Beranda / Young Adult / Senandung Masa SMA / Bab 97 Ketika Menumpang

Share

Bab 97 Ketika Menumpang

Penulis: Arumi Sekar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-03 09:30:34

Davi baru saja hendak duduk di area tunggu, saat Ayla mendekat ke arahnya.

“Dav, udah kelar audisi? Lagi senggang nggak?” bisik Ayla.

“Ehhhh, senggang sih. Tapi bentar lagi gue balik. Lagi nungguin Pito beberes sama anak-anak tuh di teras. Kenapa, La?” sahut Davi setengah berbisik.

“Oh, oke. Jadi gini, gue mau minta tolong. Ini kan udah gerimis. Terus si Matari lagi nangis. Boleh nggak, gue tumpangin dia di mobil lo dulu sampe tenang. Gue mau nyari Arai dulu nih. Tadi dia kabur begitu aja,” jawab Ayla. “Nggak lama kok, paling cari warung rokok di sekitaran sini! Choki kan belom kelar, dia pasti nungguin Choki juga.”

Davi melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 4 lewat 15 menit. Pauline harus dia jemput setelah magrib, masih keburu sih kalau jalan jam 5. Semoga saja nggak macet.

“Boleh aja,” kata Davi sambil mengangguk.

“Ya udah, lo masuk dulu gih ke mobil, buat stand by

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Senandung Masa SMA   Bab 98 Candaan Pito

    Pito mengetuk jendela penumpang dengan hati-hati. Buih-buih hujan menempel di tangannya. Hujan sudah mulai mereda, namun Pito pasrah karena mendapatinya dirinya basah karena gerimis.Dia terkaget-kaget, saat Davi membuka jendela mobilnya, Pito melihat Matari duduk di samping Davi dengan mata sembab.“Eh, elo, Ri. Mmm, aduh jadi lupa gue mau ngomong apa. Itu, Dav, lo boleh cabut. Pengumuman masih 2 minggu lagi kok. Makasih ya udah gantiin Edo. Kata Edo, nanti lo mau ditraktir!” kata Pito.“Lo udah mau cabut?” tanya Davi.“Udah, nih gue mau cabut bareng anak-anak. Kita tadi mikir kalau bakalan dikasih tahu pengumuman lolos enggaknya sekaligus. Eh ternyata enggak. Nunggu ngabisin dulu seluruh band yang audisi selama 2 minggu, baru deh pengumuman,” jawab Pito.“Oh, gitu. Sorry, kayanya gue nggak bisa nebengin pulang. Lo kalo mau duluan, duluan aja gimana?” kata Davi sambil memberi isyarat bahwa ada Matari

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Senandung Masa SMA   Bab 99 Ciuman yang Pahit

    Arai tampak dingin saat melihat Matari turun dari mobil Jeep besar di depan rumah Rambo. Mobil itu langsung berlalu pergi. Arai tahu, itu mobil Davi. Entah bagaimana Matari bisa ke sini dengan cowok itu. Pikiran-pikiran negatifnya bermunculan.Hujan sudah berganti dengan gerimis. Arai melihat Matari masuk ke dalam rumah Rambo tampak gemetaran. Di luar, udara memang cukup dingin. Tak tega, Arai memberikan sweater abu-abunya pada Matari.Meski berbau rokok, Matari menerima sweater itu tanpa banyak bicara. Arai enggan membahas soal bagaimana dia diantar Davi. Mungkin Ayla ada sangkut pautnya dengan semua ini. Jadi dia merasa lebih baik fokus pada permasalahan mereka berdua.Matari duduk di sebelahnya sambil meminum air mineral yang dibawanya sejak tadi. Arai kembali bermain PS, meskipun hanya pencet-pencet nggak jelas sana-sini.“Lo main apa sih? Kalah tuh,” komen Matari yang tampak menyadari bahwa Arai sedang tak fokus.Arai tak menjawab.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-04
  • Senandung Masa SMA   Bab 100 Ajakan Prana

