NAMPAK SEPERTI KELUARGA BAHAGIA"Ikan pindah sebesek harganya cuma sepuluh ribu paling mahal. Sedangkan aku adalah ikn asin jambal roti yang mahal! Legit! Hahahaha. Kau sama munafiknya dengan ibumu, Mulki! Sudah ah lelah berdebat denganmu," ucap Gendhis."Apa maksudmu? Tak usah membawa Umi ku lah dalam masalah ini. Bukankah ini hanya masalah kita anak-anaknya? Seperti anak muda saja, bawa Mbak Sifa dan aku, tapi rasanya melibatkan orang tua pada pembahasan seperti ini tak bijak," ucap Mulki."Bagaimana aku tak mengatakan munafik? Wong saat acara ceramah di tempat Bu Mirna saja membahas poligami, tapi anaknya tak mau di poligami. Bukankah harusnya apa yang di sampaikan seorang ustadzah berbanding lurus dengan apa yang di lakukan dalam rumah? Mengapa ini berbanding tebalik?" ledek Gendhis,"Coba sekarang nalar pakai logika saja, bukankah Umi mu itu tahu tentang diriku? Mengenalku dengan baik mungkin dari cerita versi anak perempuannya tentang kebusukanku? Wong kau saja yang adik lelakin
APAKAH KAU TAK MAU MENINGGALKAN AGAMAMU DEMI AKU?'Ting' satu panggil satu pesan masuk. Mereka menoleh secara tak sengaja bersamaan ke arah HP Gendhis yang memang berada di atas meja. Di wallpaper itu nampak bingkai foto seperti sebuah kelurga bahagia. Nampak Gendhis, anak lelaki, dan seorang koko- koko."Siapakah mereka sebenarnya?" batin Mulki dalam hati."Sebentar ya, aku angkat dulu," izin Gendhis.Mulki hanya menganggukkan kepalanya. Dia sok cuek dan tak peduli dengan semua tingkah Gendhis. Padahal dalam hatinya penasaran siapa yang memang sedang menelpon wanita itu, mencoba mencuri dengar sebisa mungkin."Iya, Ko. Aku sedang di cafe aja cari hiburan sebenar. Kai bersama Mama," ujar Gendhis."Oke aku akan pulang, kau bisa VC sejam lagi. Oke," kata Gendhis sambil menutup telponnya.Gendhis nampak bercakap dengan seseorang, mungkin lelaki yang ada di wallpapernya. Mulki memang memberikan waktu padanya dan membiarkan Gendis menyelesaikan pembicaraannya itu setelah selesai dan kem
APAKAH BENAR MAS RIO POLIGAMI?Gendhis terdiam dan menyadari kekonyolannya sendiri. Andaikan memang semua impiannya itu bisa di lakukan tentu saja sekarang dia sudah menjadi wanita yang amat sangat bahagia dan beruntung, karena hidupnya terasa sempurna. Namun sayang, Pohan pun tak bisa melakukannya. Dia sadar diri, mobil itu melaju menuju kediaman Bapak Rio.Sepanjang jalan Kai dan Gendhis bernyanyi, lagu dangdut yang dulu menjadi kegemaran Gendhis sekarang sudah berubah menjadi lagu coco melon dan balonku ada lima. Memang konyol sekali kalau di pikir- pikir, hidupnya langsung berubah gara- gara anak kecil di sampingnya. Jauh di lubuk hatinya, Gendhis berharap tak bertemu dengan Rio hari ini karena akan terlalu drama sekali jika ada dia.Apalagi acara tujuh harian almarhum Purwati sudah selesai dari kemarin. Gendhis melirik jam di dushboard mobil, jam menunjukkan jam satu lebih seperempat tanda sudah siang. Dia berharap Rio juga sudah pergi ke rumahnya itu yang menjadikannya ingin
BUDE ASIH ANTI PELAKOR INDONESIA!"Kai, awasi dengan benar. Jangan sampai cucuku lecet," tanpa sadar Suhadi menyebut Kai sebagai cucu."Cucu?" gumam Minah langsung terdiam"Apakah gosip yang beredar benar? Apakah Mas Rio poligami?" batin Minah dalam hatiMeski Minah cukup kaget namun sebagai seorang rewang yang baru bekerja hari ini, Minah pun hanya bisa diam dan tak banyak bicara selain iya- iya saja. Gendhis diam- diam cukup terkesan dengan ucapan Suhadi yang tak malu mengakui Kai."Bu, ini susunya di stroller. Tenang saja, Kai anteng kok. Dia tak takut dengan orang baru," ujar Gendhis yang di balas anggukan kepala oleh minah."Kita duduk di mana, Nduk?" tanya Suhadi."Apakah kau nyaman jika duduk di badukan sini? Biar bisa sekalian mengawasi anakmu juga, setidaknya meskipun kita berbicara dan mengobrol kau juga bisa melihat Minah mengawasi anakmu, Nduk. Bukankah kau juga akan lebih nyaman toh jika bisa melihat anakmu?" tanya Suhadi.Gendis pun menganggukkan kepalanya setuju denga
