Hentakan langkah berbalut sepatu heels berwarna nude itu terdengar begitu merdu di lantai marmer. Deandra dengan percaya diri melangkah masuk ke Perusahaan Baskoro Grup.
Deandra mengenakan rok span selutut berwarna biru tua dengan kemeja bermotif bunga, rambut coklat tuanya terurai dengan curly di bagian bawahnya, juga riasan korean look yang cocok dengan mukanya yang bak artis korea.Hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja sebagai sekretaris CEO, dia akan memberikan kesan terbaik untuk bos tampannya itu. Dia berangkat kerja sangat pagi dari pukul 07.00 WIB.
Dia nekat masuk perusahaan ini walaupun salah satu syaratnya sudah jelas terpampang yaitu harus seorang laki-laki. Dia juga tidak menyangka akan di terima di perusahaan idamannya itu.
Jantung Deandra mulai berdegup kencang, suara langkah kaki terdengar menuju ke arahnya.
"Selamat pagi, Pak Nathan, Pak Mahendra."
"Selamat pagi, Deandra." ucap Nathan.
"Selamat pagi, lama tidak bertemu." ucap Mahendra.
Terlihat Nathan dan Mahendra datang, Deandra mengenal mereka berdua, Nathan dan Mahendra adalah sahabat setia CEO Perusahaan ini. Dan terlihat seseorang yang begitu Deandra rindukan berada di belakang mereka namun sedang sibuk mengangkat telepon.
"Mana sekertaris baru nya?" Suara berat namun candu itu terdengar.
Marco Baskoro, lelaki tampan berdarah inggris-Indonesia sang CEO Perusahaan ini pun terpaku dengan sesosok gadis di depannya.
"Selamat pagi, Pak Marco." Deandra tersenyum cerah dan itu sangat cantik.
Marco hanya terdiam, dia sedikit terkejut dan memperhatikan Deandra sekarang.
Deandra pun hanya menampilkan senyum. Sebenarnya, dia tahu siapa yang akan menjadi CEO nya. Alasannya masuk pun bukan karena mimpinya ingin bekerja di sana, tapi lelaki idamannya berada di sana, Sang CEO Perusahaan Baskoro Grup.
Mereka pernah dekat waktu kuliah, hanya saja tidak pernah saling mengungkapkan perasaan. Dan sekarang, Deandra merasa dirinya akan meledak melihat wajah tampan penuh ketegasan itu.
Belum lagi badan Marco tampak lebih macho dari sebelumnya. Otot-ototnya tampak tercetak sempurna di balik kemeja dan jas itu. Wajahnya mulus, seperti baru cukuran pagi ini. Rambutnya pun sangat rapi, tapi tidak terkesan membosankan.
"Eheem!" Nathan menyadarkan Marco dan Deandra.
"Oke." hanya itu yang Marco ucapkan dia langsung masuk ke dalam ruangannya lalu di ikuti Nathan dan Mahendra.
"Bagaimana bos sekretaris barunya?" tanya Nathan sebelum benar-benar menutup pintu, sehingga Deandra bisa mendengarnya.
"Ya, seperti saya bilang masa percobaan 3 bulan."
Entah apa yang pria itu bicarakan di dalam, Deandra hanya kembali bekerja di mejanya. Ia sesekali melirik ke ruangan kaca itu, berharap bisa melihat wajah tampan Marco sesekali.
Satu jam berlalu, sampai akhirnya Nathan dan Mahendra pun keluar dari ruangan Marco. Mereka kembali berpamitan pada Deandra, dengan senyuman jail. Tidak lupa Nathan menyampaikan kalau Deandra disuruh masuk ke ruangan Marco.
Deandra masuk ke ruangan bos nya itu, dia harus profesional walau saat ini sejujurnya jantungnya berdetak tidak karuan.
"Bapak memanggil saya?" tanya Deandra.
"Iya, duduklah aku ingin bertanya sebentar."
"Baik, Pak."
"Apa kau benar-benar ingin menjadi sekretarisku, Deandra?"Deandra sedikit terkejut saat Marco memanggilnya seakrab itu.
"Tentu saja, Pak."
"Bukannya kau anak orang kaya, Deandra? bukankah harusnya kau menjadi penerus perusahaan ayahmu?"
Deandra menghela napas, tiba-tiba hatinya berdenyut nyeri ketika mengingat keluarganya.
"Bapak, mungkin belum tahu kabar keluarga saya, orang tua saja sudah lama meninggal Pak, perusahaan keluarga saya sudah diakuisi oleh Yudistira Grup, jadi tidak mungkin saya menjadi penerus perusahaan, Pak."
Marco agak kaget mendengarnya, mana mungkin dia tidak tahu kabar sepenting ini, apa karena dia terlalu focus bekerja demi melupakan Deandra sehingga kabar ini pun dia tutup mata dan tidak tahu.
"Saya turut berduka, maafkan untuk hal itu." ucap Marco, menyesal.
"Tidak apa-apa Pak, kejadian itu juga sudah lama, saya juga terbiasa hidup mandiri."
"Syukurlah, kau terlihat baik-baik saja."
"Maksud Bapak?"
"Tidak, lupakan!"
Ada keheningan panjang kemudian. Marco belum menyuruh Deandra keluar, dan Deandra sendiri merasa tidak sopan jika pergi begitu saja. Akhirnya, Deandra memberanikan diri untuk memecah keheningan.
"Bolehkah saya bertanya Pak?" tanya Deandra.
"Apa itu?"
"Mengapa saya diterima di perusahaan ini, Pak? Apa karena Bapak mengenal saya?"
"Tidak juga, aku memang membutuhkan sekretaris perempuan yang fresh graduated"
"Bukannya rekrutmennya khusus laki-laki, Pak?"
Marco terdiam.
Deandra mengingat lagi betapa beraninya dia saat rekrutmen saat itu, dia begitu menonjol karena hanya dia perempuan satu-satunya di sana.
"Tidak itu hanya ketentuan biasa, sudah lah kembali bekerja!" seru Marco, terlihat mengalihkan topik.
Deandra mengangguk, lalu berdiri. Namun, ketika ingin berbalik, Deandra menghentikan Marco yang sudah kembali bekerja. Ada satu hal yang mengganggu pemandangan Deandra sedari tadi, dan dia tidak bisa mengabaikannya.Dia memperbaiki dasi Marco yang sedikit tidak rapi, Deandra sangat telaten hal kecil seperti ini pun dia perhatikan.
"Maaf pak sebelumnya, pukul 10.00 nanti Bapak ada meeting dengan Perusahaan Williams Corp, Investor besar, dan Bapak harus terlihat luar biasa." ucap Deandra sambil merapihkan dasinya.Setelah rapi Deandra pamit dan tersenyum kepada Marco.
Begitu Deandra menutup pintu, Marco menggeram di mejanya. Deandra memang sekretaris profesional dia tidak merayu Marco seperti sekretaris yang sebelum-sebelumnya.
Kali ini Marco yang nampak tergoda, bibir Deandra yang tadi sangat dekat terngiang ngiang dikepalanya, juga dadanya yang terlihat berisi, membuatnya mendesir."Bagaimana aku bisa konsen nanti, Deandra?" batin Marco bergemuruh.
***Meeting bersama Pak William pun berjalan dengan lancar, Marco mendapatkan tender besar dengan investor ternama, perusahaan Williams Corp, Marco memang handal dalam menarik hati para investor terlebih dengan adanya Deandra, itu sangat membantunya.Sebelum rapat Deandra mencari tahu terlebih dahulu latar belakang dan orang-orang di Williams Corp, sampai dia menghafalkan bagaimana rupa orang-orang penting di sana. Ketika meeting di mulai Deandra memberi tahu nama serta rupa orang tersebut sehingga membuat Marco seolah-olah mengenal nama mereka. Itu sangat membantu Marco menjadi akrab dengan mereka. Hari ini sangat sempurna bagi Marco.“Kerja bagus, Deandra.” ucap Marco di perjalanan pulang ke kantor.“Terima kasih, Pak.” Handphone Deandra tiba-tiba berdering. Dan Deandra meminta ijin pada Marco untuk mengangkat teleponnya. Nama yang terpampang di sana membuat jantungnya berdegup kencang.Dengan tangan dingin, Deandra menjawab panggilan itu. "Halo, Vin, maaf baru bisa angkat telepon.""
"Pagi, Pak Marco.” sapa Deandra seperti biasa.Tidak ada jawaban dari Marco sedikit pun, tidak seperti biasanya. Mahendra sang ajudan pun kebingungan dengan tingkah Marco hari ini.Pagi ini aura Marco nampak berbeda. "Ada apa dengan Pak Marco?" hanya itu yang Deandra tanyakan dalam hatinya.“BEKERJALAH YANG BENAR ! JANGAN SAMPAI TERLAMBAT LAGI !" ucap Marco dengan bahasa jermannya kepada Sandi, suaranya itu sangat keras sehingga terdengar sampai keluar ruangan termasuk Deandra saking kerasnya.Sandi hanya terdiam tidak mengerti apa yang dikatakan, sudah lama tidak terdengar Pak Marco berbicara dengan bahasa Jerman, dan itu artinya Pak Marco sedang marah besar ! Deandra masuk kedalam ruangan Marco, terlihat pula Mahendra yang hanya diam karena sudah tahu tabiat bos nya itu. "Pak Sandi, Pak Marco bilang jangan terlambat lagi." Deandra mencoba membantu Sandi. "Baik Pak, saya tidak akan ulangi lagi, saya ijin keluar, Pak.” Kalau sudah begini yang bisa dilakukan adalah menghinda
Deandra tidak pergi ke toilet, namun dia pergi ke lorong dekat toilet, dia tertunduk saking malunya mengingat perkataannya tadi pada Marco.Seorang pria mendekati Deandra lalu memegang bahu Deandra oleh tangan kirinya dan satu tangannya lagi memegang tembok, seolah mengunci Deandra agar tidak pergi kemana pun."Kau benar-benar mencintaiku?" lagi-lagi suara bariton merdu itu membuat hatinya berdebar tak menentu.Deandra menatap Marco dengan tatapan penuh cinta. Ya pria itu adalah Marco."Lihat mataku, apa terlihat ada kebohongan disana?" ucap Deandra.Marco terdiam.“Aku begitu mencintaimu sampai hatiku sakit.” ucap Deandra lagi sambil memegang dadanya.Tangan Marco berpindah dari bahu Deandra ke bibir Deandra, dia mengusap nya seolah Deandra tidak harus melanjutkan perkataannya barusan.Marco mendekatkan bibirnya, Marco hendak mencium Deandra.“DEANDRA SALIM ! DIMANA KAU ?!” suara Devin itu menggema di telinga Deandra.“Pak, maaf saya harus pergi.” Deandra buru-buru pergi ke sumber su
Deandra dengan jantung yang berdegup kencang berjalan menuju Marco.“Tak salah pak Marco menyuruhku duduk di pangkuannya.” batin Deandra.Saat di hadapan Marco Deandra terdiam.“Tak apa duduklah di sini, aku ingin lebih dekat denganmu.”Deandra masih diam terpaku.Tangan kekar merangkul tangan Deandra dengan lembutnya, Marco menarik Deandra ke pangkuannya.Deandra kini berada dipangkuan Marco dengan posisi membelakanginya.“Kau tidak merindukanku, Deandra?” Marco bertanya tepat langsung di belakang telinga Deandra dan pertanyaan Marco itu semakin membuat jantungnya berdegup kencang.“Apa bapak sedang mabuk?”“Tidak, Deandra, aku bukan orang yang gampang mabuk”“Kenapa bapak tiba-tiba seperti ini?”“Kau tak ingin mendengar jawabannya dengan melihat mataku?”“Bagaimana caranya? melihat matanya saja aku tidak sanggup, apalagi posisi nya begini, aduh!” batin Deandra.“Kenapa diam?” Hening.“Kenapa? apa perasaanmu berubah? apa yang malam itu hanya kebohongan?”“Tidak pak !” ucap Deandra s
“Kau siapa?!” Katrina yang menjawab sapaan gadis itu.“Aku tidak bertanya padamu !” ucap gadis itu dengan ketus.Katrina membalasnya dengan mendelikan matanya.“Marco ini aku, Davina ! kau ingat?”Marco terdiam dan mencoba mengingat gadis yang sama sekali tidak dia ingat itu.“Hei, aku mantanmu kelas 3 SMP Marco, coba kau ingat-ingat.” gadis itu mendesak Marco mengingatnya.Marco mantan playboy mana ingat mantan-mantan pacarnya kecuali Katrina yang memang pacar pertama sekaligus sahabat perempuannya sekarang.“Mungkin kau lupa karena penampilanku sekarang yang dewasa bukan, aku nampak sexy bukan sekarang.” ucap Davina dengan genitnya.“Kalo Marco tidak ingat tidak usah dipaksa !” Katrina membalas ucapan Davina.Davina hanya mendelikan matanya pada Katrina.Obrolan terpotong karena Davina mendapat telpon masuk.“Halo Devin sayang.”Mendengar nama itu Marco langsung menyimak.“Iya tak apa sayang, kau hati-hati di Jepang ya, tunggu aku di sana, see you my love.” Percakapan Davina dan se
Pagi yang cerah, Deandra pergi ke kantor diantar Mamih Anita hari ini.Mamih Anita bukan pekerja kantoran, dia ibu rumah tangga namun anak dari Konglomerat ternama. Pagi ini, dia ada acara arisan pagi bersama teman-teman konglomeratnya, jadi sekalian mengantarkan Deandra, Mamih Anita memang kadang membawa mobilnya sendiri tanpa memakai supir.“Mih, makasih banyak ya.” ucapnya sambil turun dari mobil.“Yah sayang, semangat kerjanya ya, semoga kamu bisa secepatnya bergabung dengan Yudistira Grup.” Deandra hanya tersenyum.“Hati-hati ya, mih.”“Iya, bye sayang.”Mamih Anita pun pergi melaju dengan mobil BMW Series 5 warna merah nya."Diantar siapa?" suara bariton kesukaan Deandra terdengar.Deandra sedang berdiri menungu lift."Pagi Pak, saya di antar Ibu Anita, Pak, teman dekat ibu saya.”“Bukan calon mertuamu?” tanya Marco.Deandra terdiam dan langsung mengalihkan pembicaraan.“Bapak datang lebih awal?""Ya aku ingin segera pergi ke kantor""Saya kira bapak akan datang siang, menginga
“Lagi-lagi ada yang menganggu !” batin Marco.Deandra tidak kalah kaget, yang lebih ditakutkan Deandra yang mengetuk jendela mobil adalah orangnya Devin. “Semoga bukan Bram atau Rio” Batin Deandra. Bram dan Rio adalah orang kepercayaan Devin.Marco membuka kaca mobilnya."Selamat malam, Pak'""Malam." jawab Marco."Wah, maaf ternyata, Pak Marco." ucap lelaki itu yang ternyata adalah polisi yang sedang berpatroli."Syukurlah, hanya Pak Polisi." batin Deandra.Marco mengerutkan dahinya."Maaf, Pak, mungkin bapak tidak kenal saya, tapi atasan saya di kantor sering membicarakan, bapak." ucap Pak Polisi itu."Siapa nama atasan nya?" tanya Marco."Pak Priyatna Wiryatama, Pak.""Oh, dia memang teman saya waktu SMA, sampaikan salam saya padanya.""'Baik, Pak, pastinya akan saya sampaikan.""Hanya saja, saya hanya ingin mengingatkan, Pak, di sini tertera tanda untuk dilarang parkir, Pak,"Marco dan Deandra langsung melihat tanda tersebut yang memang baru mereka sadari."Terimakasih, Pak, maaf
Deandra masih terdiam dengan pertanyaan, lelaki itu.“Tidak apa, Deandra, jangan kau takut padaku.”Lelaki itu adalah Bram, salah satu orang kepercayaan Devin.“Aku hanya di perintahkan, Bos Devin, untuk melihatmu, katanya kau tidak menjawab teleponnya, sejak tadi.”“Maafkan, aku, Bram, tadi a-ku da-ri…”“Tidak usah, di lanjutkan, Dra ! aku paham, kau pun perlu kebebasan.”Deandra terdiam.“Aku tidak akan bilang pada Devin kau habis dari luar, aku akan bilang padanya bahwa kau sudah tidur.”“Bram, tapi mengapa?” tanya Deandra.“Aku hanya kasian padamu, Dra, nikmatilah kebebasanmu, saat Devin berada di luar negeri.” jawab Bram.“Aku akan menunggumu hingga selesai membersihkan diri dan pergi tidur, aku perlu fotomu untuk bukti pada Devin.” ucap Bram lagi.“Terimakasih, Bram.”Deandra langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya, dia berusaha secepat mungkin.Deandra sudah selesai membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Dia lalu berpura-pura tertidur di tempat tidur hanya u