Beranda / Rumah Tangga / Selir Hati Sang Penguasa / Chapter 15: Pertemuan Malam di Taman

Share

Chapter 15: Pertemuan Malam di Taman

Penulis: ARCELYOS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-29 15:25:46

Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Kiara berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang tampak lelah. Surat dari Irene masih tergenggam erat di tangannya. Ia belum bisa memutuskan, apakah ia akan benar-benar menemui Irene di taman belakang, atau lebih baik membiarkan rasa penasaran ini terpendam.

Namun, ada sesuatu yang mendorongnya. Rasa ingin tahu yang tak bisa ia abaikan. Apa yang Irene ingin bicarakan? Kenapa harus diam-diam, di malam hari, tanpa sepengetahuan Dalvin?

Kiara menghela napas panjang dan menatap keluar jendela kamarnya. Langit malam gelap, hanya diterangi oleh bulan pucat yang menggantung di atas sana. Ia tahu, jika ia keluar sekarang, tak ada yang akan menyadari. Dalvin sedang di ruang kerjanya, mungkin tak akan peduli pada kepergiannya. Dimas juga pasti sudah beristirahat setelah seharian menemani mereka.

Ia menarik selimut tipis dari tempat tidur, membungkus tubuhnya yang dingin. Setelah menarik napas dalam-dalam, Kiara akhirnya memutuskan. Ia akan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 16: Rahasia Dalvin

    Udara malam yang dingin terasa semakin menusuk ketika suasana di taman berubah tegang. Kiara berdiri membeku di antara Dalvin dan Irene. Kata-kata Irene tadi terus menggema di kepalanya. Ada sesuatu yang disembunyikan Dalvin. Sesuatu yang besar.Dalvin menatap Irene dengan mata penuh amarah, tetapi seolah-olah menahan dirinya agar tidak meledak di depan Kiara. Irene mendampinginya selama 15 tahun, apa yang hendak Irene katakan pada madunya itu?“Kau sudah melampaui batas, Irene,” ucapnya dengan suara rendah namun tajam.Irene tersenyum sinis, tidak gentar sedikit pun dengan ancaman suaminya. “Batas?” Irene tertawa kecil. “Aku sudah hidup di bawah ‘batas’ itu selama bertahun-tahun, Dalvin. Sekarang, aku tidak punya apa-apa lagi untuk ditakutkan. Kau mungkin bisa menakut-nakutiku dulu, tapi tidak lagi sekarang.”Kiara memandang mereka berdua dengan kebingungan. Ia merasa seperti orang luar yang tidak tahu apa-apa tentang permainan yang sedang terjadi di antara Dalvin dan Irene. “Apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 17: Pilihan yang Sulit

    Kiara terdiam mendengar kata-kata Dimas. Jantungnya berdegup semakin cepat, namun ia tidak tahu apakah itu karena ketegangan atau karena sesuatu yang lain. Dalam beberapa bulan terakhir, Dimas memang selalu ada di sampingnya—mendengarkan keluhannya, memberi saran, bahkan menjadi sandaran ketika dia merasa tak mampu menghadapi tekanan pernikahannya dengan Dalvin. Tetapi kini, setelah mendengar janji yang keluar dari mulut Dimas, Kiara merasa semua menjadi semakin rumit.“Dimas… aku…” Kiara menggantungkan kata-katanya. Kiara tidak tahu harus mengatakan apa. Pikiran tentang Dalvin, Irene, dan sekarang Dimas berputar-putar dalam kepalanya, menciptakan badai yang semakin tak bisa ia kendalikan.Dimas memandang Kiara dengan penuh perhatian. Ia maju selangkah, tapi masih menjaga jarak. “Kiara, aku tidak ingin membuatmu merasa tertekan. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau tidak sendiri. Apa pun keputusan yang kau ambil, aku akan mendukungmu.”Kiara menunduk, merasakan air mata mengalir lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 18: Dimas dan Bayangannya

