Meeting bersama Pak William pun berjalan dengan lancar, Marco mendapatkan tender besar dengan investor ternama, perusahaan Williams Corp, Marco memang handal dalam menarik hati para investor terlebih dengan adanya Deandra, itu sangat membantunya.
Sebelum rapat Deandra mencari tahu terlebih dahulu latar belakang dan orang-orang di Williams Corp, sampai dia menghafalkan bagaimana rupa orang-orang penting di sana. Ketika meeting di mulai Deandra memberi tahu nama serta rupa orang tersebut sehingga membuat Marco seolah-olah mengenal nama mereka.
Itu sangat membantu Marco menjadi akrab dengan mereka. Hari ini sangat sempurna bagi Marco.
“Kerja bagus, Deandra.” ucap Marco di perjalanan pulang ke kantor.
“Terima kasih, Pak.”
Handphone Deandra tiba-tiba berdering. Dan Deandra meminta ijin pada Marco untuk mengangkat teleponnya. Nama yang terpampang di sana membuat jantungnya berdegup kencang.Dengan tangan dingin, Deandra menjawab panggilan itu. "Halo, Vin, maaf baru bisa angkat telepon."
"Kau ke mana saja, sayang?!" Orang di seberang sana langsung membentak.
"Maaf tadi baru selesai meeting, Vin."
"Apa aku harus mempercayaimu?! Apa mungkin kau habis bersenang-senang dengan bosmu?!”
Bibir Deandra mulai gemetar. "T-tidak Vin, rapatnya memang lumayan lama."
"Saat aku di Jakarta, kau tak bisa seenaknya seperti ini, kau harus membalas pesanku dengan cepat! Dan pulang kerja kau harus bersamaku, jalang!" teriak pria itu sekali lagi.
Deandra meneguk lidahnya.
"Baik, Vin."
Telepon pun terputus.
Lagi-lagi Deandra harus menurut pada Devin, kekasihnya.
Harusnya Deandra bisa jatuh cinta padanya. Devin pria tampan blasteran Inggris, tajir dan dari keluarga terpandang.
Hanya saja mempunyai sifat yang buruk, dia memperlakukan Deandra seperti hewan peliharaannya. Dia berkali-kali berteriak kasar pada Deandra, namun di balik semua itu, Deandra tetap tidak bisa melepaskan Devin karena kedua orang tuanya.
Semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan yang sangat tragis dan PT Salim Sejahtera perusahaan ayah Deandra di akuisisi Yudistira Grup, Perusahaan Keluarganya Devin.
Saat itu Deandra tidak mempunyai siapa pun, yang menemaninya hanyalah keluarga Devin. Semenjak itu, memang seluruh kebutuhan Deandra dibiayai oleh keluarga Yudistira.
Orang tua Devin pun memaksa Devin dan Deandra untuk bertunangan agar Deandra merasa aman dan terlindungi, tetapi ditolak Deandra secara halus. Dia tidak bersedia bertunangan namun bersedia untuk menjadi kekasih Devin dengan alasan ingin mengenal Devin lebih dekat.
Tapi, Devin masih ingin kebebasan dia masih sering bersenang-senang dengan para wanitanya. Dia bebas, tapi Deandra dia kekang. *** Hari pun berganti.Deandra seperti biasa sudah siap sedia di mejanya, hanya bekerja di sini dan bertemu Marco lah hatinya bisa tenang. Jika dia ingat bagaimana Devin memperlakukannya, hatinya selalu sedih, takdir memang kejam padanya.
"Selamat pagi, Pak." ucap Deandra pada sang bos, Marco Baskoro.
"Pagi." balas Marco, itu membuat Sandi Manager Bisnis yang sedang bersama Marco kaget karena tidak biasanya Pak Marco menjawab sapaan apalagi hanya dari sekretarisnya.
Marco dan Sandi menuju ruangannya, ruangan CEO.
"Bagaimana proyeksi penjualan kita? apa sesuai dengan target?" tanya Marco.
"Aman terkendali, Pak.”
"Bagus pertahankan kinerjamu.”
"Terimakasih pak, nampaknya bulan ini akan melesat Pak, di tambah bergabungnya investor besar akan memberikan peluang yang tinggi, Pak."
"Semoga berjalan lancar.” ucap Marco.
"Jika sukses bulan ini, saya akan keluarkan bonus tambahan untuk seluruh karyawan." ucap Marco lagi.
"Siap Pak Marco! akan kami maksimalkan." ucap Sandi dengan penuh semangat."Bagus! lanjutlah bekerja."
"Siap Pak, saya ijin bekerja kembali pak"
"Iya! Dan tolong panggilan Deandra."
