Beranda / Rumah Tangga / Selir Hati Sang Penguasa / Chapter 29: Dua Dunia Yang Bertabrakan

Share

Chapter 29: Dua Dunia Yang Bertabrakan

Penulis: ARCELYOS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 23:16:41

Suasana di Bandara Ngurah Rai terasa hangat dan penuh kehidupan. Dalvin baru saja mendarat, dan meskipun sinar matahari Bali bersinar cerah, perasaan gelisah menggerogoti hatinya. Ia tahu Kiara dan Dimas sedang berada di sana, menikmati liburan, tetapi bayangan kecemasan tentang hubungan mereka menghantuinya.

"Kenapa aku harus merasa seperti ini?" gumam Dalvin pada dirinya sendiri sambil melangkah menuju pintu keluar. "Dia istri keduaku, tapi..."

Dari kejauhan, ia melihat seorang sopir yang memegang papan nama bertuliskan namanya. Setelah menjabat tangan sopir tersebut, Dalvin segera melesat menuju mobil yang menunggunya. Perasaannya campur aduk antara percaya dan ragu. Apakah Kiara benar-benar setia padanya, ataukah ia mulai terjerat dalam pesona Dimas yang lebih muda?

Setelah menempuh perjalanan singkat, Dalvin tiba di hotel tempat Kiara dan Dimas menginap. Ia langsung menghubungi Dimas melalui pesan singkat.

“Temui saya di lobi. Penting.”

Dimas menerima pesan itu dan segera bergega
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 30: Pertarungan Antara Cinta dan Kebencian

    Kiara terkejut saat mendengar suara Irene yang menggelegar di luar restoran. Wajahnya menjadi pucat, sementara Dalvin dan Dimas langsung mengalihkan perhatian mereka ke arah wanita yang baru saja datang.“Irene!” seru Dalvin, nada suaranya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam. “Apa yang kamu lakukan di sini?”Irene, yang duduk di kursi roda, mengarahkan tatapannya yang tajam ke arah Kiara. “Aku tahu ada yang tidak beres dengan kamu,” ucapnya sinis, suaranya bergetar penuh amarah. “Kau berani mengkhianatiku, Kiara?”Kiara merasakan ketegangan di udara, tubuhnya bergetar saat menghadapi tatapan membara Irene. “Nyonya Irene, bukan seperti itu...” Kiara mencoba menjelaskan, tetapi suaranya terhenti saat melihat kemarahan di wajah Irene.“Diam!” Irene teriak, dan semua orang di restoran menoleh ke arah mereka. “Kau tidak pantas mendapatkan kebahagiaan ini! Kau hanya istri kedua yang mencoba merebut semuanya dariku!”Dimas berusaha menenangkan suasana. Orang-orang di sekitar mulai mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 31: Hamil?

    Kiara terkulai di dalam mobil, lelah dan tidak berdaya. Setelah pertengkaran hebat dengan Irene, semangatnya runtuh. Perasaannya campur aduk—antara cinta yang terlarang dan ketakutan akan masa depan. Liburan yang seharusnya menjadi pelarian dari semua masalah, berubah menjadi mimpi buruk. Saat mobil berhenti di depan villa, ia terjatuh, dan semuanya menjadi gelap.“Nona Kiara!” teriak Dimas, langsung mengeluarkan tubuhnya dari mobil dan berlari ke arah Kiara. “Kita butuh bantuan! Cepat!” Dimas berteriak kepada petugas keamanan yang kebetulan ada di dekat situ.Dalvin yang terjebak dalam pikirannya, akhirnya menyadari sesuatu yang sangat penting. Ia langsung menghampiri Kiara yang tergeletak. “Kiara!” suaranya penuh kekhawatiran. Ketika Dimas membantu mengangkat Kiara, Dalvin merasa berat di dadanya. Ketidakberdayaannya menghadapi keadaan ini membuatnya merasa bersalah. Akhirnya beberapa petugas membantu mereka untuk membawa Kiara ke Rumah sakit.Di dalam ruang perawatan, tim medis b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 32: Pelukan di Antara Ketegangan