    Kiara berdiri membeku di ambang pintu, terpaku oleh pernyataan cinta yang baru saja diucapkan Dimas. Kata-kata pria itu menggema di kepalanya, berulang kali. Ia merasa bagaikan tersedot ke dalam pusaran emosi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cinta? Bagaimana mungkin Dimas, sekretaris dan asisten pribadi Dalvin, bisa mencintainya?Dimas menatap Kiara dengan penuh keraguan, tapi di balik keraguan itu, matanya memancarkan ketulusan yang tak terbantahkan. Selayaknya seseorang muda yang kasmaran, Kiara merasa jantungnya berdebar lebih cepat.“Kiara, aku… Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa lagi berpura-pura. Selama ini aku menahan perasaan ini, tapi melihatmu semakin terluka setiap hari, aku tak sanggup lagi. Aku mencintaimu.”Kiara terisak pelan, air matanya mulai mengalir tanpa bisa ia tahan. Cinta. Kata itu menusuk hatinya. Ia tidak pernah mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Dalvin, suaminya sebelum hari ini. Bahkan ketika Dalvin berusaha memperbaiki hubungan mereka,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 19: Aku Tidak Menyukai Kau Bersamanya

    Chapter Baru: Di Antara Dua DuniaKiara duduk di tepi tempat tidur, kepalanya masih berdenyut akibat semua yang baru saja terjadi. Dalvin sudah kembali pada kesibukannya bekerja, dan keheningan di rumah membuat pikirannya melayang. Perasaan yang ia rasakan tadi malam, ketika Dimas menyatakan cintanya, masih membekas begitu kuat. Ada perasaan bersalah yang terus menghantui, tapi di sisi lain, ada kelegaan aneh saat Dimas mengungkapkan perasaannya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Kiara merasa diinginkan, dihargai, dan dicintai dengan cara yang tak pernah Dalvin tunjukkan.Untuk pertama kalinya, ia menjadi satu-satunya bagi seorang pria.Namun, perasaan itu salah. Bagaimanapun, ia adalah istri Dalvin. Dalvin, meskipun bukan sosok suami yang sempurna, tetaplah suaminya di mata hukum dan keluarga. Tapi hati kecilnya terus memanggil nama Dimas, pria yang selalu berada di sisinya tanpa pernah memintanya lebih dari yang bisa ia berikan.Pikiran Kiara terganggu saat suara ketukan lembut te

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 20: Pergumulan dengan Bayangan Dimas

    Pagi itu, sinar matahari masuk dengan lembut melalui celah-celah tirai kamar Kiara. Namun, suasana yang cerah di luar terasa begitu kontras dengan kekacauan yang ada di dalam hati dan pikirannya. Kiara baru saja selesai merapikan tempat tidur ketika Dalvin masuk ke kamar, wajahnya menunjukkan senyum tipis yang membuat jantung Kiara berdetak lebih cepat—bukan karena cinta, melainkan perasaan aneh yang semakin mengganggunya.Perasaan yang semula membuncah berubah begitu saja. Apa hati manusia memang cepat berubah?"Kiara," suara Dalvin terdengar rendah, mengisyaratkan niatnya, "sebentar lagi aku harus berangkat kerja, tapi sebelum itu... aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Kau mau kan?"Kiara menelan ludahnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar lebih keras. Dia tahu maksud Dalvin. Meski beberapa minggu terakhir Dalvin semakin sering mendekatinya dengan keinginan yang sama, hari ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Kiara.Dia mencoba tersenyum, mesk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 21 : Pergolakan Hati

    Malam itu, Kiara terjaga di tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya yang terasa dingin dan sepi meskipun Dalvin tidur di sampingnya. Dalvin sudah tertidur lelap, mungkin lelah setelah seharian bekerja, dan dua kali menggauli Kiara. Akan tetapi, Kiara tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, terjebak antara perasaan bersalah dan kebingungan yang semakin menghantui hatinya.Bayangan Dimas terus muncul di kepalanya, seperti kilasan-kilasan yang tak bisa dia abaikan. Dia memikirkan bagaimana pria itu selalu berada di sisinya, menjadi tempat berlabuh ketika hatinya dilanda badai perasaan. Dimas yang selalu memberikan perhatian tulus, berbeda dengan Dalvin yang hanya melihatnya sebagai alat untuk mendapatkan keturunan.Kiara menatap Dalvin yang tidur di sebelahnya, dada pria itu bergerak naik-turun perlahan. Suaminya memang pria yang baik secara materi, bertanggung jawab, dan memiliki kekuasaan, tapi apakah itu cukup? Selama ini, Dalvin selalu menekankan satu hal: dia menginginkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 22: Strategi dan Ancaman Irene

    Irene masuk ke dalam kamar dengan anggun menggunakan kursi rodanya, tampak seperti ratu yang baru saja memasuki ruang mahkamah. Di belakang senyumnya yang terlihat manis, Kiara merasakan aura ketegangan yang melingkupi ruangan. Dengan gerakan perlahan, Irene memposisikan diri di antara Kiara dan Dimas, seolah menghalangi setiap interaksi antara mereka."Kiara, sayang," Irene memulai, suaranya lembut namun penuh makna tersirat. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama kita tidak berbincang."Kiara mencoba tersenyum, meskipun hatinya berdebar. Sesungguhnya kehadiran Irene menambah pusing perasaan Kiara."Aku baik-baik saja, Irene. Terima kasih telah bertanya." ujar Kiara dengan nada dingin.Irene mengangguk, lalu menatap Dimas dengan tatapan tajam. "Dimas, kau di sini untuk membantu Kiara, bukan? Menjaga istri muda suamiku agar tidak merasa kesepian?"Dimas yang berdiri di samping Kiara, mencoba menjaga wajahnya tetap tenang. Sebenarnya, sejak awal bekerja ia tidak menyukai Irene."Tentu saja, Ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 23: Pertarungan untuk Posisi Istri Sah

    Kiara memandang ke arah jendela, melihat Dalvin yang semakin mendekat, hatinya berdegup kencang. Sepertinya, pertempuran yang lebih besar baru saja dimulai, dan dia tidak bisa mundur. Dia ingin menunjukkan kepada Irene bahwa dia tidak akan terpinggirkan, tidak lagi.“Kiara, kau tidak sendirian,” Dimas berbisik lembut, mengerti kekhawatiran yang melanda hati Kiara. “Kau punya aku, ingat?”“Aku tahu, Dimas. Tapi aku harus melakukan ini sendiri. Ini adalah hidupku, dan aku ingin membela diriku,” jawab Kiara, mencoba menguatkan dirinya.Irene mengamati interaksi mereka dengan senyuman tipis. “Kau mungkin merasa kuat sekarang, Kiara, tetapi ingatlah, kekuatan yang kau miliki bisa dengan mudah dihancurkan. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa diperjuangkan tanpa strategi.”Dalvin akhirnya memasuki ruangan, dan sorot matanya mencari Kiara. Ketika mereka bertemu, Kiara merasakan nyala semangat dalam dirinya. Dia ingin memperjuangkan cintanya, meskipun bayang-bayang Irene selalu menghantui.“Sayan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29

Bab terbaru

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 84: Dalvin dan Dimas

    Ruangan rumah sakit penuh dengan kesibukan. Dokter dan perawat berseliweran, membawa berbagai peralatan menuju ruang operasi. Di tengah suasana panik itu, Dimas berdiri di lorong dengan wajah tegang. Sementara itu, Dalvin berdiri tidak jauh darinya, rahangnya mengeras dan matanya tak pernah lepas dari Dimas.Dalvin bisa melihat cinta di mata Dimas. Tatapan mata yang belum pernah Dalvin lihat sepanjang hidupnya bersama Dimas. Karena itulah batin Dalvin berteriak, ia tidak mau melihat Dimas seperti itu.Dokter keluar dari ruang persalinan dengan langkah cepat, menghampiri mereka berdua. "Kami akan segera melakukan operasi caesar. Detak jantung bayi melemah, dan kami harus bertindak cepat," jelas dokter dengan nada serius."Dokter, tolong selamatkan mereka," ujar Dalvin tanpa ragu.Dimas mengangguk tegas. "Lakukan apa pun yang diperlukan. Jangan biarkan istriku atau bayinya terluka."Tatapan Dalvin berpindah ke Dimas, penuh kemarahan. Kata-kata dokter seolah tak terdengar, tenggelam ole

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 83: Dalvin Datang

    Di ruang kerjanya yang megah, Dalvin duduk termenung. Di hadapannya, segelas kopi yang sejak tadi tak tersentuh mulai mendingin. Sebuah laporan tebal tergeletak di atas meja, tak menarik perhatian Dalvin sama sekali. Pikirannya dipenuhi oleh satu nama—Kiara.Seorang pria berjas hitam berdiri di hadapannya, wajahnya tegas tapi penuh keraguan. Beliau adalah ajudan sekaligus Sekretaris yang kini menggantikan Dimas. Dalvin memutar bola mata, menatap pria itu saksama."Tuan Dalvin, laporan terakhir dari tim kami. Nona Kiara sudah dibawa ke rumah sakit di Amsterdam. Dari informasi yang kami dapat, kemungkinan besar beliau akan melahirkan dalam waktu dekat."Dalvin mengangkat wajahnya, tatapannya tajam. "Amsterdam? Jadi mereka benar-benar pergi sejauh itu..." gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Benar, Tuan. Tim kami memastikan Dimas masih mendampingi Nona Kiara. Mereka terlihat cukup hati-hati, tapi kami berhasil mengawasi pergerakan mereka," pria itu melanjutkan.Dalvin menghela napas

