Meeting bersama Pak William pun berjalan dengan lancar, Marco mendapatkan tender besar dengan investor ternama, perusahaan Williams Corp, Marco memang handal dalam menarik hati para investor terlebih dengan adanya Deandra, itu sangat membantunya.
Sebelum rapat Deandra mencari tahu terlebih dahulu latar belakang dan orang-orang di Williams Corp, sampai dia menghafalkan bagaimana rupa orang-orang penting di sana. Ketika meeting di mulai Deandra memberi tahu nama serta rupa orang tersebut sehingga membuat Marco seolah-olah mengenal nama mereka.
Itu sangat membantu Marco menjadi akrab dengan mereka. Hari ini sangat sempurna bagi Marco.
“Kerja bagus, Deandra.” ucap Marco di perjalanan pulang ke kantor.
“Terima kasih, Pak.”
Handphone Deandra tiba-tiba berdering. Dan Deandra meminta ijin pada Marco untuk mengangkat teleponnya. Nama yang terpampang di sana membuat jantungnya berdegup kencang.Dengan tangan dingin, Deandra menjawab panggilan itu. "Halo, Vin, maaf baru bisa angkat telepon."
"Kau ke mana saja, sayang?!" Orang di seberang sana langsung membentak.
"Maaf tadi baru selesai meeting, Vin."
"Apa aku harus mempercayaimu?! Apa mungkin kau habis bersenang-senang dengan bosmu?!”
Bibir Deandra mulai gemetar. "T-tidak Vin, rapatnya memang lumayan lama."
"Saat aku di Jakarta, kau tak bisa seenaknya seperti ini, kau harus membalas pesanku dengan cepat! Dan pulang kerja kau harus bersamaku, jalang!" teriak pria itu sekali lagi.
Deandra meneguk lidahnya.
"Baik, Vin."
Telepon pun terputus.
Lagi-lagi Deandra harus menurut pada Devin, kekasihnya.
Harusnya Deandra bisa jatuh cinta padanya. Devin pria tampan blasteran Inggris, tajir dan dari keluarga terpandang.
Hanya saja mempunyai sifat yang buruk, dia memperlakukan Deandra seperti hewan peliharaannya. Dia berkali-kali berteriak kasar pada Deandra, namun di balik semua itu, Deandra tetap tidak bisa melepaskan Devin karena kedua orang tuanya.
Semenjak kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan yang sangat tragis dan PT Salim Sejahtera perusahaan ayah Deandra di akuisisi Yudistira Grup, Perusahaan Keluarganya Devin.
Saat itu Deandra tidak mempunyai siapa pun, yang menemaninya hanyalah keluarga Devin. Semenjak itu, memang seluruh kebutuhan Deandra dibiayai oleh keluarga Yudistira.
Orang tua Devin pun memaksa Devin dan Deandra untuk bertunangan agar Deandra merasa aman dan terlindungi, tetapi ditolak Deandra secara halus. Dia tidak bersedia bertunangan namun bersedia untuk menjadi kekasih Devin dengan alasan ingin mengenal Devin lebih dekat.
Tapi, Devin masih ingin kebebasan dia masih sering bersenang-senang dengan para wanitanya. Dia bebas, tapi Deandra dia kekang. *** Hari pun berganti.Deandra seperti biasa sudah siap sedia di mejanya, hanya bekerja di sini dan bertemu Marco lah hatinya bisa tenang. Jika dia ingat bagaimana Devin memperlakukannya, hatinya selalu sedih, takdir memang kejam padanya.
"Selamat pagi, Pak." ucap Deandra pada sang bos, Marco Baskoro.
"Pagi." balas Marco, itu membuat Sandi Manager Bisnis yang sedang bersama Marco kaget karena tidak biasanya Pak Marco menjawab sapaan apalagi hanya dari sekretarisnya.
Marco dan Sandi menuju ruangannya, ruangan CEO.
"Bagaimana proyeksi penjualan kita? apa sesuai dengan target?" tanya Marco.
"Aman terkendali, Pak.”
"Bagus pertahankan kinerjamu.”
"Terimakasih pak, nampaknya bulan ini akan melesat Pak, di tambah bergabungnya investor besar akan memberikan peluang yang tinggi, Pak."
"Semoga berjalan lancar.” ucap Marco.
"Jika sukses bulan ini, saya akan keluarkan bonus tambahan untuk seluruh karyawan." ucap Marco lagi.
"Siap Pak Marco! akan kami maksimalkan." ucap Sandi dengan penuh semangat."Bagus! lanjutlah bekerja."
"Siap Pak, saya ijin bekerja kembali pak"
"Iya! Dan tolong panggilan Deandra."
"Siap, bos. " ucapnya sambil memberikan hormat membuat Marco geleng-geleng kepala. Sandi pun berjalan keluar ruangan. "Dra, kau di panggil Pak Bos, mood nya sedang bagus jangan kau sia-sia kan ya, Dra." ucap Sandi.Deandra hanya mengangguk dan sedikit tidak mengerti apa yang Sandi maksud, dia berjalan menuju ruangan CEO.
Begitu tenangnya hati Deandra melihat Marco tersenyum kepadanya, seandainya Marco adalah kekasihnya dan bukan Devin, hidup Deandra tidak akan seburuk sekarang.“Hei ! Apa yang kau pikirkan Deandra !” ucap Deandra dalam hati memperingati pikirannya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?""Apa saja agenda saya hari ini?"
"Hari ini agenda Bapak tidak terlalu padat, hanya meeting dengan Divisi Perencanaan dan ada pesan dari Bu Miranda untuk tidak lupa makan malam bersama keluarga besar malam ini, pak."
"Oke, nanti malam kau ikut mendampingiku di acara makan malam."
Mendengarnya Deandra sangat senang tapi hari ini kekasihnya Devin sudah pulang dari Meksiko. Jika Deandra lebih memilih bersama Marco tamatlah riwayatnya, karena acara makan malam itu di luar jam kerjanya.
"Maaf, Pak, bukan saya menolak tapi malam ini saya ada keperluan pribadi, Pak."
"Begitu ya." Raut wajah Marco nampak sedikit kecewa.
"Baiklah aku tidak akan memaksamu."
"Terimakasih Pak, saya ijin keluar Pak, sepertinya ada telepon masuk." ucap Deandra mendengar telepon kantornya berbunyi.
Marco hanya menggangguk."Selamat siang dengan Deandra di sini."
"Dra, agenda rapat Pak Marco hari ini jam 15.00 jangan sampai telat.”
"Baik, Bu."
Tutt suara telepon pun terputus.
Deandra memang bisa diandalkan dalam hal mengatur waktu Marco, dia dapat membedakan agenda yang sangat penting, penting dan tidak penting. Deandra berani mengintrupsi saat Marco sedang memulai rapat dan ada agenda dadakan yang sangat penting dan anehnya Marco sangat menurut padanya.Sebelumnya tidak ada yang berani pada Marco, imbasnya banyak agenda penting yang terabaikan oleh Marco. Sehingga dulu Marco sering marah-marah tidak jelas dengan bahasa Jerman nya karena kelalaian sekretarisnya.
Marco memang tegas dan galak tapi jika diingatkan apalagi terkait pekerjaan dia sangat konsen dan bertanggung jawab, Marco hanya perlu diingatkan.
Jam pulang kerja pun hampir tiba. Deandra langsung merapikan pekerjaannya, dia buru-buru tidak ingin telat keluar kantor. Telat semenit saja Devin akan marah padanya. Hari ini memang Deandra akan di jemput Devin, dia memang tipe kekasih yang over protektif."Deandra kau tampak buru-buru?" ucap Marco saat keluar dari ruangannya.
"Iya Pak, saya hanya ingin pulang cepat." jawabnya sambil tersenyum.
"Oke baiklah, hati-hati." ucap Marco sambil pergi.
“Terimakasih pak, bapak juga hati-hati di jalan.”
Deandra melihat jam nya sisa 5 menit lagi itu cukup sampai lobi dan tidak lupa untuk absensi pulang. Betul dugaan Deandra, Devin sudah stand by di depan lobi dengan salah satu koleksi mobilnya, mobil BMW 3 series Sedan berwarna Silver. "Kau terlambat 15 detik sayang !" ucap Devin.Deandra hanya terdiam, dan Devin pun mencium bibirnya dengan sangat ganas dan sedikit kasar, itu tidak lama hanya 10 detik saja.
Jantung Deandra berdegup kencang, bukan karena dia senang di cium Devin tapi itu menjadi pertanda bahwa Devin sedang sedikit marah padanya terlihat dari ciumannya yang agak kasar.
"Aku minta maaf tadi lift nya agak sedikit penuh.""Tidak ada alasan! Masuklah!" Ucap Devin.
Deandra pun masuk ke mobil Devin dan berlalu pergi. Dari kejauhan tampak sepasang mata menatap tajam kejadian tadi. Tangannya mengepal dan terlihat aura emosi yang besar keluar dari dirinya.“Berani-beraninya kau melakukannya di depan kantorku !” gumam Marco dengan penuh emosi.
***"Pagi, Pak Marco.” sapa Deandra seperti biasa.Tidak ada jawaban dari Marco sedikit pun, tidak seperti biasanya. Mahendra sang ajudan pun kebingungan dengan tingkah Marco hari ini.Pagi ini aura Marco nampak berbeda. "Ada apa dengan Pak Marco?" hanya itu yang Deandra tanyakan dalam hatinya.“BEKERJALAH YANG BENAR ! JANGAN SAMPAI TERLAMBAT LAGI !" ucap Marco dengan bahasa jermannya kepada Sandi, suaranya itu sangat keras sehingga terdengar sampai keluar ruangan termasuk Deandra saking kerasnya.Sandi hanya terdiam tidak mengerti apa yang dikatakan, sudah lama tidak terdengar Pak Marco berbicara dengan bahasa Jerman, dan itu artinya Pak Marco sedang marah besar ! Deandra masuk kedalam ruangan Marco, terlihat pula Mahendra yang hanya diam karena sudah tahu tabiat bos nya itu. "Pak Sandi, Pak Marco bilang jangan terlambat lagi." Deandra mencoba membantu Sandi. "Baik Pak, saya tidak akan ulangi lagi, saya ijin keluar, Pak.” Kalau sudah begini yang bisa dilakukan adalah menghinda
Deandra tidak pergi ke toilet, namun dia pergi ke lorong dekat toilet, dia tertunduk saking malunya mengingat perkataannya tadi pada Marco.Seorang pria mendekati Deandra lalu memegang bahu Deandra oleh tangan kirinya dan satu tangannya lagi memegang tembok, seolah mengunci Deandra agar tidak pergi kemana pun."Kau benar-benar mencintaiku?" lagi-lagi suara bariton merdu itu membuat hatinya berdebar tak menentu.Deandra menatap Marco dengan tatapan penuh cinta. Ya pria itu adalah Marco."Lihat mataku, apa terlihat ada kebohongan disana?" ucap Deandra.Marco terdiam.“Aku begitu mencintaimu sampai hatiku sakit.” ucap Deandra lagi sambil memegang dadanya.Tangan Marco berpindah dari bahu Deandra ke bibir Deandra, dia mengusap nya seolah Deandra tidak harus melanjutkan perkataannya barusan.Marco mendekatkan bibirnya, Marco hendak mencium Deandra.“DEANDRA SALIM ! DIMANA KAU ?!” suara Devin itu menggema di telinga Deandra.“Pak, maaf saya harus pergi.” Deandra buru-buru pergi ke sumber su
Deandra dengan jantung yang berdegup kencang berjalan menuju Marco.“Tak salah pak Marco menyuruhku duduk di pangkuannya.” batin Deandra.Saat di hadapan Marco Deandra terdiam.“Tak apa duduklah di sini, aku ingin lebih dekat denganmu.”Deandra masih diam terpaku.Tangan kekar merangkul tangan Deandra dengan lembutnya, Marco menarik Deandra ke pangkuannya.Deandra kini berada dipangkuan Marco dengan posisi membelakanginya.“Kau tidak merindukanku, Deandra?” Marco bertanya tepat langsung di belakang telinga Deandra dan pertanyaan Marco itu semakin membuat jantungnya berdegup kencang.“Apa bapak sedang mabuk?”“Tidak, Deandra, aku bukan orang yang gampang mabuk”“Kenapa bapak tiba-tiba seperti ini?”“Kau tak ingin mendengar jawabannya dengan melihat mataku?”“Bagaimana caranya? melihat matanya saja aku tidak sanggup, apalagi posisi nya begini, aduh!” batin Deandra.“Kenapa diam?” Hening.“Kenapa? apa perasaanmu berubah? apa yang malam itu hanya kebohongan?”“Tidak pak !” ucap Deandra s
