Ting tong
"Ya sebentar." Ucap Jean dari dalam. Sebenarnya tadi ia sempat ragu jika akan membukakan pintu untuk tamu mengingat akhir-akhir ini baik kakaknya ataupun Gavin sangat overprotective dengannya. Terlebih sudah diwanti-wanti agar menjaga jarak dengan pria bernama Hans. Memang mencurigakan tapi ia tak ambil pusing, semakin ia diam semakin banyak hal yang tidak akan ia ketahui termasuk alasan mengapa jiwanya ada di Kylee. Jean bergegas membukakan pintu untuk tamu yang mengunjungi rumahnya. Walaupun sedikit bertanya-tanya, apa itu tamu kakaknya, tapi kenapa kakaknya tak berpesan padanya.
/cklek/
Dilihatnya presensi seorang wanita cantik kira-kira seusia nya itu tengah tersenyum manis ke arahnya. Jean terdiam berfikir menatap lekat wanita di depannya itu, ia sungguh tak tahu siapa gerangan yang berdiri di depannya itu bersama laki-laki di belakangnya yang juga tengah tersenyum ke arahnya.
“Kylee?” panggil wanita t
Jean's (real Kylee pov) Flashback Sedihku sedikit terobati dengan kedatangan Hans yang pulang dari Belanda. Hans adalah sahabatku sewaktu masa SMA. Dia mengajakku jalan jalan seharian ini, sebenarnya aku malas namun mengingat bosan dirumah maka aku mengiyakan saja tawarannya toh sambari melepas rindu 4 tahun tak bertemu. Mobil kami sudah sampai di depan rumahku, aku terdiam sebentar. Rasanya malas saja harus memasuki rumah. Kulihat juga mobil Ayah dan Ibu terparkir di halaman rumah. Hingga tepukan dipundakku menyadarkanku dari lamunanku. Aku tersenyum mendapati dia juga tersenyum kearahku. "Masuklah." Aku menghela nafas kasar, "Apa kau tidak ingin mampir dulu?" kulihat dia mengrenyit samar. "Boleh?" Aku mengangguk cepat. "Baiklah, sekalian menyapa orang tuamu." ucapnya yang pada akhirnya kami keluar bersama menuju rumahku. Belum sampai dalam rumah aku mendengar samar-samar suara laki-laki dan wanita t
Kylee atau Jean, gadis itu kini tengah mangut mangut mengerti mendengarkan celotehan Jessi. Semenjak jalan tadi mereka saling mengobrol ringan dan bercerita tentang banyak hal. Sesekali bernostalgia tentang masa lalu, tentu dengan cerita versi Jessi. Hingga kini mereka mengistirahatkan tubuh mereka di sebuah cafe dengan memesan beberapa makanan."Kami itu bersahabat baik, awalnya aku hanya murid pindahan di kelasmu. Sedangkan Hans dan Gavin di kelas yang sama. Bahkan kau yang mengajakku berteman dulu."Kylee mengangguk, sepintas ingatan tentang foto yang terpasang di meja kerja Gavin itu memungkinkan bahwa Hans yang memotretnya dan benar mereka sahabat baik. Hanya saja ada yang menggangg
Author'sTok tok tokKetukan pintu itu membuyarkan seorang gadis yang tengah larut dalam pikirannya. Berbagai pertanyaan berkecamuk saling bercamur menjadi satu.Gadis itu menepuk nepuk pipinya singkat,menyadarkan dirinya , lalu membuat sebuah kurva senyum sebelum seseorang itu masuk ke dalam kamarnya."Masuk Ray!" serunya dari dalam./cklek/Presensi pria berwajah manis itu kini menyebulkan kepalanya sebelum akhirnya menampakkan seluruh tubuhnya. Kylee tersenyum begitu pula Ray yang kini masuk menghampiri adik kesayangannya."Aku menganggumu hm?" tanya Ray kini duduk di tepi ranjang.Kylee menggeleng cepat,"Tidak kok, memang ada perlu apa?""Tidak ada, hanya sedikit khawatir denganmu. Kenapa tidak keluar kamar setelah jalan jalan dengan Jessi? Kau sakit?"Ray memang khawatir dengan Kylee. Semenjak kecelakaan itu dan perpisahan orang tuanya membua
Wiuw wiuw wiuw..Suara antara Sirine mobil ambulance dengan mobil polisi saling beriringan di tengah sepinya kota London. Bagaimana tidak, barusan terjadi sebuah tabrakan antara mobil pribadi dengan bus kota. Banyak korban jiwa yang diakibatkan karena bus terbalik cukup hebat.Bahkan sekarang rumah sakit terdekat kota London kini dipenuhi oleh semua kerabat yang datang untuk melihat keluarga yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Beragam tangis dan rasa lega yang memenuhi rumah sakit tersebut pada tengah malam hari itu.Seperti halnya kini seorang wanita yang terbaring lemah di ranjang pasien dengan berbagai peralatan medis yang ada pada dirinya. Kylee, dia merupakan penumpang mobil pribadi terlebih dia adalah korban dari tabrakan bus. Isak tangis terdengar ketika pintu ruang rawat terbuka, Ibunya sangat terpukul melihat anaknya terbaring lemah. Tak hanya Ibunya, bahkan Ayah dan Kakaknya pun hanya bisa berdo'a untuk kesedaran Kylee.
Keadaan tubuh Kylee mulai membaik seiring berjalannya waktu. Tidak! Kylee masih merasa aneh dan tak masuk akal, tubuhnya memang Jean namun jiwanya bukan dirinya melainkan Kylee, dia yakin itu. keanehan itu diperkuat oleh kedatangan beberapa sanak saudara Jean, Ada rasa bahagia juga tatkala teman- teman pemilik tubuh Jean itu saling berdatangan. Para kerabat dekatnya , juga nenek dan kakeknya ternyata sangat menyayangi Jean. Ia bersyukur merasakan hangatnya keluarga, namun dia merasa bersalah mengingat bahwa dirinya bukan Jean. Dimana Jean? Mengapa Kylee harus ada ditubuh Jean.Sebisa mungkin ia mengkesampingkan hal itu karena akan membuat dirinya pusing. Berpura pura amnesia adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini. Sampai ia menemukan jiwa pemilik tubuh ini. Ya, dia yakin bahwa tubuh dan jiwanya tertukar dengan sosok wanita bernama Jean."Kau jahat Jean. Bagaimana kau tidak bisa mengingat kami." kata wanita berponi dengan rambut sepinggang itu mengecutkan bibi
Suasana menjadi sangat canggung, Ibunya dan Ayahnya telah pulang terlebih dahulu setelah Gavin bersikeras akan menjaga Kylee. Ray juga memutuskan untuk bermalam dirumah sakit, mengambil shift malam. Bahkan sekarang peralatan medis yang terpasang sudah dilepas menyisakan infus saja.Mata Kylee masih terbuka menatap langit-langit sambari berfikir dan meyakinkan dirinya bahwa dia adalah Jean. Ia mengeratkan selimutnya sampai dadanya, sesekali melirik Gavin yang sibuk akan ponselnya di sofa sebrang tak jauh darinya. Jantungnya sungguh berdegub kencang, efek dari kecelakaan atau... Melihat Gavin? Entahlah."Sadarlah Jean. Tubuh ini milik orang yang bernama Kylee. Jangan sampai dirimu menyukai pacar orang. Tsk." batinnya.Sungguh Jean belum pernah merasakan punya kekasih, jujur dia hanya mengharapkan punya namun tidak sepenuhnya. Bahkan malah terasa aneh sekarang tiba-tiba masuk ke jiwa seseorang dan seseorang itu mempunyai kekasih, beruntungnya orang i
Sesampai di kediaman keluarga Tom, sang adik Gee langsung menuntun kakaknya ke kamar disusul oleh sang ibu dan ayahnya. Kedua temannya Lisa dan Rachel tadi memilih pulang agar Kylee bisa istirahat.Sampai didepan pintu berwarna putih gading, Gee langsung membukakan pintu. "Ini.. Ini kamarmu, kau sangatlah cerewet jika aku meminjam barang kakak. Menyentuh saja tidak boleh.” celoteh Gee.Dia seperti Gavin saja. Menyentuh barangnya pasti akan diserang dengan mulut pedasnya."Ya sudah. Nanti jika kau memerlukan sesuatu panggil saja Ibu." Ucapnya beranjak pergi. Kylee mengrenyit heran, "Kenapa tidak memanggil dirimu?""Aku lelah Jean" ujar Gee malas. "Kau pemalas rupanya." Cibir Kylee sambari tersenyum mengejek."Ah terserah kau saja.. Baru juga sembuh sudah kelihatan menyebalkan.""Hei! Kau bicara apa barusan? Baik aku tak mau denganmu lagi. Kau tak boleh meminjam apapun dariku. Jangan bicara denganku--""Ahh Jean! Iya-iya
Berhari hari Kylee harus menahan umpatan demi umpatan pada pria menyebalkan didepannya itu. Ia sungguh mengusik hari-hari Kylee dengan hal konyolnya. Kadang mengusiknya dengan melempar sesuatu ke jendela Kylee pada pagi hari. