Setelah berkelut dengan pikiranku sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk tanya langsung sama botak. Dosa gue udah banyak masak harus di tambahi suudzon mulu sama botak.
"Saya beneran enggak tau maksudnya pak eh Mas Andra ngasih hadiah ini, tapi ini beneran gratiskan maksudnya enggak ada udang di balik rempeyekan?" memastikan maksud dari novel pemberian Andra.
"Anak tante nih suudzon sama Andra, aku ngasihnya tulus kok In. Suer dah enggak ada maksud apa apa."jawab Andra sambil melirik Bundanya Layinah.
Bunda menyenggol kakiku pertanda gue harus nurut apa kata emakku ini. "Inna enggak boleh kayak gitu, Andra ini kan calon suami kamu. Harus nurut dong Inn."
Entah kenapa Bundaku ini selalu menjodohkan gue sama botak. Apa enggak cukup gue ketemu dia di depan rumah dan kampus, gue enggak mau kalau dia jadi suami gue.
"Ouh tidakkk.....siapapun tolong selamatin gue. Bawain calon suami yang waras, enggak kayak botak ini." batinku sambil membayangkan.
"Tante ini bisa aja sih, ouh ya udah Tan, Inn saya pamit dulu ini mau ke kampus lagi. Assalamualaikum" pamit Andra
"Ouh iya Nak Andra, waalaikumsalam hati hati di jalan calon menantu tante." jawab Bunda sambil melambaikan tangan.
Mobil Andra sudah menghilang dari peredaran rumahku. Ini saat gue harus bicara serius sama Bunda.
"Bun, Inna mau tanya dong sama Bunda."
Bunda masih setia dengan alat dapurnya."Hmm..tanya apa sih? Bunda lagi masak loh Nak, mending bantuain Bunda eh tapi jangan deh, kamu kalau bantuin bukannya masakannya jadi tapi malah berantakan."
Emang sih terakhir kali gue bantu Bunda masak itu 5 bulan yang lalu. Itupun juga Bunda terpaksa minta bantuan.
*******
Flashback"Kak tolong dong masakan Bunda di lanjutin paling tinggal goreng tahu doang kok. Bunda mau arisan nih udah telat nanti di marahi Bu RT. Bye assalamualaikum." teriak Bunda
Emang ya enggak inget umur, katanya kalau di rumah bicara yang lemah lembut enggak boleh teriak, lah Bunda malah teriak sendiri. The power of emak emak."Duh ini gimana coba caranya, katanya tinggal goreng tahu eh ternyata tahunya belum di kasih bumbu." gerutuku
Untung otak gue cerdas daripada bingung mending cari di youtube aja, pasti ada tutorial masak tahu. Kenapa di saat seperti ini sinyal malah susah.
Ahha akhirnya ada sinyal, ouh ternyata gitu cara masak tahu gampang itu mah tinggal di kasih garam sama air doang mah kecil. Setelah bertempur dengan alat dapur selama sepuluh menit, masakan tahu buatanku terpampang dengan sempurna. Kalau di lihat dari luat nilainya 80 lah, tapi enggak tau rasanya enak apa enggak.Gue baru tau sih ternyata masak itu susah. Masak tahu doang aja menghabiskan waktu bermenit menit. Pasti nanti Bunda pulang pulang terharu liat anaknya udah ada kemajuan bisa masak ya walaupun masak tahu.
"Assalamualaikum Inna, bunda pulang nih." teriak Bunda lagi.
"Waalaikumsalam Bunda, Inna lagi di dapur, habis masak tahu nih. Gimana sih Bun, katanya tinggal goreng doang ini mah tahunya belum di apa apain."
"Heh...anaknya Ayah kamu apain tahunya. Ya Allah Nak kamu kebelet nikah?" jawab Bunda sambil mukul lenganku.
"Astagfirullah Bun, maksudnya itu tahunya belum di kasih bumbu. Tadi Bunda kan bilang tinggal goreng bukan kasih bumbu. Taraa ini tahu buatan Inna loh Bun, gimana hasilnya Bun? Nilai 10 atau 9 nih?"
"Hahh...ini tahu model apa Inn kamu kasih apa kok bisa item kayak gini. Ini anak bener bener dah di suruh masak tahu aja malah gosong. Pasti rasanya enggak enak." ucap Bunda sambil bergidik ngeri liat penampilan tahuku
"Yach Bunda, cobain napa sih anakmu udah kerja keras masak tahu loh Bun." rayuku
"Hemm...ya udah lah Bunda cicipin dulu. Bismillah."Tahunya sudah masuk di perut Bunda. Tinggal nunggu komentar Bunda, pasti rasanya enak. Hitung mundur aja 5, 4, 3, 2, 1 dan taraa....
"Inna air mana air, kamu mau bikin Bunda darah tinggi, kamu masukin garamnya berapa sendok? Asin banget dah, kamu kebelet kawin? Sana minta Andra buat nikahin kamu" jawab Bunda sambil minum air putih.
Enak aja si Bunda, main minta si botak. Ogah gue, amit amit punya suami kayak dia. "Tadi di youtube bilang 1 sdm Bun, tapi kan aku enggak yakin jadi tak kasih 4 sdm deh. Pinter kan aku nih Bun?"
"Udah mulai sekarang kamu jangan pernah nyentuh dapur Bunda lagi. Awas kalau kamu masak ke dapur, Bunda nyuruh Andra buat nikahin kamu." ancam Bunda.
"Tahuku yang malang, kamu enggak ada yang makan nak, udah deh gue makan aja."Asap mulai keluar dari hidung, bener apa kata Bunda, ini tahu asin banget dah. Wah youtube menyesatkan ini, enggak lagi deh masak di dapur.
******
FlashonSejak itulah Bunda beneran takut kalau gue bantuin masak, takut nanti anak kesayangannya enggak cantik lagi. Gue juga sebenarnya pengin belajar masak, kodrat perempuankan berkubang sama dapur. Nanti kalau udah nikah mau di masakin apa suami gue.
"Inna bantu apa dong Bun, bantu liatin Bundaku yang kelewat cantik ini aja ya." Cengirku
"Heh dasar anak manja itu bukan bantuin tapi emang kamunya males bantu Bunda, udah tuh kamu bantu nyiapin piring aja di meja makan."
"Ouh ya Inn, kayaknya Andra beneran suka deh sama kamu kok. Udah kalau dia nembak kamu jangan mau, bilang suruh lamar kamu lumayan Inn dia kan dosen masa depan cerah loh."
Otomatis gerakan tanganku yang tadinya baru ambil piring langsung berhenti. "Bundaku sayang kan tau anakmu yang cantik ini enggak ada hubungan apa apa sama bot.." bisa di pasung gue sama Bunda kalau salah sebut nama tetangga kesayangannya. "eh maksudnya mas Andra. Kita aja kayak kucing dan tikus kok Bun, paling dia kasih hadiah itu karena ada sesuatu lagipula Bunda sendiri tahu kan kalau mas Andra udah punya pacar."
Bunda langsung menghampiriku yang lagi duduk santai di meja makan, tinngal tunggu masakan matang terus di siapin deh. "Enggak ah Inn, Bunda tuh yakin kalau Andra enggak serius sama pacarnya itu. Mbak Rika aja sampai maksa Andra buat nyuruh bawa pacarnya ke rumah, tapi kamu tahu jawaban Andra gimana Inn?"
Aku menggelengkan kepala "Enggak tahu, apa jawaban mas Andra Bun?" penasaran juga jawabannya botak itu gimana.
"Mah, enggak usah jauh jauh maksa Andra nyuruh pacar ke sini, calonnya kan ada di depan rumah kita alias si manja Layinah." ucap Bunda menirukan suaraya tante Rika.
Gue yang lagi main ponsel langsung nengok Bunda, antara beneran apa enggak ini. "Bunda tau kan kalau bohong itu dosa, jadi enggak boleh bohong sama anaknya."jawabku sambil menasehati Bunda.
"Serius Inn, Bunda enggak bohong kok Andra beneran jawab gitu kalau kamu enggak percaya tanya aja sama tante Rika."