    Matari membawa copy-an artikel Sejarah, kemudian dengan disket milik Bulan, kakaknya, keluar teras rumah. Praja sedang menghitung uang di dompetnya.“Kenape lo malah ngitung duit? Mau traktir gue?” ledek Matari. “Di sebelah aja yuk copy-nya.”“Rameeee, lagi antri. Males gue. ada fotokopi yang laen nggak deket sini?” tanya Praja.“Ada sih, tapi gue izin dulu ama nyokapnya Sandra.”“Tuh bocah kemana? Nggak ada suaranya?”“Ke rumah temennya kerjain tugas kelompok. Udah arah balik sih.”“Oh, gitu. Ya udah ayok buruan, gue laper nih.”“Iya, iya. Tanteee! Matari mau keluar sama Praja nih, copy tugas. Tempat Bang Fachri rame banget. Jadi mau cari yang lain.”Tante Dina keluar sambil manggut-manggut. “Naik apa kalian?”“Motor, Tan,” kata Praja sambil nyengir, menunjuk motor kakak laki

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-04
  • Senandung Masa SMA   Bab 101 Warung Steak Kaki Lima

    Warung Steak yang dimaksud Praja, ternyata hari itu tak terlalu ramai. Mungkin karena jam makan malam sudah lewat dan ini termasuk hari kerja biasa. Beberapa meja terisi, namun yang kosong, jauh lebih banyak.Pelayan mengantarkan Matari dan Praja yang memilih di lokasi ber-AC. Udara panas Jakarta malam itu, membuat mereka memilih tempat yang nyaman.“Eh, lo biasa aja ya, tuh di meja tengah, ada si Davi sama Pauline,” kata Praja berbisik di telinga Matari.Matari melihat ke arah yang dimaksud Praja. Tepat saat itu Davi dan Pauline melihat kehadiran mereka dan melambaikan tangan.Sial. Kenapa harus ketemu Davi lagi? Kejadian tadi sore sebenarnya masih cukup membuatnya malu. Namun, dia tak ada pilihan lain selain cuma bisa pasrah.“Haiiii! Kalian berdua ke sini juga?” seru Pauline ramah.Matari cuma tersenyum canggung sambil mengangguk. Praja malah yang lebih supel.“Pau, lo berdua aja?” tanya Praja ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Senandung Masa SMA   Bab 102 Kisah Pauline

    “Maaf banget ya, Dav. Gue emang nggak boleh balik malem-malem, jadi kita langsung pulang aja,” kata Pauline memulai pembicaraan saat keduanya sudah di dalam mobil.“Santai aja, gue baru tahu kalo nyokap bokap lo straight ama ginian. Ternyata banyak juga ya cewek yang gue kenal, ortunya masih ketat banget,” timpal Davi sambil menyetir menuju ke rumah Pauline.“Ciyeee, emang siapa aja tuh cewe-cewenya? Lo nih playboy juga ya, siapa aja lo deketin?”“Playboy? Hahahah. Sadar diri kali gue, Pau, playboy juga butuh wajah ganteng minimal!”“Hahahaha, ya bagus deh kalo lo sadar diri. Tapi emang banyak yang deket sama lo kan? Jujur! Sepengetahuan gue, bukan cuma gue yang deket sama lo. Ada Pipit, ada Ayla, Matari juga mantan lo kan, masih deket tuh kalian berdua!”“Ya semua deket aja dulu, Pau, nggak tahu ke depannya gimana. Yang pasti gue sih sebisa mungkin sopan sama merek

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Senandung Masa SMA   Bab 103 Mencari Tahu Soal Gilang

    “To, hari ini sebelahan dong sama gue, gue mau nanya sesuatu sama lo,” kata Davi pada Pito.Kiwil yang baru saja datang, akhirnya pasrah harus duduk di sebelah Edo. Baginya tak masalah duduk di mana saja.Pito duduk dan langsung menyemprot parfumnya pada tubuhnya. Kadang, Davi ingin bertanya apakah Pito harus selalu seperti itu. Maniaknya pada parfum semakin menjadi akhir-akhir ini“Mau nanya apa lo?” tanya Pito sambil bersender. “Sebelum itu, thanks ya, kita semua lolos audisi. Tapi sorry banget lo cuma jadi pengganti karena Edo yang bakalan tampil buat audisi tahap 2 ini. Nggak papa kan?”“Lho bukannya pengumuman 2 minggu lagi?” tanya Kiwil yang langsung menyahut.“Gue udah dapet bocoran dari kakak kelas. Jadi kita bisa langsung siap-siap, biar bisa lolos ke 15 besar. Gosipnya sih, dari jarak pengumuman ke audisi selanjutnya tuh cuma dikasi waktu 2 harian,” kata Pito. &

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Senandung Masa SMA   Bab 104 Patah Hati Untuk yang Kesekian Kali