"Siap, bos. " ucapnya sambil memberikan hormat membuat Marco geleng-geleng kepala. Sandi pun berjalan keluar ruangan. "Dra, kau di panggil Pak Bos, mood nya sedang bagus jangan kau sia-sia kan ya, Dra." ucap Sandi.Deandra hanya mengangguk dan sedikit tidak mengerti apa yang Sandi maksud, dia berjalan menuju ruangan CEO.
Begitu tenangnya hati Deandra melihat Marco tersenyum kepadanya, seandainya Marco adalah kekasihnya dan bukan Devin, hidup Deandra tidak akan seburuk sekarang.“Hei ! Apa yang kau pikirkan Deandra !” ucap Deandra dalam hati memperingati pikirannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?""Apa saja agenda saya hari ini?"
"Hari ini agenda Bapak tidak terlalu padat, hanya meeting dengan Divisi Perencanaan dan ada pesan dari Bu Miranda untuk tidak lupa makan malam bersama keluarga besar malam ini, pak."
"Oke, nanti malam kau ikut mendampingiku di acara makan malam."
Mendengarnya Deandra sangat senang tapi hari ini kekasihnya Devin sudah pulang dari Meksiko. Jika Deandra lebih memilih bersama Marco tamatlah riwayatnya, karena acara makan malam itu di luar jam kerjanya.
"Maaf, Pak, bukan saya menolak tapi malam ini saya ada keperluan pribadi, Pak."
"Begitu ya." Raut wajah Marco nampak sedikit kecewa.
"Baiklah aku tidak akan memaksamu."
"Terimakasih Pak, saya ijin keluar Pak, sepertinya ada telepon masuk." ucap Deandra mendengar telepon kantornya berbunyi.
Marco hanya menggangguk."Selamat siang dengan Deandra di sini."
"Dra, agenda rapat Pak Marco hari ini jam 15.00 jangan sampai telat.”
"Baik, Bu."
Tutt suara telepon pun terputus.
Deandra memang bisa diandalkan dalam hal mengatur waktu Marco, dia dapat membedakan agenda yang sangat penting, penting dan tidak penting. Deandra berani mengintrupsi saat Marco sedang memulai rapat dan ada agenda dadakan yang sangat penting dan anehnya Marco sangat menurut padanya.Sebelumnya tidak ada yang berani pada Marco, imbasnya banyak agenda penting yang terabaikan oleh Marco. Sehingga dulu Marco sering marah-marah tidak jelas dengan bahasa Jerman nya karena kelalaian sekretarisnya.
Marco memang tegas dan galak tapi jika diingatkan apalagi terkait pekerjaan dia sangat konsen dan bertanggung jawab, Marco hanya perlu diingatkan.
Jam pulang kerja pun hampir tiba. Deandra langsung merapikan pekerjaannya, dia buru-buru tidak ingin telat keluar kantor. Telat semenit saja Devin akan marah padanya. Hari ini memang Deandra akan di jemput Devin, dia memang tipe kekasih yang over protektif."Deandra kau tampak buru-buru?" ucap Marco saat keluar dari ruangannya.
"Iya Pak, saya hanya ingin pulang cepat." jawabnya sambil tersenyum.
"Oke baiklah, hati-hati." ucap Marco sambil pergi.
“Terimakasih pak, bapak juga hati-hati di jalan.”
Deandra melihat jam nya sisa 5 menit lagi itu cukup sampai lobi dan tidak lupa untuk absensi pulang. Betul dugaan Deandra, Devin sudah stand by di depan lobi dengan salah satu koleksi mobilnya, mobil BMW 3 series Sedan berwarna Silver. "Kau terlambat 15 detik sayang !" ucap Devin.Deandra hanya terdiam, dan Devin pun mencium bibirnya dengan sangat ganas dan sedikit kasar, itu tidak lama hanya 10 detik saja.
Jantung Deandra berdegup kencang, bukan karena dia senang di cium Devin tapi itu menjadi pertanda bahwa Devin sedang sedikit marah padanya terlihat dari ciumannya yang agak kasar.
"Aku minta maaf tadi lift nya agak sedikit penuh.""Tidak ada alasan! Masuklah!" Ucap Devin.
Deandra pun masuk ke mobil Devin dan berlalu pergi. Dari kejauhan tampak sepasang mata menatap tajam kejadian tadi. Tangannya mengepal dan terlihat aura emosi yang besar keluar dari dirinya.“Berani-beraninya kau melakukannya di depan kantorku !” gumam Marco dengan penuh emosi.