    Suasana di rumah sakit masih terasa tegang setelah kemunculan Irene di Bali. Namun, setelah ia pergi, Kiara merasakan semacam kelegaan, meskipun ketidakpastian masih menghantuinya. Dalvin dan Dimas berdiri di samping ranjangnya, berusaha menciptakan lingkungan yang lebih tenang bagi Kiara.Gadis itu terjebak dalam keadaan yang rumit. Kiara sungguh tidak menyangka bila pilihan hidupnya itu mengubah segalanya.Dalvin meraih tangan Kiara, menatapnya dengan penuh kasih sayang. Ia iba melihat kondisi istri keduanya itu.“Kiara, aku di sini untukmu. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama,” ucapnya dengan nada menenangkan.Kiara mengangguk, tetapi matanya tampak kosong. “Aku hanya merasa bingung. Kenapa semuanya harus jadi seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar. "Mas, tolong jangan buat aku menderita karena pilihanku menikah sama Mas."“Kiara, tidak ada yang menginginkan ini. Kita akan mencari solusi dan memastikan kau dan bayi ini aman,” kata Dalvin. “Aku tidak akan membia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 33: Dilema di Ujung Harapan

    Kediaman Kiara dan Dalvin terasa sunyi saat mereka kembali dari Bali. Senja mulai merayap masuk melalui jendela, menghaluskan tepi-tepi ruangan dengan cahaya oranye lembut. Kiara merasakan suasana berbeda setelah seminggu yang penuh warna dan kehangatan di pulau dewata. Kini, kembali di rumah, semua perasaan yang terpendam muncul kembali—kekhawatiran, ketakutan, dan harapan yang rapuh.Di ruang tamu, Dalvin tampak sibuk dengan berkas-berkas di meja kerjanya. Dia baru saja tiba dari kantor, dan tampak lelah. Meskipun raut wajahnya menunjukkan semangat untuk memulai perannya yang baru, Kiara bisa merasakan ketegangan di antara mereka. Sambil mengelus perutnya, Kiara berjalan dan duduk di samping Dalvin. Sang suami menoleh, mengulas senyum sambil mengelus perut Kiara."Mas tidak seharusnya bekerja terlalu keras, sayang," ucap Kiara, mengalihkan perhatian suaminya dari tumpukan dokumen."Ini adalah tanggung jawab yang besar, sayangku. Aku harus mempersiapkan segalanya dengan baik," jawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 34 : Jalan yang Tak Terduga

    Malam itu terasa panjang bagi Kiara. Setelah makan malam, suasana di rumah semakin tegang. Dalvin kembali ke mejanya, tenggelam dalam berkas-berkas dan panggilan telepon, sementara Dimas duduk di sebelahnya, memperhatikan Kiara yang tampak murung. Kiara berusaha menyibukkan diri, tetapi pikirannya terus melayang pada kemungkinan yang akan datang—tentang bayi yang akan lahir, tentang Irene, dan tentang Dimas.Setelah beberapa saat terjebak dalam pikiran, Kiara memutuskan untuk keluar ke teras. Ia membutuhkan udara segar, sebuah pelarian dari segala pikiran yang membebani. Dimas mengikutinya, merasa khawatir melihat ekspresi Kiara yang lelah.“Kiara, kau tidak baik-baik saja?” tanya Dimas dengan lembut.Kiara menarik napas dalam-dalam, menatap langit malam yang berbintang. “Entahlah, Dimas. Segalanya terasa begitu rumit. Bagaimana bisa satu keputusan bisa mengubah segalanya?”Dimas berdiri di sampingnya, merasakan ketidakpastian yang mengganggu Kiara. Gadis itu terjebak dalam posisinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 35 : Tawar Menawar Yang Menyayat

    Irene duduk di hadapan Kiara dengan tubuh yang sedikit gemetar. Wajahnya pucat, hampir seperti tidak berdarah. Mata cokelatnya yang biasanya tajam kini kehilangan sinarnya, menyiratkan kelelahan yang mendalam. Kiara, yang baru saja duduk di sofa ruang tamu, bisa merasakan getaran kegelisahan dari wanita di depannya.Mau bagaimanapun Irene berteriak tempo hari, itu tidak bisa menutupi keadaannya yang tengah sakit keras.“Kiara,” suara Irene terdengar lirih, hampir tak terdengar. “Aku tidak bisa lama-lama bicara, jadi aku akan ke intinya saja."Kiara menatap Irene lekat-lekat. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Irene, yang biasanya penuh dengan kebencian dan kemarahan, terlihat rapuh, seperti bayangan dari dirinya yang dulu. Sementara itu, Kiara hanya bisa merasakan kegelisahan yang tak terucap. Ia tahu kedatangannya kali ini bukan tanpa alasan.“Baiklah Nyonya, silakan bicara saja,” ujar Kiara hati-hati.Irene menarik napas panjang, tampak seolah-olah ia sedang mengumpulkan tenaga untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 36: Seperti Merebutnya

    Hari pelantikan Dalvin sebagai Gubernur semakin dekat. Di kediaman mereka, suasana tegang menyelimuti setiap sudut ruangan. Kiara duduk di sofa, menatap jendela dengan pikiran yang berkecamuk. Seharusnya hari ini menjadi momen bahagia, tetapi ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Ia tahu bahwa pelantikan ini tidak hanya berarti perubahan bagi Dalvin, tetapi juga bagi dirinya dan Irene.Sementara itu, Dalvin berdiri di dekat meja, mengatur dokumen-dokumen penting yang harus dibawanya ke acara pelantikan. Sesekali, matanya melirik Kiara, yang tampak terbenam dalam pikirannya.“Kiara,” panggilnya lembut, “apa kau baik-baik saja?”Kiara mengalihkan pandangannya, berusaha tersenyum. “Ya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit nervous,” jawabnya, meski hatinya dipenuhi rasa bersalah.“Jangan khawatir, semuanya akan berjalan lancar. Kau akan bersamaku di sana, dan kita akan menjalani ini bersama,” Dalvin mencoba meyakinkan, tetapi Kiara merasakan ketegangan yang tak bisa diabaikan.Ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 37 : Sorotan di Bawah Kilau

    Hari pelantikan Gubernur tiba dengan segala kemegahannya. Ruang aula gedung pemerintahan dihiasi dengan lampu kristal dan karpet merah yang terhampar dari pintu masuk hingga podium utama. Para pejabat penting, pengusaha, dan tokoh masyarakat berkumpul untuk menyaksikan momen bersejarah bagi Dalvin—suami Kiara—yang resmi diangkat sebagai Gubernur. Di balik kemegahan itu, Kiara merasakan kekhawatiran yang sulit ia sembunyikan.Kiara, gadis miskin yang kesulitan ekonomi sekarang menduduki posisi sebagai istri seorang Gubernur dan kehidupannya akan mulai disoroti banyak orang. Benar, seharusnya Irene saja yang di sana. Kiara rasanya belum bisa menerima banyak perubahan drastis itu, ia benar-benar merasa ketakutan."Kiara, semangat. Aku hadir di sini. Jangan khawatir."Cecilia datang karena ia memiliki jabatan dan juga tokoh berpengaruh di daerah. Setidaknya Kiara tidak merasa sendirian, bahkan Dimas juga hadir di sana, setia menemani Dalvin serta Kiara untuk memenuhi kebutuhan suami istri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 84: Dalvin dan Dimas

    Ruangan rumah sakit penuh dengan kesibukan. Dokter dan perawat berseliweran, membawa berbagai peralatan menuju ruang operasi. Di tengah suasana panik itu, Dimas berdiri di lorong dengan wajah tegang. Sementara itu, Dalvin berdiri tidak jauh darinya, rahangnya mengeras dan matanya tak pernah lepas dari Dimas.Dalvin bisa melihat cinta di mata Dimas. Tatapan mata yang belum pernah Dalvin lihat sepanjang hidupnya bersama Dimas. Karena itulah batin Dalvin berteriak, ia tidak mau melihat Dimas seperti itu.Dokter keluar dari ruang persalinan dengan langkah cepat, menghampiri mereka berdua. "Kami akan segera melakukan operasi caesar. Detak jantung bayi melemah, dan kami harus bertindak cepat," jelas dokter dengan nada serius."Dokter, tolong selamatkan mereka," ujar Dalvin tanpa ragu.Dimas mengangguk tegas. "Lakukan apa pun yang diperlukan. Jangan biarkan istriku atau bayinya terluka."Tatapan Dalvin berpindah ke Dimas, penuh kemarahan. Kata-kata dokter seolah tak terdengar, tenggelam ole

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 83: Dalvin Datang

    Di ruang kerjanya yang megah, Dalvin duduk termenung. Di hadapannya, segelas kopi yang sejak tadi tak tersentuh mulai mendingin. Sebuah laporan tebal tergeletak di atas meja, tak menarik perhatian Dalvin sama sekali. Pikirannya dipenuhi oleh satu nama—Kiara.Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, wajahnya tegas tapi penuh keraguan. Beliau adalah ajudan sekaligus Sekretaris yang kini menggantikan Dimas. Dalvin memutar bola mata, menatap pria itu saksama."Tuan Dalvin, laporan terakhir dari tim kami. Nona Kiara sudah dibawa ke rumah sakit di Amsterdam. Dari informasi yang kami dapat, kemungkinan besar beliau akan melahirkan dalam waktu dekat."Dalvin mengangkat wajahnya, tatapannya tajam. "Amsterdam? Jadi mereka benar-benar pergi sejauh itu..." gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Benar, Tuan. Tim kami memastikan Dimas masih mendampingi Nona Kiara. Mereka terlihat cukup hati-hati, tapi kami berhasil mengawasi pergerakan mereka," pria itu melanjutkan.Dalvin menghela napas

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 82: Tenangkan aku, Dimas

    Kiara terkulai lemah di atas ranjang hotel, matanya setengah terpejam karena kelelahan. Sejak beberapa hari terakhir, ia merasa gelisah dengan kontraksi-kontraksi palsu yang datang silih berganti. Setiap kali rasa sakit itu datang, tubuhnya menggigil dan perutnya terasa kencang. Meski begitu, ia tahu itu bukan tanda bahwa persalinan akan segera terjadi, tapi tetap saja, rasa tidak nyaman itu cukup membuatnya kelelahan."Aduh... Dimas..." Kiara mengeluh, memegangi perutnya yang semakin membesar.Kiara merasa sesak, dan kali ini rasa sakit itu seakan lebih kuat dari sebelumnya.Dimas yang berada di sampingnya, segera duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan Kiara dengan lembut. Sejak hari-hari terakhir di Amsterdam, ia tak bisa lagi menahan kekhawatiran melihat Kiara yang semakin menderita. Apalagi kalimat Dalvin, semua itu akan menjadi sebuah ancaman bagi Dimas dan Kiara ke depannya."Ada apa, sayang? Apakah rasa sakit itu semakin menjadi?" Dimas bertanya khawatir, matanya memandan

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 81: Dalvin Mengetahui Semuanya

    Dalvin duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh tumpukan berkas dan file penting yang menanti untuk ditandatangani. Namun, hari itu pikirannya teralihkan oleh laporan yang baru saja ia terima. Di meja kerjanya, ponsel bergetar, menandakan panggilan masuk. Dalvin mengangkat telepon dengan wajah serius."Tuan Dalvin, saya punya kabar penting," suara suruhan Dalvin terdengar dari ujung telepon. "Kami telah melacak keberadaan Kiara dan Dimas. Mereka berada di Amsterdam."Dalvin terdiam sejenak, terkejut mendengar berita itu. Jantungnya berdebar kencang, dan seketika rasa cemas menyelubunginya. Amsterdam? Kiara dan Dimas? Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa mereka akan pergi sejauh itu."Amsterdam?" Dalvin bertanya, berusaha tetap tenang meski hatinya berkecamuk. "Apa mereka melakukan perjalanan bersama? Ah ya tentu saja, maksudku apa mereka tinggal bersama?""Ya, Tuan," jawab suruhannya dengan nada hati-hati. "Mereka pergi bersama, dan yang lebih mengejutkan, mereka sudah

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 80: Diawasi

    Kiara duduk di sofa ruang keluarga dengan tangan memegangi perutnya yang semakin membesar. Wajahnya pucat, dan keringat dingin membasahi dahinya. Ia sering mengeluh mulas belakangan ini, dan rasa itu kian hari semakin intens. Dimas yang duduk di sampingnya tampak gelisah, mengawasi Kiara dengan tatapan cemas.“Kiara, kita harus pergi ke dokter sekarang,” desak Dimas, suaranya tegas namun penuh perhatian. "Ini dekat dengan HPL bukan?"“Tapi aku takut, Dimas,” jawab Kiara lirih. “Aku dengar prosedur pemeriksaan untuk pembukaan itu menyakitkan. Aku tidak tahu seperti apa, tapi katanya akan sakit.”Dimas menggenggam tangan Kiara dengan lembut. “Aku ada di sini. Apa pun yang terjadi, aku akan menemanimu. Ini demi kesehatanmu dan bayi yang kamu kandung. Jika nanti sakit, kamu boleh meremas tanganku dengan keras."Kiara menatap mata Dimas yang penuh keyakinan. Akhirnya, ia mengangguk meski hatinya masih dipenuhi kecemasan. Dengan sigap, Dimas membantu Kiara berdiri dan mengenakan mantel. Mer

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 79: Ambisi Cecilia

    Pagi itu, Dimas sedang sibuk di dapur. Ia mengaduk adonan pancake dengan cekatan sambil sesekali melirik ke arah Kiara yang duduk di sofa ruang tamu. Wanita itu tampak sibuk membaca buku tentang persiapan melahirkan, sesekali mengusap perutnya yang semakin besar. Dokter mengatakan bila menunggu dua minggu kedepan untuk melahirkan.“Kiara,” panggil Dimas dari dapur. “Kamu mau tambahan cokelat atau sirup maple di pancake-nya? Atau mau ditambahi ciuman dari aku?” imbuhnya.Kiara menoleh dan tersenyum kecil. Ia gemas pada Dimas yang sudah mulai gombal terhadapnya.“Sirup maple saja. Aku sedang mengurangi yang manis-manis. Kata Dokter berat badanku cepat naik, aku harus menjaganya supaya tidak sulit melahirkan."Dimas mengangguk, menuangkan adonan ke penggorengan. Suara desis adonan bertemu dengan wajan panas memenuhi ruangan, menciptakan aroma manis yang membuat suasana pagi terasa hangat.Namun, di tengah kehangatan itu, ponsel Dimas yang tergeletak di meja makan bergetar. Nama yang tert

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 78: Sakit di Dada

    Kiara terbangun di pagi itu dengan rasa sakit yang semakin mengganggu di dadanya. Beberapa kali ia terbangun dan meraba dadanya yang terasa sangat penuh dan membengkak. Setiap gerakan terasa begitu nyeri, dan meskipun ia mencoba untuk tidur, rasa sakit itu tak kunjung mereda."Ahh..." Kiara mengeluh pelan, meremas bantal yang ada di sampingnya. Ia tak bisa menahan rasa tidak nyaman itu lebih lama. Tak ada yang bisa membantunya kecuali Dimas, yang tidur dengan tenang di sebelahnya.Dimas yang terbangun mendengar suara desahan Kiara segera menoleh. "Kiara? Kamu kenapa?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran. Matanya masih setengah terpejam, namun ia bisa melihat ekspresi kesakitan di wajah Kiara.Kiara menatap Dimas dengan tatapan penuh harap. "Dimas, dadaku... Sakit sekali," kata Kiara dengan nada lemah. "Aku merasa seperti hampir meledak, ini lebih sakit dari kemarin saat kamu memompanya. Keringatku juga dingin."Dimas menggaruk tengkuknya, sedikit bingung. Ia tidak tahu bagaimana har

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 77: Menyusun Rencana

    Cecilia melangkah keluar dari bandara dengan perasaan campur aduk. Di tangannya, ia menggenggam tiket pesawat yang baru saja ia gunakan untuk kembali ke Indonesia. Hatinya penuh dengan kecemasan dan tekad. Ia tahu, apa yang akan ia lakukan hari ini akan mengubah banyak hal, terutama bagi keluarga Kiara.Keluarga Kiara harus tahu bila putrinya hidup. Hanya itu yang ada di benak Cecilia.Perjalanan ke rumah keluarga Kiara terasa lebih panjang dari biasanya. Ia memandangi jalanan yang penuh kenangan, mengingat bagaimana dulu ia dan Kiara sering melewati jalan ini bersama. Kini, Kiara berada ribuan kilometer jauhnya, berjuang untuk hidup dan bayinya, sementara orangtuanya di sini tidak tahu apa-apa.Ketika mobil berhenti di depan rumah besar dengan taman rapi, Cecilia menarik napas dalam-dalam. Ia turun dari mobil dan melangkah ke pintu depan. Tangannya gemetar saat mengetuk pintu, seolah ia membawa beban yang terlalu berat untuk disampaikan. Semua salahnya, ia yang telah membawa Kiara da

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 76: Titah Kegelapan

    Di sebuah ruangan besar dengan pencahayaan redup, Irene duduk di kursi roda mewahnya. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi, namun matanya menyiratkan kebencian yang dalam. Wanita itu belum puas dengan apa yang terjadi di hidupnya. Ia ingin siapapun yang ia benci, hancur lebur tak bersisa.Di hadapannya berdiri lima orang pria berpenampilan garang, berpakaian serba hitam, dengan wajah tanpa belas kasihan.Irene memutar cangkir teh di tangannya, aroma melati memenuhi udara. Ia menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya berbicara dengan suara rendah namun penuh wibawa.“Kalian tahu kenapa kalian ada di sini?” tanya Irene, suaranya nyaris seperti bisikan namun cukup untuk membuat semua pria itu tegang.Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya, maju selangkah. “Kami akan mendengar perintah Anda, Nyonya. Kami siap menjalankan apa pun yang Anda inginkan.” ujar pria itu dengan tatapan tajam.Irene tersenyum tipis, namun senyumnya dingin seperti es. Wani

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status