Gita melihat abangnya seperti itu jadi kasihan dan tahu rasanya memendam perasaan bersalah dan perasaan cinta yang begitu dalam pada mantannya sekaligus sahabatnya sendiri. Lutfi abang dari Gita tahu setiap hari selalu memandang foto masa lalu bersama sang mantan. "Bang kenapa sih lu enggak ijinin gue bilang perasaaan lu yang sebanarnya sama Ina, abang tahu sendiri kan kalau Ina juga masih cinta sama lu." ucap gita dengan gemas. "Dek, abang itu enggak mau mengulang kesalahan yang sama. Abang pengin lihat Ina bahagia dengan Dito." jawab Lutfi sambil menghela nafas. Gita rasanya pengin nimpuk abangnya pakai bantal seberat 5kg, kenapa sih enggak sadar-sadar kalau mereka itu saling menyakiti satu sama lain. "Tap-pi bang, Ina baru bisa bahagia kalau sama abangku yang pinter tapi lemot, rese, menyebalkan. Kalian apa enggak sadar udah menyakiti perasaan satu sama lain?" teriak Gita. "Balikan bang! Balikan aja Ya Allah tapi balikannya abang serius jadiin
Mentari di ufuk timur akan segera muncul, menandakan semua aktifitas pagi akan segera di mulai. Bunda sudah siap-siap buat membangunkan anak kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Layinah. Gadis manis nan imut tapi terkadang menyebalkan. Bunda mengetuk kamar putrinya tapi enggak ada tanda-tanda anaknya sudah bangun. Dengan insting seorang ibu, akhirnya Bunda membawa seekor hewan berbulu yang menggemaskan yaitu kucing dan di taruh di depan pintu kamar putrinya. Layinah ini sangat takut dengan kucing karena waktu kecil dia pernah di cakar, sampai sekarang jadi takut kalau ketemu kucing. Bunda mencari seekor kucing di depan teras rumahnya "Pus....pus....pus kamu di mana Cing kemari dong, Bunda punya ikan asin nih." Andra selesai joging di sekitar rumahnya dan melihat Bundanya Layinah langsung menyapa "Tante Ika lagi cari kucing siapa? Setahu saya di rumah kalian enggak melihara kucing." Pikir Andra. "Iya nak Andra kami enggak punya kucing ini loh tante ma
Mentari di ufuk timur akan segera muncul, menandakan semua aktifitas pagi akan segera di mulai. Bunda sudah siap-siap buat membangunkan anak kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Layinah. Gadis manis nan imut tapi terkadang menyebalkan. Bunda mengetuk kamar putrinya tapi enggak ada tanda-tanda anaknya sudah bangun. Dengan insting seorang ibu, akhirnya Bunda membawa seekor hewan berbulu yang menggemaskan yaitu kucing dan di taruh di depan pintu kamar putrinya. Layinah ini sangat takut dengan kucing karena waktu kecil dia pernah di cakar, sampai sekarang jadi takut kalau ketemu kucing. Bunda mencari seekor kucing di depan teras rumahnya "Pus....pus....pus kamu di mana Cing kemari dong, Bunda punya ikan asin nih." Andra selesai joging di sekitar rumahnya dan melihat Bundanya Layinah langsung menyapa "Tante Ika lagi cari kucing siapa? Setahu saya di rumah kalian enggak melihara kucing." Pikir Andra. "Iya nak Andra kami enggak punya kucing ini loh tante mau cari k
Sarapan pagi berlangsung dengan lancar tanpa ada yang mengbrol saat makan, tanpa ada bantahan celotehan dari Ina. Biasanya kalau lagi makan seperti ini Ina akan berbicara soal mata kuliah yang susah, dosen yang pelit, teman sekelas yang menyebalkan. Tapi kali ini Ina diam seribu bahasa malu ada Andra ikut sarapan pagi dan duduk di sampingnya. "Alhamdulillah, masakan tante Ika beneran juara deh pokoknya mah top markotop" ucap Andra sambil mengacungkan jempolnya. "Tante seneng loh kalau nak Andra suka sekali sama masakan tante tapi sayang banget anak tante enggak mau belajar masak." jawab Bunda sambil menyindir anaknya. Ina yang melihat hal ini langsung dongkol mendengar jawaban bundanya, "Gimana mau belajar kalau setiap mau bantu selalu dilarang." batin Ina "Sudah...sudah ayo Ina dan nak Andra siap-siap dulu kalian kan harus ke kampus." Ayah menengahi biar tidak terjadi drama pagi ini. Andra bangkit dari kursinya, "terima kasih Tante Ika dan Om