    Debuman suara tim basket di kejauhan tak membuat keramaian di sisi lapangan lain, tempat Davi dan ekskul outdoor lain berkumpul, mengurangi keriuhan mereka sendiri.Beberapa anggota ekskul tampak menunjukkan kebolehannya melakukan flip di sana-sini, termasuk Davi. Hingga akhirnya, Pito yang entah kenapa tiba-tiba tertarik join di club Mapala (Naik Gunung), yang merupakan cabang club di bawah ekskul outdoor, mendekatinya.“Kemarin, lo nanyain soal Gilang ya kalo nggak salah. Tuh doi lagi main basket di lapangan sana. Yang rambutnya dicat cokelat tua atau warna apa sih itu, nggak jelas. Yang pakai kaos warna kuning di dalem seragam,” kata Pito sambil menunjuk.Davi akhirnya memperhatikan cowok yang dimaksud. Setahu Davi, anak kelas 3 tidak diwajibkan ikut ekskul apapun untuk mematangkan persiapan ujian nasional. Jikapun iya, mereka harus bisa membagi waktu dengan baik.Namun melihat kepiawaian cowok b

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Senandung Masa SMA   Bab 105 Teler

    Arai memarkir motornya di rumah Rambo saat adzan maghrib terdengar di kejauhan. Choki tadi minta dijemput di sini. Arai yang sedang menemani adiknya sebentar karena ayah dan ibunya pergi ke rumah sakit lagi, akhirnya baru bisa datang saat kedua orangtuanya sudah kembali.Rambo sedang duduk-duduk di luar bersama Anton. Dia langsung menyapa Arai dengan sikap gembira yang aneh.“Araaaai, my friend. Mau jemput Choki ya?” tanya Rambo sambil merangkul Arai.Arai tahu, Rambo sedang setengah sadar. Entah mabuk, entah teler. Sudah didengarnya akhir-akhir ini bahwa Rambo mengkonsumsi permen berwarna pink aneh yang beredar diam-diam di antara geng mereka.Arai tahu itu obat-obatan terlarang yang sengaja diedarkan dengan harga kantong pelajar yang pas-pasan. Entah apa kandungan di dalamnya. Yang pasti, mereka akan seperti ini setelah mengkonsumsinya.Anton masih terlihat sepenuhnya sadar dan kondisinya cukup baik, karena dia masih bisa men

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09

Bab terbaru

  • Senandung Masa SMA   Epilog

    Dentingan alat musik keyboard mengalun pelan. Matari tahu itu intro lagu Hoobastank-The Reason. Tak seperti versi aslinya, ada intro tambahan panjang dari gitaris klasik setelahnya.Café rumahan yang tak terlalu besar di bilangan Jakarta Selatan, yang sebagian besar bertema outdoor, memamerkan sound system-nya yang minimalis tapi berkualitas. Café itu penuh dengan siswa-siswi kelas 11 IPS 1, yang salah satu siswinya mengubah café sedemikian rupa sehingga bisa menampung kurang lebih 50 orang.Matari baru tahu, Priscilla punya café rumahan kecil di depan rumahnya. Ulang tahun sweet seventeennya kali ini, diadakan di café rumahan miliknya sendiri. Waitress-nya saja terbatas, karena dari kalangan keluarga sendiri.“I'm not a perfect person… There's many things I wish I didn't do…,” si vokalis mengawali dengan suara yang mirip-mirip penyanyi aslinya, serta merta mem

  • Senandung Masa SMA   Bab 183 Calm Down

    Entah bagaimana Arai dan gengnya menyelesaikan permasalahan mengenai Sindhu. Namun, seminggu kemudian, Sindhu masuk dengan beberapa plester serta perban di wajah dan kakinya, setelah sebelumnya dia tak masuk 2 hari. Dia mengaku jatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Tapi Matari tahu, itu ulah Arai dan para cecunguk GWR.Yang lebih menakjubkan, Sindhu sudah tak berani menatap Matari secara terang-terangan. Sesekali jika kepergok, dia langsung memalingkan muka. Dia juga berubah menjadi lebih pendiam dan tak banyak omong seperti sebelumnya.“Rai, lo apain sih dia?” tanya Matari saat jam pelajaran olahraga berlangsung.Arai yang sedang menunggu giliran sepakbola, hanya tertawa-tawa.“Udah gue bilang kan, kalo permasalahan kandang sendiri mah nggak akan ketahuan. Gue jamin,” jawab Arai mengambang.“Dia bilangnya jatuh dari motor, itu beneran?” tanya Matari.“Ya enggaklah.”“Trus?&r