“Kau siapa?!” Katrina yang menjawab sapaan gadis itu.“Aku tidak bertanya padamu !” ucap gadis itu dengan ketus.Katrina membalasnya dengan mendelikan matanya.“Marco ini aku, Davina ! kau ingat?”Marco terdiam dan mencoba mengingat gadis yang sama sekali tidak dia ingat itu.“Hei, aku mantanmu kelas 3 SMP Marco, coba kau ingat-ingat.” gadis itu mendesak Marco mengingatnya.Marco mantan playboy mana ingat mantan-mantan pacarnya kecuali Katrina yang memang pacar pertama sekaligus sahabat perempuannya sekarang.“Mungkin kau lupa karena penampilanku sekarang yang dewasa bukan, aku nampak sexy bukan sekarang.” ucap Davina dengan genitnya.“Kalo Marco tidak ingat tidak usah dipaksa !” Katrina membalas ucapan Davina.Davina hanya mendelikan matanya pada Katrina.Obrolan terpotong karena Davina mendapat telpon masuk.“Halo Devin sayang.”Mendengar nama itu Marco langsung menyimak.“Iya tak apa sayang, kau hati-hati di Jepang ya, tunggu aku di sana, see you my love.” Percakapan Davina dan se
Pagi yang cerah, Deandra pergi ke kantor diantar Mamih Anita hari ini.Mamih Anita bukan pekerja kantoran, dia ibu rumah tangga namun anak dari Konglomerat ternama. Pagi ini, dia ada acara arisan pagi bersama teman-teman konglomeratnya, jadi sekalian mengantarkan Deandra, Mamih Anita memang kadang membawa mobilnya sendiri tanpa memakai supir.“Mih, makasih banyak ya.” ucapnya sambil turun dari mobil.“Yah sayang, semangat kerjanya ya, semoga kamu bisa secepatnya bergabung dengan Yudistira Grup.” Deandra hanya tersenyum.“Hati-hati ya, mih.”“Iya, bye sayang.”Mamih Anita pun pergi melaju dengan mobil BMW Series 5 warna merah nya."Diantar siapa?" suara bariton kesukaan Deandra terdengar.Deandra sedang berdiri menungu lift."Pagi Pak, saya di antar Ibu Anita, Pak, teman dekat ibu saya.”“Bukan calon mertuamu?” tanya Marco.Deandra terdiam dan langsung mengalihkan pembicaraan.“Bapak datang lebih awal?""Ya aku ingin segera pergi ke kantor""Saya kira bapak akan datang siang, menginga
“Lagi-lagi ada yang menganggu !” batin Marco.Deandra tidak kalah kaget, yang lebih ditakutkan Deandra yang mengetuk jendela mobil adalah orangnya Devin. “Semoga bukan Bram atau Rio” Batin Deandra. Bram dan Rio adalah orang kepercayaan Devin.Marco membuka kaca mobilnya."Selamat malam, Pak'""Malam." jawab Marco."Wah, maaf ternyata, Pak Marco." ucap lelaki itu yang ternyata adalah polisi yang sedang berpatroli."Syukurlah, hanya Pak Polisi." batin Deandra.Marco mengerutkan dahinya."Maaf, Pak, mungkin bapak tidak kenal saya, tapi atasan saya di kantor sering membicarakan, bapak." ucap Pak Polisi itu."Siapa nama atasan nya?" tanya Marco."Pak Priyatna Wiryatama, Pak.""Oh, dia memang teman saya waktu SMA, sampaikan salam saya padanya.""'Baik, Pak, pastinya akan saya sampaikan.""Hanya saja, saya hanya ingin mengingatkan, Pak, di sini tertera tanda untuk dilarang parkir, Pak,"Marco dan Deandra langsung melihat tanda tersebut yang memang baru mereka sadari."Terimakasih, Pak, maaf