Semua sudah siap tinggal mengeluarkan si Koala motor kesayangan gue habis itu langsung deh ke kampus, sebelum itu gue harus pamitan sama Bunda biar bagiamanapun doa orang tua di atas segelanya, "Bunda kalau gitu Inna pergi kuliah dulu ya, doakan putrimu bisa menyerap ilmu hari ini. Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Bunda." ucapku sambil mencium tangan Bunda. "Iya nak, bunda selalu mendoakan yang terbaik buat putri kesayangan bunda ini, Wa'alaikumsalam warahmatullah hiawabarakatuh hati-hati di jalan." *** Keadaan kelas masih terbilang sepi baru ada 5 temen sekalasku yang datang tapi Gita belum ada batang idungnya. "Apa gue coba telfon aja dia posisinya di rumah atau di jalan, kalau di rumah lumayan bisa lihat mantan. Eh...astagfirullah." ucapku sambil senyum sendiri. "Git, lu ada dimana sih? Masih di rumah atau di jalan?" "Ini gue lagi di jalan di antar sama mantan lu. Motor
***** Pov Lutfi Flashback Mobil Lutfi sudah terpakir rapi di halaman minimarket, suasana minimarket mulai tampak ramai dan berhubung ini malam minggu banyak sekali yang keluar masuk minimarketnya. Lutfi langsung memasuki ruangan karena para karyawaannya sedang sibuk melayani pembeli. Lutfi mau menghitung hasil penjualannya kemarin, berhubung dia taruh di brankas Lutfi membuka brankasnya, "Loh bukannya catatan keuangan terakhir hasil penjualan senilai 10 juta tapi ini di brankas kenapa tinggal 3 juta." batin Lutfi. Perasaan gue mulai enggak enak nih kemana perginya uang 7 juta itu. Kemarin enggak ada supplier yang datang. Lutfi mulai mengingat dia enggak mau berburuk sangka dulu, mmencoba mengingat dan memang enggak ada pengeluaran sama sekali. Untuk meredam kepanikannya dia memutuskan untuk pulang dan besok Lutfi bakal cari tahu kebenarannya lewat CCTV.
Pov Gita Sebenarnya hari ini gue males berangkat kuliah, sudah 2 hari ini bang Lutfi setiap pulang dari minimarket terlihat lesu. Sepintar apapun bang Lutfi dalam menyembunyikan sesuatu, gue bisa merasakannya pasti ada masalah di minimarket bang Lutfi. Gue udah sampai di depan kelas sebagian teman sudah mulai memasuki kelas haanya tinggal beberapa teman saja, Layinah yang duduk sepertinya lagi serius membaca novel. "Assalamu'alaikum sahabatku serius amat neng? Novel baru nih." ucap gue sembari menarik kursi yang ada di sebelah Layinah. Layinah yang sedang fokus membaca novel langsung menoleh ke samping, "Eh....wa'alaikumsalam Git, iya nih novel hadiah yang kasih si botak." Gue tahu siapa yang di maksud sama Layinah novel baru itu pemberian dari pak Andra dosen sekaligus tetangga Layinah. Kalau seperti ini terus posisi bang Lutfi semakin susah buat deketein Layinah. "E cie dalam rangka apa nih pak botak kasih lu hadiah Inn?" tanyaku "En
Pov Layinah Hari semakin siang sebentar lagi jam mata kuliah akan berakhir, begitupun dengan perkuliahan yang mulai memasuki waktu liburan semester. Temen-temen termasuk aku sangat menantikan libur semester yang pertama. Ternyata seperti ini ya menjadi anak kuliahan masuk enggak sesuai dengan jadwal kalau dosen berhalangan masuk pasti di ganti hari lain, enggak seperti saat masih SMA jadwal pelajaran selalu tepat waktu sesuai dengan yang di jadwalkan oleh gurunya. Liburan anak kuliah juga menyenangkan di kampusku ini liburan semester kurang lebih 2 bulan beda dengan anak SMA yang mempunyai libur pada saat semester 1 hanya 2 minggu saja. Pantas sekali banyak anak kuliahan yang saat liburan semester di sambil buat kerja, 2 bulan gitu hanya di rumah doang pasti jenuh. Rasanya enggak sabar menunggu libur semesteran. Gita sepertinya masih kepikiran soal masalah abangnya buktinya dari tadi dia hany
***** Diibalik pintu yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang santai diam-diam seseorang sedang menguping pembicaraan Lutfi dan kedua orang tua mereka, yakni Gita. Dia berlari menuju kamar segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di bawah bantalnya. Setelah menunggu selama beberapa detik panggilan telefon tersambung. "Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Inn, lu hari ini di rumahkan?" "W*'alaikumsalam warahmatullah hiwabaraktuh iya ini gue di rumah, ada apa Git?" "Gapapa gue mau main aja di rumah lu, kalau gitu gue otw sekarang ya." "Oke." jawab Layinah di sebrang sana. Setelah panggilan telefon terputus Gita siap-siap menuju ke rumah sahabatnya. Gita b
*****Pov AndraGue memandangi perempuan berjilbab instan pink sedang melamun di teras depan rumahnya. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas melihatnya sedih seperti itu hati kecilku merasa tercabik-cabik. Gadis kecil yang menurutku pengganggu kini sudah beranjak dewasa.Kalian pasti pernah merasakan friendzone gue pun juga seperti itu, menjadi seorang playboy hanya ingin membuat perempuan itu cemburu. Sampai sekarang gue belum pernah melihat dia cemburu setiap gue jalan sama perempuan lain.Sebenarnya dia tahu nggak sih kalau sebenarnya gue tuh suka sama dia. Okelah dulu memang gue sempat mengelak tentang perasaan ini namun sekarang gue sadar tentang perasaan yang sekarang gue alami.Anggapan bahwa laki-laki itu enggak bisa peka itu salah nyatanya perempuan yang duduk di teras rumahnya sampai sekarang enggak bisa peka dengan perhatian yang selama ini gue tunjukkin ke dia.
****Setelah selesai mandi Bunda menghampiri Ayah, "Yah, kemarin siang ada laki-laki yang melamar putri kita. Menurut Ayah gimana?""Hah siapa laki-laki itu Bun? Putri kita masih kecil paling juga laki-laki itu ilmu agamanya masih cetek. Mengikuti zaman nikah muda tapi bekal agama belum ada.' tanya AyahZaman sekarang banyak sekali remaja mengikuti tren nikah muda tapi belum ada persiapan untuk menikah. Hanya bermodalkan cinta dan nekad, tanpa memikirkan kehidupan jangka panjang.Dari Alqomah, dia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Abdullah di Mina, lalu Utsman RA menemuinya untuk berbincang dengannya. Utsman bertanya kepada Abdullah, 'Hai Abu Abdurrahman! Tidakkah kamu mau jika kami mengawinkanmu dengan seorang gadis yang dapat mengingatkanmu sebagian dari masa lalumu?"' Kata Alqamah, "Abdullah menjawab, 'Jika kamu katakan itu, maka sungguh Rasulullah SAW telah bersabda kepada kita, "Wahai
Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya.Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kitaBunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?"Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok."Bunda akhirna masuk ke ka
Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya. Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kita Bunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?" Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok." Bunda akhirna mas