SURAT WASIAT!Terdapat banyak perhiasan dalamnya, nampak wajah Suhadi juga terkejut. Berarti memang Suhadi sengaja tak membukanya, dia takut nanti akan memancing amarah dari Asih. Suhadi melirik sekilas ke arah Asih, wajahnya datar saja."Tak bacakan ya suratnya ya," ucap Suhadi.Teruntuk Gendis wanita sundel yang sebenarnya aku benci, Namun apa dayaku sekarang, karena wanita sundal yang aku benci ini justru di cintai oleh anakku sendiri.Anakku ternyata lebih memilihmu dari pada aku, ya Rio lebih memilihmu daripada aku ibunya sendiri.Aku tak mengerti sebenarnya apa yang sudah kau lakukan padanya, guna-guna macam apa yang telah kau berikan kepada anakku sampai begini?Rio Gunawan, bocah pendiam dan penurutku bisa berubah menjadi pembangkang bahkan melupakan ibunya, anak, serta istri.Dia selalu beralasan cinta dan aku sangat membencinya. Sumpah mati aku tak akan ikhlas memaafkanmu itu yang aku rasakan sebelum tahu kenyataan ini.Aku bahkan mendoakanmu di setiap sujudku agar hidupmu
MASALAH AKTA!Mereka semua terdiam dengan pemikiran masing-masing. Setelah itu Bude Asih baru angkat bicara. Dia menghela nafas panjang, menguatkan hati dan menatap bergantian Suhadi dan Gendhis."Sudahi drama ini! Aku memang tak melarang Mbakyu ku memberikan atau mewasiatkan apapun kepada siapapun. Perkata harta dan bandaa dunia aku tak peduli! Tapi aku lebih peduli pada rumah tangga keponakanku!" bentak Bude Asih."Namamu itu lak Gendhis kan? Sebenarnya namamu cukup bagus arti dan maknanya, tetapi ternyata tidak berbanding lurus dengan kelakuanmu. Apa maksudmu mendekati keponakanku yang jelas-jelas sudah beristri? Tinggalkan dia aku masih berbaik hati padamu!" bentak Bude Asih."Maaf Bude sepertinya sampean salah paham. Saya di sini tidak mendekati Mas Rio, tapi saya...""Apa? Alasan apa yang akan kau katakan sekarang? Masalah anak? Aku tak menyalahkan anakmu meskipun aku ragu itu adalah anak Rio. Karena tak ada bukti, hanya saja aku tak ingin memperpanjang masala. Tapi jika sampai
TANTANGAN BUDE ASIH!"Rasanya kau terlalu mengada-ngada di sini! Sadarlah! Anak itu adalah anak haram, bukan anaknya tapi perbuatan kalian yang menghasilkan anak itu ku sebut haram. Aku tidak menyalahkan anaknya, anak itu suci dan tak ada yang namanya anak haram! Perilaku kalian yang menyebabkan anak itu terlahir menjadi haram. Lalu sekarang kau datang ke sini seolah-olah menjadi korban? Dengan alasan mencarikan akta untuk anakmu? Ck! Hahaha, apakah kau tak pernah berpikir sebelum bertindak, Gendhis cantik? Apakah kau tak punyaku otak? Katanya kau pandai, tapi kenapa kau tak punya pikiran?" sindir Bude Asih.Gendhis langsung terdiam. Rio memegang tangan Gendhis, sungguh melihat wajah wanita itu sedih membuat Rio sakit hati juga."Baby," panggil Rio lagi."BEBA BEBI! BABI? Kamu memanggil begitu di depanku Rio? Lancang kau!" tegur Bude Asih."Hey ingat istrimu di rumah mertuamu masih basah jahitan secarnya. Kau amnesia memiliki anak perempuan juga? Aku tak me
PAMIT! Gendis bergetar, bukan karena takut namun dia lebih pada tersentuh mendengar semua ucapan Bude Asih. Ucapan marah seorang Istri dan sayang seorang Ibu bercampur menjadi satu. Suhadi pun memasukkan semua perhiasan itu dalam dompet emas."Nduk, sudah tak usah di pikirkan semua ucapan Asih. Dia memang begitu, ambillah ini," perintah Suhadi. Gendhis hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Suhadi. Saat lelaki itu memberikan dompet emas itu bersama semua perhiasannya Gendhis menolak. Dia mengambil cincin batu safir biru dan memakainya di jari manis. Nampak cantik sekali, Gendhis jatuh cinta saat pertama kali melihatnya."Aku mengambil cincin ini saja, Pak. Yang lain Bapak simpan saja," tolak Gendhis."Jangan begitu, Nduk. Ini wasiat almarhum Ibu nya, Rio. Ambillah, rejeki jangan di tolak, toh ini bukan untukmu tapi untuk anakmu, cucuku! Ambil lah semua karena ini pesan almarhum, tolong hargai, Nduk. Kalau memang kau tak ingin jual, simpan saja. Barangkali suatu saat kau butuh untuk