Share

02. Ketika Mereka Sadar

Keadaan tubuh Kylee mulai membaik seiring berjalannya waktu. Tidak! Kylee masih merasa aneh dan tak masuk akal, tubuhnya memang Jean namun jiwanya bukan dirinya melainkan Kylee, dia yakin itu. keanehan itu diperkuat oleh kedatangan beberapa sanak saudara Jean, Ada rasa bahagia juga tatkala teman- teman pemilik tubuh Jean itu saling berdatangan. Para kerabat dekatnya , juga nenek dan kakeknya ternyata sangat menyayangi Jean. Ia bersyukur merasakan hangatnya keluarga, namun dia merasa bersalah mengingat bahwa dirinya bukan Jean. Dimana Jean? Mengapa Kylee harus ada ditubuh Jean.

Sebisa mungkin ia mengkesampingkan hal itu karena akan membuat dirinya pusing. Berpura pura amnesia adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Sampai ia menemukan jiwa pemilik tubuh ini. Ya, dia yakin bahwa tubuh dan jiwanya tertukar dengan sosok wanita bernama Jean.

"Kau jahat Jean. Bagaimana kau tidak bisa mengingat kami." kata wanita berponi dengan rambut sepinggang itu mengecutkan bibirnya.

"Tsk. Diamlah Lisa kau jangan membuatnya semakin bingung. Bersyukur dia selamat. Tugas kita membuat ia ingat." kata Rachel sahabat Jean.

Lisa,Rachel juga Jean adalah sahabat karib semasa sekolah menengah atas. Bahkan sampai sekarang.

Kylee ber-ohria dalam hati, ternyata sahabatnya sangatlah baik.

"Kau jangan berfikir yang tidak - tidak. Kau tau aku khawatir saat kau menelpon kami waktu itu. Kau bercerita bahwa kau tak lolos wawancara diperusahaan itu. Aku kira kau bunuh diri ternyata hanya kecelakaan." celetuk Lisa lagi yang dibalas lirikan tajam oleh Rachel.

Ah jadi dia lebih muda denganku? Baguslah. Batin Kylee.

Kylee hanya terkekeh melihat mereka berdua yang sedari tadi berdebat, bahkan bercerita tentang dirinya. Tentang sosok Jean, yang menarik adalah kisah asmaranya.

"Berhubung kau tak ingat aku akan menceritakan sesuatu. Saat setelah wisuda kau itu sering curhat padaku tentang Ken." Rachel mulai bercerita mengingat kenangan menyangkut diri Jean.

"Ken?! Ada apa dengan Ken? Sebentar jadi dugaanku benar?" potong Lisa yang dibalas anggukan kecil oleh Rachel.

"Ken itu siapa?" akhirnya Kylee penasaran akan hal ini.

Sebagaimanpun mereka menceritakan panjang lebar tak mungkin juga akan membuat Kylee ingat. Jiwanya Kylee bukan Jean ingat itu. Seberapa kali, seberapa banyak mereka menceritakan dirinya itu akan sia sia namun akan menjadi keuntungan bagi Kylee karena dapat sedikit mengerti tentang pemilik tubuhnya.

"Kau itu sering mengeluh, Ken jika denganmu mengapa sering berbeda dalam artian memperlakukanmu berbeda. Dan yah kau menyukainya. Mungkin Ken juga karena aku juga merasakan, namun dia susah ditebak. Dan saat semester akhir kemarin dia malah berpacaran dengan teman sejurusan denganku. Bahkan aku tak menyangka. Betapa sakitnya dirimu mengetahui itu." jelas Rachel sambil tersungut mengingat hal itu.

" Hei!!! Berhentilah itu akan membuat Jean kepikiran! Kau bagaimana sih! Dasar bantet. Sudah kuduga dia memang seperti itu!" omel Lisa, mereka sama sama menggeram kesal terlihat sekali bahwa mereka berdua sangat menyayangi Jean. Pemilik tubuh ini.

"Maaf Jean. Kau baik-baik saja ‘kan?" tanya Rachel sedikit khawatir, Kylee malah mengangguk antusias dan terkekeh. Ada rasa lega pada raut wajah mereka. Kylee tersenyum kecil.

"Lalu bagaimana Ken sekarang?" tanya Kylee membuat kedua temannya mengrenyit heran.

"Hah? Ken? Kenapa kau menanyakannya?" sungut Rachel.

"Memang kenapa? Dia tampan bukan?"

"Tidak. Aku tidak akan setuju kau mengungkit si pendek itu, ya walaupun aku lebih pendek tapi kau sungguh sangat tidak serasi dengannya.”

“Ya, karena pacar Ken itu juga sahabatmu iya ‘kan?” cibir Lisa membuat Rachel melotot tak terima.

“Walaupun dia temanku tapi Jean sahabatku, Jean lebih penting dari pada dia.” Balas Rachel tak terima.

“Ya ya ya.. suka-suka dirimu saja.” Ujar Lisa pada akhirnya.

“Lebih baik kau dengan tetanggamu saja." bibir lisa kembali mencebik, mengingat Ken membuat Rachel dan Lisa dongkol setengah mati, sepertinya kedua sahabat Jean benar- benar tak suka dengan Ken.

Kening Kylee berkerut, "Tetangga? Siapa?" tanya Kylee kepada kedua sahabatnya. Rachel dan Lisa yang saling melempar pandangan lalu menghela nafas bersamaan.

"Aku harap kau hanya amnesia tentang Ken. Bukan semuannya." Lisa mengangguk setuju berbeda dengan Kylee yang kini bertanya - tanya. Siapa tetangganya? Apa dia pernah mengunjunginya? Tapi.. Entahlah biar saja nanti juga dia tahu.

Sepertinya aku sungguh betah berada ditubuhmu. Mereka benar benar menyayangimu. Maaf Jean. Biarkan aku egois untuk kali ini.

Kylee's pov

Aku memandang dokter itu lekat. Yah dia kakakku. Kakakku yang aku rindukan, Ray. Dia sangat baik dan ramah, kau tahu adikmu Kylee berada disini. Lalu dimana pemilik tubuh ini?

"Eum pasien Jean sekarang boleh pulang. Tubuhmu berangsur membaik. Tapi jangan lupa cek-up seminggu sekali ?" Ujar Ray  masih dengan senyum manisnya.

Aku harap tubuhku baik baik saja sehingga dirimu terlihat bahagia seperti ini. Maaf Ray, aku menyesal. Kau bahkan terlihat kurus, bagaimana Ibu? Ayah? Dan Gavin? Walaupun aku kini membencinya tetap saja aku khawatir dengannya.

"Hei Jean jangan menatap dokter tampan ini terus. Sedari tadi kau menatapnya." Itu Lisa yang menggodaku. Asal kau tahu Lisa, dia kakakku.

Aku tersenyum kecil begitu juga dengan Ray. Mungkin ia sudah terbiasa di goda oleh pasien karena ketampanannya. Aku bisa lihat itu Ray.

"Tidak papa lagipula dia seperti adikku." ujar Ray. Dia menolakku secara halus ternyata heheh.

"Wah dokter menolak temanku secara halus rupanya. Tandanya dia sudah memiliki kekasih." Aku harap perkataan Rachel benar. Agar dia tak kesepian saat malam minggu.

"Kalian ada ada saja. Ya sudah ya.. Aku harap kau cepat sembuh." ujarnya lalu pergi. Padahal aku masih ingin melihat wajah Ray.

"Eh aku dengar adiknya juga ikut kecelakaan. Saat adiknya dibawa kemari dia langsung menangis tak karuan. Bahkan dia mengancam para dokter untuk menyelamatkan nyawa adiknya bagaimanapun caranya." Jelas Lisa.

Sebegitukah Ray sayang padaku? Aku sungguh tak percaya, bahkan dia menangis karenaku? Maafkan aku Ray, aku sering nakal. Sering bertengkar denganmu hanya karena Ibu dan Ayah tak pernah pulang. Kau begitu menyayangiku. Tapi aku juga tak membayangkan bagaimana nanti diriku jika kembali ke tubuh ku. Aku benar benar kesepian. Terlebih Gavin..

"Heiii~ gosip dari mana lagi yang kau dapat? Sudahlah. Ayo sekarang kita berkemas selagi bibi membayar administrasi." ujar Rachel kini menata pakaianku.

Sungguh beruntung sosok Jean. Keluarganya begitu hangat. Bahkan kukira Ayah dia tak begitu dekat dengan Jean, namun dia menyayanginya hanya saja Ayahnya lebih dingin. Hah rasanya aku tak ingin pergi dari tubuh ini. Apa jiwa Jean tertukar denganku? Aku harap dia baik baik saja. Ku lihat kepribadian Jean sangat kuat.

"Hei apa tetanggamu kemari kemarin-kemarin?" tanya Rachel kini melipat baju dan memasukkan kedalam ransel. Tetangga siapa? Kenapa mereka tak langsung menyebutkan saja namanya.

"Tetangga siapa diakan punya nama?" tanyaku kepada mereka.

"Itu loh-"

"Jean!” Seru bocah kecil dari arah pintu membuatku menoleh kearah pintu. Ternyata Gee , dia langsung menghambur kepelukanku. Kulihat dia masih memakai seragam sekolah. Aku rasa dia habis pulang sekolah langsung kemari.

