Share

Chapter 4: Kehidupan Baru dan Hubungan Tak Terduga

Kiara Parvati merasa campur aduk antara rasa cemas dan keheranan saat dia mulai menjalani kehidupan barunya di kediaman Dalvin Pramoedya. Setelah pertemuan singkat dengan Irene dan percakapan dengan Dalvin, dia diperkenalkan pada banyak hal baru yang akan menjadi bagian dari hidupnya.

Pagi hari yang tenang dimulai dengan perkenalan kepada seluruh ajudan dan staf rumah tangga Dalvin. Kiara diperkenalkan kepada setiap orang dengan nama dan posisi mereka, mulai dari para pelayan hingga para asisten yang akan membantunya dalam berbagai hal sehari-hari. Semua orang di rumah tersebut tampak sangat profesional dan menyambut Kiara dengan sikap sopan dan penuh hormat.

"Selamat datang di rumah, nona Kiara," kata seorang wanita paruh baya yang tampaknya bertanggung jawab atas dapur dan kebutuhan sehari-hari. "Kami akan memastikan bahwa kamu merasa nyaman di sini."

Kiara mengangguk dengan senyum yang penuh terima kasih. "Terima kasih banyak. Aku sangat menghargai bantuan kalian semua."

Setelah perkenalan tersebut, Dalvin menemui Kiara dengan kabar baik. Kiara menyambut calon suaminya itu dengan senyuman lembut.

"Kiara, aku telah mengatur segala sesuatu untuk kedua orangtuamu. Mereka akan mendapatkan perawatan yang terbaik dan segala kebutuhan mereka akan dipenuhi. Jangan khawatir tentang hal itu. Fokuslah pada kehidupan barumu di sini."

Kiara merasa terharu dan sangat berterima kasih. Ia memegang tangan Dalvin, menggenggamnya dengan erat.

"Terima kasih, tuan Dalvin. Itu sangat berarti bagiku." tutur Kiara.

"Berhenti memanggilku tuan, aku calon suamimu Kiara. Panggil Mas saja, aku akan sangat senang jika kamu memanggilku demikian." ujar Dalvin lembut. "Ah ya, aku akan memperkenalkanmu pada orang kepercayaanku yang sudah kuanggap anak sendiri. Dimas, kemarilah."

Dimas, seorang pria berusia sekitar dua puluh lima tahun yang tampaknya seumuran dengan Kiara, diperkenalkan sebagai sekretaris kepercayaan Dalvin. Dimas memiliki penampilan yang rapi dan profesional, namun tatapannya tampak dingin dan kurang berkenan dengan kehadiran Kiara. Dimas mirip dengan aktor-aktor China yang memiliki dagu lancip serta kulit seputih porcelain, Kiara benar-benar merasa luar biasa karena tak hanya sang penguasa yang tampan di sini. Para ajudannya pun memiliki paras yang sangat menawan.

"Dimas, ini Kiara, calon istri keduaku. Dia akan tinggal di sini mulai sekarang," Dalvin memperkenalkan mereka dengan nada hangat.

Dimas hanya mengangguk singkat. Ia bersikap sangat profesional.

"Selamat datang, nona Kiara."

Kiara merasa tidak enak hati melihat sikap Dimas yang tampak kurang bersahabat. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang dan menghormati Dimas sebagai bagian dari lingkungan barunya.

Dimas kemudian diberi tugas untuk menemani Kiara dan membantu menyesuaikan dirinya dengan kediaman Dalvin. Selama beberapa hari berikutnya, Dimas menunjukkan berbagai bagian rumah yang megah dan menjelaskan fungsinya. Walaupun Dimas tidak terlalu banyak berbicara, Kiara menghargai upayanya untuk mengenalkan berbagai fasilitas dan memberi informasi penting tentang kehidupan di villa tersebut.

**

Dimas membawa Kiara ke toko gaun pengantin yang mewah untuk memilih gaun yang sesuai untuk pernikahan Kiara dan Dalvin. Toko tersebut penuh dengan gaun-gaun indah dan berkelas, membuat Kiara merasa terpesona. Dimas membantu memilihkan beberapa gaun yang bisa dipertimbangkan, meskipun dia tampak enggan dan lebih banyak berfokus pada tugasnya daripada berdiskusi tentang pilihan gaun.

Saat mereka berada di toko, Kiara merasa canggung dan bertanya-tanya bagaimana seharusnya bersikap. Akan tetapi ia memulai pembicaraan.

"Dimas, apakah kamu selalu bertugas dalam hal-hal seperti ini?"

Dimas mengangguk singkat. "Ya, aku bertanggung jawab untuk memastikan semua urusan berjalan lancar."

"Sudah lama bersama Mas Dalvin?" ujar Kiara lagi. "Maaf jika aku penasaran, akan tetapi aku juga belum mengenal jauh mas Dalvin."

Dimas hanya menghela napas dan memandang Kiara dengan tatapan tajam. Tatapan Dimas membuat Kiara canggung hingga ia berpura-pura memilih gaun.

"Nona, apa yang membawamu untuk menjadi istri kedua tuan Dalvin? Kau sangat muda dan cantik, bukankah gadis seusiamu enggan menikah apalagi dengan pria tua?" tanya Dimas.

Kiara memandangi Dimas. Lelaki itu hanya mengulas senyum sambil melihat ke arah gaun.

"Aku akan melayanimu sepanjang hidupku. Tentu aku harus mengetahui banyak hal mengenai majikanku sendiri, bukan? Maaf jika sikapku kurang membuatmu nyaman." tutur Dimas.

"Tidak mengapa Dimas, aku mengerti." ujar Kiara. "Aku hanya ingin menyelamatkan orangtuaku dari keterpurukan. Bukankah lebih baik menjadi istri kedua pria yang jelas seperti mas Dalvin daripada terjebak pria yang belum jelas?"

Dimas mengulas senyum. Ia menghela napas sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Nyonya Irene sudah menjauhi tuan Dalvin selama beberapa tahun ini. Beliau kanker ovarium dan menjalani beberapa kali pengobatan. Namun, sepertinya Nyonya menyerah terlebih lagi keluarga tuan Dalvin sudah menekan beliau agar memiliki keturunan di usia 45 tahun. Walau pedih, Nyonya Irene harus menerima kenyataan. Beliau sekarang hanya tengah menunggu ajal menjemput, penyakitnya sudah tidak bisa diselamatkan." terang Dimas.

Seketika Kiara merasa sangat sedih. Justru ia yang akan merebut posisi Irene untuk kedepannya. Kiara hanya berharap dirinya tidak menyakiti Irene lebih dalam.

"Terima kasih sudah menceritakan semuanya padaku, Dimas. Semoga kita menjadi teman yang baik."

Dimas mengangguk dan mengulas senyum. Sementara mereka memilih gaun, beberapa pengunjung di toko mulai memperhatikan mereka dengan tatapan penasaran. Beberapa dari mereka mulai bertanya-tanya apakah Dimas adalah calon pengantin pria, dan ini menambah rasa canggung di antara mereka.

Ketika Kiara memilih gaun yang dianggapnya cocok, Dimas tampak lebih ringan dan tidak lagi terlalu kaku. Meskipun dia tetap profesional, Kiara merasakan sedikit perubahan dalam sikapnya.

"Saat kamu memilih gaun ini, aku ingin kamu merasa cantik dan nyaman. Ini adalah hari penting dalam hidupmu," kata Dimas dengan nada lembut, meskipun dia masih terlihat agak formal.

Kiara tersenyum, "Terima kasih, Dimas. Aku menghargai bantuanmu."

Entah mengapa Kiara merasa bila Dimas memperhatikannya hingga Kiara bisa menatap dua sorot mata monolid itu dengan hangat. Seketika Dimas memalingkan wajah, mereka kemudian menyerahkan pilihan itu pads petugas.

Setelah memilih gaun, mereka kembali ke kediaman Dalvin. Kiara merasa sedikit lebih nyaman dengan situasi barunya. Dia mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan yang mewah dan rutinitas baru yang harus dijalani.

Dimas terus membantu Kiara dengan berbagai persiapan, termasuk membuat daftar kebutuhan dan memastikan bahwa semuanya siap untuk hari pernikahan. Meskipun awalnya dia tampak kurang berkenan, perlahan-lahan dia mulai menunjukkan sisi yang lebih ramah dan mendukung.

Kiara, di sisi lain, mulai merasa ada kecocokan dengan Dimas. Meskipun dia tahu bahwa hubungan mereka tidak lebih dari profesional, sikap Dimas yang mulai lebih memahami dan dukungan yang diberikan membuatnya merasa lebih diterima dalam lingkungan barunya.

"Nona Kiara, jika membutuhkan sesuatu aku akan melayanimu. Tuan Dalvin tidak selalu di rumah, karenanya aku bertugas melayanimu menggantikan tuan Dalvin." ujar Dimas.

"Tentu Dimas. Aku akan merepotkanmu mulai sekarang." ujar Kiara dengan lembut.

Dimas merasa jantungnya berdegup kencang saat ia melihat kedua bola mata Kiara. Kali pertamanya ia melihat seseorang yang begitu cantik juga begitu indah dalam satu wujud. Tidak heran jika Dalvin langsung menyetujui pernikahan keduanya dengan sosok seperti Kiara.

Seiring waktu, Kiara mulai melihat sisi lain dari Dimas yang lebih manusiawi dan mengerti. Ini membantu mengurangi rasa canggung dan membuat transisi ke kehidupan barunya menjadi sedikit lebih mudah. Meskipun perjalanan ke depan masih penuh dengan ketidakpastian, Kiara merasa bahwa dia mulai menemukan tempat dan dukungan dalam kehidupan barunya bersama Dalvin dan timnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status