Pov Lutfi Flashback Sepeda motorku sudah sampai di halaman parkir cafenya Dito, eits jangan kalian mikir gue makai mobil ya bukannya sombong tapi mobil gue emang sengaja enggak gue pakai. Gue lebih nyaman pakai motor daripada pakai mobil kecuali ada keperluan beli barang yang mengharuskan gue bawa mobil. Kota Semarang udah penuh dengan begitu banyak penduduk, bayangkan jika satu orang punya satu mobil hal ini akan memberi dampak kemacetan yang parah. Gue saranin aja sih buat kalian yang sekarang punya mobil lebih baik pakai motor aja guys, jangan sampai memperburuk kemacetan dan tentunya menambah polusi udara. Hari ini gue memang mau ketemu Dito secara langsung enggak enak bicarakan ini semua lewat telefon. Sebelum ketemu Dito alangkah baiknya gue pesen minum dan makanan lumayan buat mengganjal makan siang ini. Sambil mengotak atik ponsel yang sedang ku genggam
Pov Dito "Kalian yakin mau mendengarkan masalah yang sedang Lutfi alami sekarang?"tanyaku dengan serius "Iya bang cepetan bilang dong, lama-lama gue timpuk juga lu bang." jawab Gita sembari gregetan dengan Dito dari tadi mengulur waktu terus. "Eum Inn sebetulnya ini beneran rahasia yang harus gue simpen tapi berhubung Gita memaksa masalah yang sedang di alami abangnya sekarang." Dito menggeser kursinya mendekat ke arah Gita biar enggak ada orang lain yang mendengarnya. Dengan suara yang pelan Dito pun menghembuskan nafas dengan cepat, "Masalah Lutfi adalah dia lagi dilema banget antara mau melanjutkan kuliah s3 atau dia mengejar perempuan yang dia perjuangkan sekarang." "Bohong banget lu bang iya kali masalahnya cuman sepele kayak gitu. Seperti bukan abang gue." jawab Gita menimpali percakapan mereka. "Iya buat lu sepele Git tapi buat abang lu ini masalah
Pov Layinah Hari semakin siang sebentar lagi jam mata kuliah akan berakhir, begitupun dengan perkuliahan yang mulai memasuki waktu liburan semester. Temen-temen termasuk aku sangat menantikan libur semester yang pertama. Ternyata seperti ini ya menjadi anak kuliahan masuk enggak sesuai dengan jadwal kalau dosen berhalangan masuk pasti di ganti hari lain, enggak seperti saat masih SMA jadwal pelajaran selalu tepat waktu sesuai dengan yang di jadwalkan oleh gurunya. Liburan anak kuliah juga menyenangkan di kampusku ini liburan semester kurang lebih 2 bulan beda dengan anak SMA yang mempunyai libur pada saat semester 1 hanya 2 minggu saja. Pantas sekali banyak anak kuliahan yang saat liburan semester di sambil buat kerja, 2 bulan gitu hanya di rumah doang pasti jenuh. Rasanya enggak sabar menunggu libur semesteran. Gita sepertinya masih kepikiran soal masalah abangnya buktinya dari tadi dia hany
Pov Gita Sebenarnya hari ini gue males berangkat kuliah, sudah 2 hari ini bang Lutfi setiap pulang dari minimarket terlihat lesu. Sepintar apapun bang Lutfi dalam menyembunyikan sesuatu, gue bisa merasakannya pasti ada masalah di minimarket bang Lutfi. Gue udah sampai di depan kelas sebagian teman sudah mulai memasuki kelas haanya tinggal beberapa teman saja, Layinah yang duduk sepertinya lagi serius membaca novel. "Assalamu'alaikum sahabatku serius amat neng? Novel baru nih." ucap gue sembari menarik kursi yang ada di sebelah Layinah. Layinah yang sedang fokus membaca novel langsung menoleh ke samping, "Eh....wa'alaikumsalam Git, iya nih novel hadiah yang kasih si botak." Gue tahu siapa yang di maksud sama Layinah novel baru itu pemberian dari pak Andra dosen sekaligus tetangga Layinah. Kalau seperti ini terus posisi bang Lutfi semakin susah buat deketein Layinah. "E cie dalam rangka apa nih pak botak kasih lu hadiah Inn?" tanyaku "En