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 82: Tenangkan aku, Dimas

    Kiara terkulai lemah di atas ranjang hotel, matanya setengah terpejam karena kelelahan. Sejak beberapa hari terakhir, ia merasa gelisah dengan kontraksi-kontraksi palsu yang datang silih berganti. Setiap kali rasa sakit itu datang, tubuhnya menggigil dan perutnya terasa kencang. Meski begitu, ia tahu itu bukan tanda bahwa persalinan akan segera terjadi, tapi tetap saja, rasa tidak nyaman itu cukup membuatnya kelelahan."Aduh... Dimas..." Kiara mengeluh, memegangi perutnya yang semakin membesar.Kiara merasa sesak, dan kali ini rasa sakit itu seakan lebih kuat dari sebelumnya.Dimas yang berada di sampingnya, segera duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan Kiara dengan lembut. Sejak hari-hari terakhir di Amsterdam, ia tak bisa lagi menahan kekhawatiran melihat Kiara yang semakin menderita. Apalagi kalimat Dalvin, semua itu akan menjadi sebuah ancaman bagi Dimas dan Kiara ke depannya."Ada apa, sayang? Apakah rasa sakit itu semakin menjadi?" Dimas bertanya khawatir, matanya memandan

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 81: Dalvin Mengetahui Semuanya

    Dalvin duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh tumpukan berkas dan file penting yang menanti untuk ditandatangani. Namun, hari itu pikirannya teralihkan oleh laporan yang baru saja ia terima. Di meja kerjanya, ponsel bergetar, menandakan panggilan masuk. Dalvin mengangkat telepon dengan wajah serius."Tuan Dalvin, saya punya kabar penting," suara suruhan Dalvin terdengar dari ujung telepon. "Kami telah melacak keberadaan Kiara dan Dimas. Mereka berada di Amsterdam."Dalvin terdiam sejenak, terkejut mendengar berita itu. Jantungnya berdebar kencang, dan seketika rasa cemas menyelubunginya. Amsterdam? Kiara dan Dimas? Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa mereka akan pergi sejauh itu."Amsterdam?" Dalvin bertanya, berusaha tetap tenang meski hatinya berkecamuk. "Apa mereka melakukan perjalanan bersama? Ah ya tentu saja, maksudku apa mereka tinggal bersama?""Ya, Tuan," jawab suruhannya dengan nada hati-hati. "Mereka pergi bersama, dan yang lebih mengejutkan, mereka sudah

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 80: Diawasi

    Kiara duduk di sofa ruang keluarga dengan tangan memegangi perutnya yang semakin membesar. Wajahnya pucat, dan keringat dingin membasahi dahinya. Ia sering mengeluh mulas belakangan ini, dan rasa itu kian hari semakin intens. Dimas yang duduk di sampingnya tampak gelisah, mengawasi Kiara dengan tatapan cemas.“Kiara, kita harus pergi ke dokter sekarang,” desak Dimas, suaranya tegas namun penuh perhatian. "Ini dekat dengan HPL bukan?"“Tapi aku takut, Dimas,” jawab Kiara lirih. “Aku dengar prosedur pemeriksaan untuk pembukaan itu menyakitkan. Aku tidak tahu seperti apa, tapi katanya akan sakit.”Dimas menggenggam tangan Kiara dengan lembut. “Aku ada di sini. Apa pun yang terjadi, aku akan menemanimu. Ini demi kesehatanmu dan bayi yang kamu kandung. Jika nanti sakit, kamu boleh meremas tanganku dengan keras."Kiara menatap mata Dimas yang penuh keyakinan. Akhirnya, ia mengangguk meski hatinya masih dipenuhi kecemasan. Dengan sigap, Dimas membantu Kiara berdiri dan mengenakan mantel. Mer