  • Senandung Masa SMA   Bab 182 Cerita Arai

    Setelah menceritakan semua yang dia dengar dari Daffa, wajah Arai tampak konyol. Dia malah setelah itu tertawa-tawa. Gigi taringnya, yang dulu menarik, sekarang terlihat menyebalkan bagi Matari.“Tenang, Ri. Tenaaaang aja. Gue mau kasih tahu kabar mengejutkan soal dia buat lo,” kata Arai kemudian.“Apaan tuh?” tanya Matari.“Kalo ada tambahan cerita gini, gue jadi ikutan pengen mukulin dia.”Matari tampak bingung. Arai kemudian melanjutkan bicara.“Jadiiii, anak-anak GWR itu mau mukulin dia udah lama. Kayanya sih minggu depan bakalan mukulin dia.”“Hah? Rame-rame?”“Iya, tapi aslinya tetep 1 lawan 1 lah, cuma emang kita dateng bareng-bareng. Mukulinnya gantian aja.”Matari bergidik takut.“Hei, udah biasa kaya gini di geng gue. Target sekolah lain emang lagi dipending dulu, mengingat kita diawasin banget kan sekarang sejak desas-desus peredaran

  • Senandung Masa SMA   Bab 181 Curhatan Matari

    Matari menghela napas, saat malam minggu itu, Arai untuk kesekian kalinya muncul lagi di rumahnya. Hebatnya, Tante Dina sekarang akrab dengannya. Bahkan Ayah, juga secara terang-terangan menyapa dengan lebih ramah seperti saat menyapa teman-teman perempuan Matari.Ayah bahkan tak pernah ramah pada Iko, tetangganya. Ataupun Praja, yang dulu sering mengantarkannya perempuan.“Elo kenapa tobatnya pas udah putus, bego? Nggak inget lo dulu nggak berani masuk ke sini?” ledek Sandra yang akan pergi bermalam mingguan dengan Cakra, seperti biasanya.“Diem aja lo bawel! Kan gue udah sering bilang, kalo statusnya temen, lebih santai,” jawab Arai membela diri.Matari cuma terkekeh dan memberikan asbak pada Arai. Cowok itu sedang merokok di sudut teras.“Auklah, gelap! Gue ke sebelah dulu ya, mau fotokopi dulu. Si Cakra nanti ngejemput di situ. Gue udah bilang nyokap sih, Ri,” kata Sandra sambil membuka pagar.Matari m

  • Senandung Masa SMA   Bab 180 Kejuaraan Basket Antar Sekolah

    Seluruh SMA Negeri dan Swasta yang mendaftar, akan datang bertanding di sekolah Matari secara bergantian merebutkan piala Basket antar SMA se-DKI. Seperti biasa, untuk acara pembukaan, banyak ditampilkan acara-acara penghibur seperti tari tradisional, paduan suara hingga cheers yang Bersatu dengan para breakdancer.Dari tempat duduk penonton, Matari bisa melihat bahwa Sindhu cukup mahir beratraksi meskipun tubuh cowok itu tak setinggi yang lain. Mengingat proporsi tubuhnya juga tambun.“Gue kaya liat bola hidup lagi beraksi tahu nggak?” ledek Kian berbisik pada Matari.Matari cuma tertawa kecil. Matari sejujurnya tak terlalu fokus. Karena acara ini, dia sebenarnya juga didapuk jadi panitia bergabung dengan para volunteer dari sekolah lain.Namun, karena dia ditunjuk ambil bagian di keamanan acara, tugasnya hanya mondar-mandir di area penonton, area sekitar lapangan, area luar dan lain-lain. Patrolilah istilahnya.“Gue patrol

  • Senandung Masa SMA   Bab 179 Cerita Daffa di Siang Hari

    Jam kosong hadir setelah sekian lama. Matari dan teman-teman di kelasnya bergiliran ke kantin untuk diam-diam membeli makanan. Sesuai arahan Daffa, agar pergi tak bersamaan dan cepat kembali. Berjaga-jaga kalau ada guru piket yang datang mengecek tugas yang diberikan.Dalam beberapa hal, Matari sudah mulai enjoy ada di kelas ini. Meskipun saat istirahat, dia akan nongkrong dengan Praja cs, namun, kelas ini tak terlalu buruk, meskipun Sindhu membuatnya tak nyaman.Matari baru kembali dari kantin, duduk bersama berdekat-dekatan dengan Kian, Yana, Priscilla dan Anya. Mereka sedang heboh membahas cerita hantu yang sedang hits menyebar di kalangan sekolah mereka. Kisah ini dialami oleh para anak kelas 10 yang kemahnya kali ini diadakan di sekolah, karena permintaan para wali murid.Sebagian besar dari mereka merasa keberatan diadakan di bumi perkemahan yang biasanya. Mau tak mau, akhirnya kemah diadakan di sekolah dengan mendirikan tenda di tepi-tepi lapanga

  • Senandung Masa SMA   Bab 178 Sindhu dan Jawabannya

    “Jadi, gue punya kakak perempuan. Kebetulan dia udah almarhumah. Sakit. Nah mukanya itu mirip banget sama Matari,” kata Sindhu mengawali. “Waktu kelas 1 alias kelas 11 dulu, pas liat dia nyanyi di kemah, gue sempet kepikiran. Tapi waktu itu gue tahu, Arai lagi mulai ngedeketin dia juga.”Daffa sedikit terenyuh saat Sindhu mulai bercerita bahwa Matari mirip dengan almarhumah kakak perempuannya.“Karena sekarang kita sekelas, gue jadi bisa perhatiin terus, jadi gue jadi beneran demen sama dia. Apalagi lo liat perhatiin deh bro, toket dia lumayan gede,” kata Sindhu sambil meraba dadanya sendiri. “Paslah sesuai sama tipe-tipe gue.”Daffa yang tadinya sedikit luluh kemudian berubah menjadi merasa jijik. Daffa tak tega jika harus menjelaskan perihal itu pada Matari. Daffa juga punya ibu dan kakak perempuan yang sangat sayang padanya. Dia tak bisa membayangkan jika kakaknya diperlakukan seperti ini oleh teman sekelasnya.

  • Senandung Masa SMA   Bab 177 Investigasi Daffa

    Daffa selesai mengabsen teman-teman satu kelas. Setelah Matari meminta bantuannya kemarin, Daffa jadi benar-benar menyadari ada yang tak beres dengan Sindhu. Apalagi saat selesai mengabsen barusan, saat Daffa memanggil nama Matari, Sindhu secara otomatis menoleh. Hal itu dia perhatikan, berlangsung dengan pasti selama 2 minggu berturut-turut setiap kali Daffa mengabsen.Keanehan lainnya, saat Matari harus menulis di depan sebagai sekretaris, Sindhu selalu memperhatikannya. Saat dia bengong memperhatikan, Daffa akhirnya bertanya juga. Sindhu bilang, karena tulisan Matari tak terlalu terlihat jelas di matanya yang minus, makanya dia hanya bisa bengong sambil memperhatikan papan tulis saja.“Kenapa lo nggak pake kacamata aja?” tanya Daffa.“Nggak, ah, kaya lo gitu? Nggak mau. Gue kan ikut ekskul breakdance sekarang, susah kalo pake gituan. Gue mah pake softlense aja, cuma ya tetep nggak maksimal. Minus gue udah gede,” jawab Sindhu d

  • Senandung Masa SMA   Bab 176 Bantuan Daffa

    “Eh, Matari! Lagi liatin apa lo? Serius banget?” tanya Daffa.“Kaget gue, Daf,” sahut Matari yang menyadari Daffa tiba-tiba berdiri di sebelahnya.“Elo sih serius banget. Coba gue liat, baca apa sih lo?”“Itu, lomba nulis cerpen.”“Wahhh, iya! Ikut lo? Mayan tuh hadiahnya! Laptop sama HP!”“Gue sih ngincer laptopnya. Kalo HP sih ya udahlah ya, gue udah punya.”“Heiii, itu HP seri terbaru! Udah berkamera pula. HP lo kan masih jadul, kenapa enggak?”“Iya juga sih. Juara berapa aja sih untung aja ini mah! Juara 3 sampe Harapan aja uang cash! Mayan juga kan?”“Iya, udah coba aja dulu! Lo kan ada bakat, jadi mending maju dulu aja. Kalopun nggak menang, ya udah nggak papa, nambah pengalaman. Kalo menang sih bonuslah, piagam itu bisa dipakek lho buat daftar uni nanti. Bisa ngebantu lo.”“Masa sih, Daf?”

DMCA.com Protection Status