Deandra masih terdiam dengan pertanyaan, lelaki itu.“Tidak apa, Deandra, jangan kau takut padaku.”Lelaki itu adalah Bram, salah satu orang kepercayaan Devin.“Aku hanya di perintahkan, Bos Devin, untuk melihatmu, katanya kau tidak menjawab teleponnya, sejak tadi.”“Maafkan, aku, Bram, tadi a-ku da-ri…”“Tidak usah, di lanjutkan, Dra ! aku paham, kau pun perlu kebebasan.”Deandra terdiam.“Aku tidak akan bilang pada Devin kau habis dari luar, aku akan bilang padanya bahwa kau sudah tidur.”“Bram, tapi mengapa?” tanya Deandra.“Aku hanya kasian padamu, Dra, nikmatilah kebebasanmu, saat Devin berada di luar negeri.” jawab Bram.“Aku akan menunggumu hingga selesai membersihkan diri dan pergi tidur, aku perlu fotomu untuk bukti pada Devin.” ucap Bram lagi.“Terimakasih, Bram.”Deandra langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, dia berusaha secepat mungkin.Deandra sudah selesai membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Dia lalu berpura-pura tertidur di tempat tidur hanya u
Deandra seperti biasa sudah berada di mejanya, meskipun jam mulai kerja masih 30 menit lagi.Dia berharap Marco sudah pulang hari ini. Handphone nya berdering, panggilan dari Nathan. "Hallo, Pak, ada yang bisa saya bantu?" "Dra, Pak Marco masih belum masuk hari ini, tolong infokan lagi Divisi Perencanaan ya, Dra.""Baik, Pak.""Terimakasih, Deandra.""Sama-sama, Pak." Telepon pun terputus.Deandra menarik nafas, harapannya bertemu Marco, hapuslah sudah. Satu pesan masuk ke handphone Deandra. Dia segera membukanya, berharap itu dari Marco. "Malam ini makan malam bersamaku sayang, berdandanlah yang cantik" Ternyata sebuah pesan dari Devin.Deandra hanya bisa menarik nafasnya lagi, dia harus mengerjakan pekerjaan nya dengan cepat, jika terlambat makan malam, Devin pasti akan marah. *** "Kenapa kau berbicara seperti itu mengenai atasan Deandra, Rio?" tanya Devin."Waktu di Jepang, aku melihat atasan Nona Deandra dan ayahnya berbicara dengan klien kita, bos""Aku takut, mereka aka
Deandra masih memikirkan foto Rachel yang disimpan Nathan. “Mungkin masih ada sedikit harapan untuk Rachel, tapi tunggu! Rachel tidak boleh sepertiku, dia tidak boleh mempunyai dua kekasih.” ucap Deandra dalam hatinya, membuatnya tidak sadar sedari tadi dia melamun. “Apa yang membuatmu melamun, Deandra?” suara bariton pria yang sangat dirindukan membuyarkan pikirannya. “Pak Mar-co, maaf pak, saya tidak menyadari kehadiran bapak.” “Masuk keruanganku.” ucap Marco dengan suara lembut. Deandra mengangguk sambil tersenyum dan langsung mengikuti Marco pergi kedalam ruangannya. “Apa yang kau pikirkan perle?” ucap Marco tanpa basi basi. “Tidak ada, aku hanya merindukanmu.” ucap Deandra sambil mendekat kepada Marco. “Kau tidak bisa berbohong padaku.” Marco memandang Deandra dengan sedikit tajam. “Aku merindukanmu, itu benar! aku tidak berbohong, hanya saja memang ada sesuatu yang sedikit menganggu pikiranku.” “Apa itu?” “Ini tentang Rachel.” “Rachel? kenapa dia? apa t
Marco mengerutkan dahinya mendengar laporan dari Nathan.“Bos, Devin, bukan orang sembarangan, aku khawatir, pada akhirnya dia akan mengetahui hubungan bos dengan Deandra.”Marco terdiam lalu sudut bibirnya terangkat, dia tersenyum.“Aku sudah tahu resikonya, Tan, terimakasih kau telah mencemaskanku.”Nathan hanya diam, dia benar-benar mengkhawatirkan bosnya itu, namun kenyataannya bosnya itu tidak cemas sama sekali.Orang yang sedang dimabuk cinta, memang sulit untuk dinasehati, bukan?Marco memang beruntung memiliki dua sahabat sekaligus orang kepercayaan yang sangat setia padanya.Marco menjadi ingat kembali kisah persahabatannya bersama Nathan dan Mahendra.Jika dengan Nathan, Marco sudah mengenalnya sangat lama, sejak mereka berusia 4 tahun tepatnya, karena Nathan Pratama berasal dari kalangan yang setara dengan Marco, anak tajir dari lahir.Nathan pria tampan, dia putih dan beralis tebal layaknya orang arab, penuh karisma dan sangat cuek pada hal yang dianggapnya tidak penting.
“Apa kekasihku selama di sini merepotkanmu, Marco?” “Tidak, tentu saja tidak, kau tahu dia sangat membantu dalam pekerjaanku.” Devin tersenyum bangga mendengarnya. Saat ini mereka tengah breakfast di hotel tempat mereka menginap dan Deandra sedang memilih-milih makanan, jadi di meja hanya ada Marco dan Devin. “Deandra baru pertama pergi sejauh ini, bahkan ini ke New York, paling jauh mungkin hanya ke Jepang, aku jadi sangat mengkhawatirkannya.” “Itu hal yang wajar, Devin, jika aku jadi kau, aku akan melakukan hal yang sama.” Devin kembali tersenyum. Berbicara dengan Marco memang terasa nyambung dan menghibur. Di balik dua pria tampan yang sedang asyik berbincang itu, tidak sedikit wanita di sana melirik mereka berdua, menatap kagum pada kedua pria hot di sana. Anehnya Devin sedikit jaim alias jaga image di depan Marco, biasanya jika ada wanita yang menggoda, dia sedikitnya akan menggoda balik wanita itu, namun ini tidak! dia stay cool sama seperti Marco. Deandra
Deandra tampak kagum dengan setiap detail apartemen Rachel. Lihatlah interior mahal itu begitu memanjakan mata! Apartemen Rachel bernuansa rose gold lebih mengarah ke tema putri kerajaan, Rachel memang sangat feminim dan begitu menyukai princess. Rachel memang merombak seluruh apartemennya sesuai yang dia sukai. Anak konglomerat memang bebas melakukan apa yang mereka inginkan. “Aku serasa di kerajaan loh, Chel.” ucap Deandra. “Tentu dong! welcome to my kingdom.” ucap Rachel sambil tertawa. “Chel, kau masih menyimpan ini?” tanya Deandra sambil memperlihatkan sebuah foto berbingkai bunga berwarna pink. “Tentu saja, kalian sabahat terbaikku, kau tahu di sini aku tidak mempunyai teman, ya selain pacarku.” ucap Rachel sambil menunduk. “Kangen ya, dengan masa sekolah dulu.” ucap Deandra. “Ya tentu saja, Dra.” Tatapan mereka berubah sendu memandang salah satu wajah sahabat mereka. Deandra dan Rachel memang bersahabat sejak lama, bukan hanya mereka berdua sebenarny
Marco tidak mengikut sertakan Deandra dalam meeting bersama klien kali ini, Marco malah meminta Deandra menemani Rachel. Marco diam-diam mengkhawatirkan adik satu-satunya itu. “Dra, biasanya Bang Marco suka galak sama sekretarisnya, kalo padamu beda ya.” ucap Rachel sambil tersenyum menggoda Deandra. Saat ini mereka berada di cafe dekat universitasnya Rachel. “Mungkin karena aku sahabat dekat adiknya.” “Atau mungkin Bang Marco...” sambung Rachel. “Jangan berpikir yang aneh-aneh ya, Chel.” Deandra langsung memotong obrolan Rachel. Deandra memang menyembunyikan hubungannya dengan Marco. “Kau masih bersama Devin sang playboy tapi tampan dan panas itu?” “Tampan dan panas?” “Ya! kau tahu pacarmu itu mempunyai julukan di kalangan para wanita, tapi menurutku, Bang Marco juga tampan dan panas, benarkan?” tanya Rachel. Deandra jadi mengingat kegiatan panas mereka kemarin malam dan itu membuatnya kembali bergairah. “Hei! kenapa kau jadi melamun sih, Dra!” seru Rachel
Deandra termenung di kamar hotelnya. Deandra berada di hotel bintang 5 bersama Marco, dengan kamar yang berbeda namun bersebelahan. Dia masih memikirkan curhatan Rachel mengenai kisah cintanya, ternyata ada kisah cinta yang sama rumitnya dengan dirinya. Rachel Baskoro ternyata masih begitu mencintai Nathan Pratama, sahabat sekaligus orang kepercayaan Marco, kakak kandungnya. Ini menjadi tugas baru bagi Deandra, dia perlu memastikan perasaan Nathan sekarang, apa dia menghindar pergi ke New York karena masih mencintai Rachel atau malah sebaliknya, Deandra hanya perlu pelan-pelan membongkar perasaan Nathan. Dia bertekad membantu sahabatnya itu walau Rachel tidak memintanya. “Apa Marco mengetahui perasaan Rachel yang sesungguhnya?” tanya Deandra dalam hatinya. Mengingat Marco tipe kakak yang begitu peduli pada adiknya. “Aku harus memastikannya langsung.” batin Deandra lagi. Suara pintu terbuka menyadarkan lamunan Deandra. Dan itu Marco. Tentu mudah bagi Marco untu
Tidak ada yang lebih nikmat dan panas selain memadu kasih dengan orang yang di cintai, itulah yang di rasakan Marco dan Deandra saat ini, dimabuk cinta. Mereka masih asyik berciuman di ruangan kerja Marco dan sepertinya tidak akan berhenti jika tidak ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Tok Tok Tok “Sepertinya tidak boleh melakukannya di kantor, melanggar kode etik.” bisik Deandra pada Marco. Marco tersenyum dan mengecup kening Deandra. “Masuk!” “Maaf, ijin, Pak, saya ingin menyampaikan ini.” seru Renata, sekretaris Nathan dengan memberikan sebuah map berwarna coklat. “Terimakasih, Re.” “Baik Pak, saya permisi, Pak Marco, Deandra.” Marco mengangguk dan Deandra hanya tersenyum manis. “Nathan tidak bisa ikut lagi.” ucap Marco sambil membaca surat dari map yang Renata berikan. Surat itu berisi permohonan ijin, jika Nathan tidak bisa ikut dinas, lusa nanti ke New York. “Ada apa, Pak?” tanya Deandra. “Ini Nathan, seperti biasa jika ke New York, dia sela
Deandra bersemangat pagi ini di kantor, dia sudah tidak sabar bertemu dengan kekasih hatinya, Marco Baskoro. Seperti biasa dia sudah stand by di mejanya. “Dra, kamu di tunggu di ruangan bu Nia, sekarang.” ucap seseorang pada Deandra. Deandra nampak terkejut mendengarnya, karena bu Nia adalah manager Divisi Human Capital. Pegawai yang dipanggil ke ruangannya tentu saja karena suatu hal, jika tidak naik pangkat bisa jadi akan di pecat. Deandra meneguk ludahnya. Dia tidak menyangka ijinnya satu hari kemarin berdampak pada karirnya, itu setidaknya yang Deandra pikirkan sekarang. Yang paling membuatnya sedih, jika dia dipecat, dia tidak bisa lagi bertemu dengan Marco, sang Bos yang menjadi alasan kuat dia berada di perusahaan ini. Deandra segera pergi menuju ruangan bu Nia dilantai 8 dengan perasaan merana. Tok tok tok “Masuk!” “Permisi, bu, ibu memanggil saya?” “Ya, masuk, Dra, duduk di sini.” ucap Bu Nia sambil menunjukan kursi yang tep
Deandra melamun di dalam kamar hotelnya. Sekali lagi Deandra tidak memikirkan Devin bersama jalangnya, tetapi untuk kesekian kalinya Deandra memikirkan Marco, sang kekasih keduanya dan Deandra sangat merindukannya. Hati Deandra memang tenang hanya jika bersama Marco. “Sedang apa kau di sana, My Hengst?” tanya Deandra di dalam hati. “Apa kau merindukanku juga?” batinnya lagi. Deandra mencoba menenangkan hatinya agar bisa tertidur malam ini. Marco membuatnya seperti orang yang sedang jatuh cinta kembali. Deandra mengecek handphonenya. Sebuah pesan masuk dan itu sayangnya bukan dari lelaki yang dia rindukan. “Besok pagi aku jemput, kita sarapan bersama sayang, maafkan aku, aku sangat merindukanmu.” Sebuah pesan dari Devin. Deandra menarik nafas, Devin berubah menjadi manis kembali. Kadang Deandra merasa bahwa Devin seperti mempunyai kepribadian ganda, Devin itu kadang manis seperti madu, kadang membahayakan seperti racun. *** “Apa ada kabar dari Deandra?” tanya Marco pada N