Share

189. UJUNG TELAGA #7

Sayangnya, niat Jenderal di Gerhaku bukan untuk melihat bunga biru.

Namun, keperluan itu perlu ditunda karena tiba-tiba aku perlu buang air kecil—setidaknya, itu yang kukatakan pada Jenderal. Yang sebenarnya terjadi: aku masuk kamar, mengunci pintu dengan harapan Jenderal tidak menerobos tiba-tiba, lalu dengan kepala pusing, aku berkata, “Aku tidak mengerti.”

Pendar putih itu sungguhan mewujud.

[“Ini bukan sesuatu yang sulit dimengerti, Forlan.”]

“Oh, tidak.” Aku meringis ngeri. “Sungguhan.”

[“Kurasa memang sudah waktunya terjadi.”]

“Pertama, bagaimana aku harus menyebut... mm, Bibi?” tanyaku.

Nuansa itu menghangat. Pendar putih Nadya tersenyum. Sangat penuh arti.

[“Dulu kau memanggilku Bibi. Nadamu biasanya lebih nyaring dari ini.”]

“Ng, oke. Boleh tanya sesuatu?” sahutku. “Tapi itu buka

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status