Share

188. UJUNG TELAGA #6

Matahari sudah terbenam. Secara teknis, aku tidak sabar lagi dengan malam, tetapi aku lebih tidak sabar berbaring di gerhaku yang seperti tidak pernah meledak.

Namun, ketika aku selesai membuka kunci pintu, memutar gagang semudah tidak pernah terjadi apa-apa—seseorang tinggi sudah berdiri di balik pintu, segera menyeringai, membuatku terkejut, menjerit, “WAA!” bahkan sampai membuatku melompat mundur, dan aku tidak berani menuntut karena Jenderal sudah berkata, “Merindukanku, Bocah Alam?”

Jantungku masih menderu kaget, dan secara teknis, aku hanya bisa berpikir Jenderal akan menghabisiku karena sudah menguping.

“Bocah Alam,” bisik Jenderal, tajam, mendekat. “Jawab.”

“Ya!” Aku melompat mundur. “Ya! Ya. Rindu Jenderal. Sangat.”

“Tapi aku tidak rindu denganmu!” protesnya.

Aku tidak tahu harus membalas apa, jadi aku hanya mengangguk.

Dan Jenderal masi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status