yang mendengarnya. Dengan suara yang pelan Dito pun menghembuskan nafas dengan cepat, "Masalah Lutfi adalah dia lagi dilema banget antara mau melanjutkan kuliah s3 atau dia mengejar perempuan yang dia perjuangkan sekarang." "Bohong banget lu bang iya kali masalahnya cuman sepele kayak gitu. Seperti bukan abang gue." jawab Gita menimpali percakapan mereka. "Iya buat lu sepele Git tapi buat abang lu ini masalah

  • Senja Kian Memudar   15

    Pov Layinah Hari semakin siang sebentar lagi jam mata kuliah akan berakhir, begitupun dengan perkuliahan yang mulai memasuki waktu liburan semester. Temen-temen termasuk aku sangat menantikan libur semester yang pertama. Ternyata seperti ini ya menjadi anak kuliahan masuk enggak sesuai dengan jadwal kalau dosen berhalangan masuk pasti di ganti hari lain, enggak seperti saat masih SMA jadwal pelajaran selalu tepat waktu sesuai dengan yang di jadwalkan oleh gurunya. Liburan anak kuliah juga menyenangkan di kampusku ini liburan semester kurang lebih 2 bulan beda dengan anak SMA yang mempunyai libur pada saat semester 1 hanya 2 minggu saja. Pantas sekali banyak anak kuliahan yang saat liburan semester di sambil buat kerja, 2 bulan gitu hanya di rumah doang pasti jenuh. Rasanya enggak sabar menunggu libur semesteran. Gita sepertinya masih kepikiran soal masalah abangnya buktinya dari tadi dia hany

  • Senja Kian Memudar   14

    Pov Gita Sebenarnya hari ini gue males berangkat kuliah, sudah 2 hari ini bang Lutfi setiap pulang dari minimarket terlihat lesu. Sepintar apapun bang Lutfi dalam menyembunyikan sesuatu, gue bisa merasakannya pasti ada masalah di minimarket bang Lutfi. Gue udah sampai di depan kelas sebagian teman sudah mulai memasuki kelas haanya tinggal beberapa teman saja, Layinah yang duduk sepertinya lagi serius membaca novel. "Assalamu'alaikum sahabatku serius amat neng? Novel baru nih." ucap gue sembari menarik kursi yang ada di sebelah Layinah. Layinah yang sedang fokus membaca novel langsung menoleh ke samping, "Eh....wa'alaikumsalam Git, iya nih novel hadiah yang kasih si botak." Gue tahu siapa yang di maksud sama Layinah novel baru itu pemberian dari pak Andra dosen sekaligus tetangga Layinah. Kalau seperti ini terus posisi bang Lutfi semakin susah buat deketein Layinah. "E cie dalam rangka apa nih pak botak kasih lu hadiah Inn?" tanyaku "En

DMCA.com Protection Status