"Kau habis pulang sekolah?" tanyaku mengecup kepala Gee.

Gee mengangguk antusias, "Aku langsung kemari ingin bertemu kau..."

"...Apa kau sudah siap pulang? Hei para kakak.. Cepatlah membereskannya. Kita harus segera pulang." melihat Gee memerintah Rachel dan Lisa ingin membuatku tertawa saja. Apalagi melihat kedua sahabatku mendengus kesal.

“Hei bocah! Bantu kami jangan asal memerintah saja!" omel Lisa namun Gee bukannya takut malah menjulurkan lidahnya dan tersenyum mengejek.

"Dasar adik dan kakak sama saja." Hei! aku menemukan fakta satu lagi. Sepertinya tingkah laku Jean persis dengan adiknya.

Kylee's pov end

                                                                         ---

"Eung.." Tubuhnya kini merespon untuk sadar, benar benar serasa kaku dan sakit. Bahkan ia tak bisa banyak bergerak karena alat bantu yang terpasang pada tubuhnya.

Matanya yang mulai terbuka sempurna, melihat sekitar dengan perasaan penuh tanya. Tubuhnya masih terlalu lemah bahkan hanya untuk menggerakkan jarinya.

Namun pergerakan kecil membuat seseorang disampingnya terbangun dari tidurnya. Matanya membulat sempurna tatkala gadis kecilnya kini sadar dan memandangnya lekat.

"Kau sudah sadar? Mana yang sakit? Jangan banyak bergerak Ray akan segera kemari." ujarnya tanpa Jeda. Ia memencet tombol darurat di sampingnya.

Pria disampingnya itu terus mengucapkan rasa lega, ia mengusap rambutnya lembut dan mengecup keningnya. "Syukurlah kau membuatku takut Kylee."

Manik mata Kylee masih menatap lekat pria dihadapannya yang kini menggenggam tangannya,"Kau siapa?"

Deg!

Hati Gavin serasa berhenti berdetak. Ia membelalak kaget mendengar penuturan Kylee barusan.

"Ky.. a-apa maksudmu. Aku Gavin, Kau ini." Ujarnya lembut. Walaupun ia tersenyum tapi dalam hatinya sangat khawatir. Ia tersenyum getir lebih tepatnya.

"Aku tidak mengerti.. Dimana Ibu?"

Cklek

Pintu terbuka melihatkan sosok berjas putih dan sepasang suami istri masuk keruangan. Ray dengan cepat menangani adiknya dengan stetoskop dan lainnya.

"Kylee masih sakit? Katakan padaku?" tanya Ray menatap lembut adiknya. Kylee menggeleng pelan, ia masih tak paham. Mengapa semua orang memanggilnya Kylee. Apa dia hilang ingatan? Tapi dia sepenuhnya sadar.

"Kalian siapa? Mengapa memanggilku Kylee? Aku bukan Kylee." Perkataan Kylee sontak membuat mereka melotot tak percaya, bahkan kini Ibu Ray tubuhnya terhuyung mendengar penuturan Putrinya. Dengan sigap Ayahnya langsung menopang tubuh istrinya.

"Apa kau tak mengingat aku? Aku Ray kakakmu?" Kylee menggeleng pelan. Bahkan mereka sangat asing baginya.

Ibunya kini menghampiri Kylee sambari menangis, "Aku? Kau tidak ingat aku? Aku Ibumu Kylee. Aku Ibumu." Kylee menatap bingung. Wanita cantik didepannya adalah ibunya? Tidak mungkin.

Ray menoleh ke ibunya,"Ibu sepertinya Kylee.."

"Tidak papa. Kylee dengarkan Ibu, kau tak mengingatku tak apa. Kau harus tahu aku Ibumu. Aku Ibumu. Dan kau putriku yang berharga. Tidak papa." ujar Ibunya sambari memeluk putrinya erat. Pada akhirnya semua ibu akan mengatakan seperti itu mungkin. Menerima anaknya dalam keadaan apapun. Rasa sayang sangat besar adalah bukti bahwa ibu memang segalanya.

Berbeda dengan Gavin yang masih mematung tak percaya. Gadisnya hilang ingatan, betapa buruknya dia tak bisa menjaga dia.

Aku tak tahu pasti tuhan. Yang jelas aku Jean bukan Kylee. Aku sadar akan hal itu, namun aku tak mengerti ada apa dengan semua ini. Namun aku akan mengikuti alurmu. Do'a ku yang hanya iseng mengapa kau kabulkan? Batin Jean.

-To Be Continued-

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
kayaknya bakal menarik nih,btw author bakal update tiap berapa hari yah..? author ada sosmed engga?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status