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 79: Ambisi Cecilia

    Pagi itu, Dimas sedang sibuk di dapur. Ia mengaduk adonan pancake dengan cekatan sambil sesekali melirik ke arah Kiara yang duduk di sofa ruang tamu. Wanita itu tampak sibuk membaca buku tentang persiapan melahirkan, sesekali mengusap perutnya yang semakin besar. Dokter mengatakan bila menunggu dua minggu kedepan untuk melahirkan.“Kiara,” panggil Dimas dari dapur. “Kamu mau tambahan cokelat atau sirup maple di pancake-nya? Atau mau ditambahi ciuman dari aku?” imbuhnya.Kiara menoleh dan tersenyum kecil. Ia gemas pada Dimas yang sudah mulai gombal terhadapnya.“Sirup maple saja. Aku sedang mengurangi yang manis-manis. Kata Dokter berat badanku cepat naik, aku harus menjaganya supaya tidak sulit melahirkan."Dimas mengangguk, menuangkan adonan ke penggorengan. Suara desis adonan bertemu dengan wajan panas memenuhi ruangan, menciptakan aroma manis yang membuat suasana pagi terasa hangat.Namun, di tengah kehangatan itu, ponsel Dimas yang tergeletak di meja makan bergetar. Nama yang tert

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 78: Sakit di Dada

    Kiara terbangun di pagi itu dengan rasa sakit yang semakin mengganggu di dadanya. Beberapa kali ia terbangun dan meraba dadanya yang terasa sangat penuh dan membengkak. Setiap gerakan terasa begitu nyeri, dan meskipun ia mencoba untuk tidur, rasa sakit itu tak kunjung mereda."Ahh..." Kiara mengeluh pelan, meremas bantal yang ada di sampingnya. Ia tak bisa menahan rasa tidak nyaman itu lebih lama. Tak ada yang bisa membantunya kecuali Dimas, yang tidur dengan tenang di sebelahnya.Dimas yang terbangun mendengar suara desahan Kiara segera menoleh. "Kiara? Kamu kenapa?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran. Matanya masih setengah terpejam, namun ia bisa melihat ekspresi kesakitan di wajah Kiara.Kiara menatap Dimas dengan tatapan penuh harap. "Dimas, dadaku... Sakit sekali," kata Kiara dengan nada lemah. "Aku merasa seperti hampir meledak, ini lebih sakit dari kemarin saat kamu memompanya. Keringatku juga dingin."Dimas menggaruk tengkuknya, sedikit bingung. Ia tidak tahu bagaimana har

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 77: Menyusun Rencana

    Cecilia melangkah keluar dari bandara dengan perasaan campur aduk. Di tangannya, ia menggenggam tiket pesawat yang baru saja ia gunakan untuk kembali ke Indonesia. Hatinya penuh dengan kecemasan dan tekad. Ia tahu, apa yang akan ia lakukan hari ini akan mengubah banyak hal, terutama bagi keluarga Kiara.Keluarga Kiara harus tahu bila putrinya hidup. Hanya itu yang ada di benak Cecilia.Perjalanan ke rumah keluarga Kiara terasa lebih panjang dari biasanya. Ia memandangi jalanan yang penuh kenangan, mengingat bagaimana dulu ia dan Kiara sering melewati jalan ini bersama. Kini, Kiara berada ribuan kilometer jauhnya, berjuang untuk hidup dan bayinya, sementara orangtuanya di sini tidak tahu apa-apa.Ketika mobil berhenti di depan rumah besar dengan taman rapi, Cecilia menarik napas dalam-dalam. Ia turun dari mobil dan melangkah ke pintu depan. Tangannya gemetar saat mengetuk pintu, seolah ia membawa beban yang terlalu berat untuk disampaikan. Semua salahnya, ia yang telah membawa Kiara da

  • Selir Hati Sang Penguasa   Chapter 76: Titah Kegelapan

    Di sebuah ruangan besar dengan pencahayaan redup, Irene duduk di kursi roda mewahnya. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi, namun matanya menyiratkan kebencian yang dalam. Wanita itu belum puas dengan apa yang terjadi di hidupnya. Ia ingin siapapun yang ia benci, hancur lebur tak bersisa.Di hadapannya berdiri lima orang pria berpenampilan garang, berpakaian serba hitam, dengan wajah tanpa belas kasihan.Irene memutar cangkir teh di tangannya, aroma melati memenuhi udara. Ia menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya berbicara dengan suara rendah namun penuh wibawa.“Kalian tahu kenapa kalian ada di sini?” tanya Irene, suaranya nyaris seperti bisikan namun cukup untuk membuat semua pria itu tegang.Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya, maju selangkah. “Kami akan mendengar perintah Anda, Nyonya. Kami siap menjalankan apa pun yang Anda inginkan.” ujar pria itu dengan tatapan tajam.Irene tersenyum tipis, namun senyumnya dingin seperti es. Wani

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status