***"Pagi, Pak Marco.” sapa Deandra seperti biasa.Tidak ada jawaban dari Marco sedikit pun, tidak seperti biasanya. Mahendra sang ajudan pun kebingungan dengan tingkah Marco hari ini.Pagi ini aura Marco nampak berbeda. "Ada apa dengan Pak Marco?" hanya itu yang Deandra tanyakan dalam hatinya.“BEKERJALAH YANG BENAR ! JANGAN SAMPAI TERLAMBAT LAGI !" ucap Marco dengan bahasa jermannya kepada Sandi, suaranya itu sangat keras sehingga terdengar sampai keluar ruangan termasuk Deandra saking kerasnya.Sandi hanya terdiam tidak mengerti apa yang dikatakan, sudah lama tidak terdengar Pak Marco berbicara dengan bahasa Jerman, dan itu artinya Pak Marco sedang marah besar ! Deandra masuk kedalam ruangan Marco, terlihat pula Mahendra yang hanya diam karena sudah tahu tabiat bos nya itu. "Pak Sandi, Pak Marco bilang jangan terlambat lagi." Deandra mencoba membantu Sandi. "Baik Pak, saya tidak akan ulangi lagi, saya ijin keluar, Pak.” Kalau sudah begini yang bisa dilakukan adalah menghinda
Deandra tidak pergi ke toilet, namun dia pergi ke lorong dekat toilet, dia tertunduk saking malunya mengingat perkataannya tadi pada Marco.Seorang pria mendekati Deandra lalu memegang bahu Deandra oleh tangan kirinya dan satu tangannya lagi memegang tembok, seolah mengunci Deandra agar tidak pergi kemana pun."Kau benar-benar mencintaiku?" lagi-lagi suara bariton merdu itu membuat hatinya berdebar tak menentu.Deandra menatap Marco dengan tatapan penuh cinta. Ya pria itu adalah Marco."Lihat mataku, apa terlihat ada kebohongan disana?" ucap Deandra.Marco terdiam.“Aku begitu mencintaimu sampai hatiku sakit.” ucap Deandra lagi sambil memegang dadanya.Tangan Marco berpindah dari bahu Deandra ke bibir Deandra, dia mengusap nya seolah Deandra tidak harus melanjutkan perkataannya barusan.Marco mendekatkan bibirnya, Marco hendak mencium Deandra.“DEANDRA SALIM ! DIMANA KAU ?!” suara Devin itu menggema di telinga Deandra.“Pak, maaf saya harus pergi.” Deandra buru-buru pergi ke sumber su
Deandra dengan jantung yang berdegup kencang berjalan menuju Marco.“Tak salah pak Marco menyuruhku duduk di pangkuannya.” batin Deandra.Saat di hadapan Marco Deandra terdiam.“Tak apa duduklah di sini, aku ingin lebih dekat denganmu.”Deandra masih diam terpaku.Tangan kekar merangkul tangan Deandra dengan lembutnya, Marco menarik Deandra ke pangkuannya.Deandra kini berada dipangkuan Marco dengan posisi membelakanginya.“Kau tidak merindukanku, Deandra?” Marco bertanya tepat langsung di belakang telinga Deandra dan pertanyaan Marco itu semakin membuat jantungnya berdegup kencang.“Apa bapak sedang mabuk?”“Tidak, Deandra, aku bukan orang yang gampang mabuk”“Kenapa bapak tiba-tiba seperti ini?”“Kau tak ingin mendengar jawabannya dengan melihat mataku?”“Bagaimana caranya? melihat matanya saja aku tidak sanggup, apalagi posisi nya begini, aduh!” batin Deandra.“Kenapa diam?” Hening.“Kenapa? apa perasaanmu berubah? apa yang malam itu hanya kebohongan?”“Tidak pak !” ucap Deandra s
“Kau siapa?!” Katrina yang menjawab sapaan gadis itu.“Aku tidak bertanya padamu !” ucap gadis itu dengan ketus.Katrina membalasnya dengan mendelikan matanya.“Marco ini aku, Davina ! kau ingat?”Marco terdiam dan mencoba mengingat gadis yang sama sekali tidak dia ingat itu.“Hei, aku mantanmu kelas 3 SMP Marco, coba kau ingat-ingat.” gadis itu mendesak Marco mengingatnya.Marco mantan playboy mana ingat mantan-mantan pacarnya kecuali Katrina yang memang pacar pertama sekaligus sahabat perempuannya sekarang.“Mungkin kau lupa karena penampilanku sekarang yang dewasa bukan, aku nampak sexy bukan sekarang.” ucap Davina dengan genitnya.“Kalo Marco tidak ingat tidak usah dipaksa !” Katrina membalas ucapan Davina.Davina hanya mendelikan matanya pada Katrina.Obrolan terpotong karena Davina mendapat telpon masuk.“Halo Devin sayang.”Mendengar nama itu Marco langsung menyimak.“Iya tak apa sayang, kau hati-hati di Jepang ya, tunggu aku di sana, see you my love.” Percakapan Davina dan se
Pagi yang cerah, Deandra pergi ke kantor diantar Mamih Anita hari ini.Mamih Anita bukan pekerja kantoran, dia ibu rumah tangga namun anak dari Konglomerat ternama. Pagi ini, dia ada acara arisan pagi bersama teman-teman konglomeratnya, jadi sekalian mengantarkan Deandra, Mamih Anita memang kadang membawa mobilnya sendiri tanpa memakai supir.“Mih, makasih banyak ya.” ucapnya sambil turun dari mobil.“Yah sayang, semangat kerjanya ya, semoga kamu bisa secepatnya bergabung dengan Yudistira Grup.” Deandra hanya tersenyum.“Hati-hati ya, mih.”“Iya, bye sayang.”Mamih Anita pun pergi melaju dengan mobil BMW Series 5 warna merah nya."Diantar siapa?" suara bariton kesukaan Deandra terdengar.Deandra sedang berdiri menungu lift."Pagi Pak, saya di antar Ibu Anita, Pak, teman dekat ibu saya.”“Bukan calon mertuamu?” tanya Marco.Deandra terdiam dan langsung mengalihkan pembicaraan.“Bapak datang lebih awal?""Ya aku ingin segera pergi ke kantor""Saya kira bapak akan datang siang, menginga
“Lagi-lagi ada yang menganggu !” batin Marco.Deandra tidak kalah kaget, yang lebih ditakutkan Deandra yang mengetuk jendela mobil adalah orangnya Devin. “Semoga bukan Bram atau Rio” Batin Deandra. Bram dan Rio adalah orang kepercayaan Devin.Marco membuka kaca mobilnya."Selamat malam, Pak'""Malam." jawab Marco."Wah, maaf ternyata, Pak Marco." ucap lelaki itu yang ternyata adalah polisi yang sedang berpatroli."Syukurlah, hanya Pak Polisi." batin Deandra.Marco mengerutkan dahinya."Maaf, Pak, mungkin bapak tidak kenal saya, tapi atasan saya di kantor sering membicarakan, bapak." ucap Pak Polisi itu."Siapa nama atasan nya?" tanya Marco."Pak Priyatna Wiryatama, Pak.""Oh, dia memang teman saya waktu SMA, sampaikan salam saya padanya.""'Baik, Pak, pastinya akan saya sampaikan.""Hanya saja, saya hanya ingin mengingatkan, Pak, di sini tertera tanda untuk dilarang parkir, Pak,"Marco dan Deandra langsung melihat tanda tersebut yang memang baru mereka sadari."Terimakasih, Pak, maaf
Deandra masih terdiam dengan pertanyaan, lelaki itu.“Tidak apa, Deandra, jangan kau takut padaku.”Lelaki itu adalah Bram, salah satu orang kepercayaan Devin.“Aku hanya di perintahkan, Bos Devin, untuk melihatmu, katanya kau tidak menjawab teleponnya, sejak tadi.”“Maafkan, aku, Bram, tadi a-ku da-ri…”“Tidak usah, di lanjutkan, Dra ! aku paham, kau pun perlu kebebasan.”Deandra terdiam.“Aku tidak akan bilang pada Devin kau habis dari luar, aku akan bilang padanya bahwa kau sudah tidur.”“Bram, tapi mengapa?” tanya Deandra.“Aku hanya kasian padamu, Dra, nikmatilah kebebasanmu, saat Devin berada di luar negeri.” jawab Bram.“Aku akan menunggumu hingga selesai membersihkan diri dan pergi tidur, aku perlu fotomu untuk bukti pada Devin.” ucap Bram lagi.“Terimakasih, Bram.”Deandra langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, dia berusaha secepat mungkin.Deandra sudah selesai membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Dia lalu berpura-pura tertidur di tempat tidur hanya u
Deandra seperti biasa sudah berada di mejanya, meskipun jam mulai kerja masih 30 menit lagi.Dia berharap Marco sudah pulang hari ini. Handphone nya berdering, panggilan dari Nathan. "Hallo, Pak, ada yang bisa saya bantu?" "Dra, Pak Marco masih belum masuk hari ini, tolong infokan lagi Divisi Perencanaan ya, Dra.""Baik, Pak.""Terimakasih, Deandra.""Sama-sama, Pak." Telepon pun terputus.Deandra menarik nafas, harapannya bertemu Marco, hapuslah sudah. Satu pesan masuk ke handphone Deandra. Dia segera membukanya, berharap itu dari Marco. "Malam ini makan malam bersamaku sayang, berdandanlah yang cantik" Ternyata sebuah pesan dari Devin.Deandra hanya bisa menarik nafasnya lagi, dia harus mengerjakan pekerjaan nya dengan cepat, jika terlambat makan malam, Devin pasti akan marah. *** "Kenapa kau berbicara seperti itu mengenai atasan Deandra, Rio?" tanya Devin."Waktu di Jepang, aku melihat atasan Nona Deandra dan ayahnya berbicara dengan klien kita, bos""Aku takut, mereka aka