Share

183. UJUNG TELAGA #1

Hal pertama yang kulihat ketika mataku terbuka: wajah Lavi.

Sorot kami semata-mata langsung bertemu. Lavi bahkan tersenyum seolah sudah menduga akan bereaksi seperti itu. Tentu saja aku mematung. Senyum yang itu seperti menggetarkan setiap jengkal tubuhku, membuatku tak mampu bergerak, membekukan darah, dan bola mata menenangkan itu masuk ke tubuhku.

“Selamat pagi?” sapanya, tidak yakin. “Sekarang sudah tidak pagi, sih.”

“Ng, selamat pagi,” balasku.

“Baru kutinggal sebentar—kau kenapa?”

Aku tidak yakin apa yang harus kukatakan karena perlu kuakui kepalaku cukup terdistorsi. Setengah karena Lavi, setengah karena aku belum mampu ingat apa yang terjadi terakhir kali. Jadi, aku mencari petunjuk, memandangi sekilas di mana aku berada—dan sekali lagi aku menahan napas.

“Kita di kamarku,” kata Lavi.

Dan itu benar. Aku tidur di ranjangnya, dia duduk di kursi kayu—te

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status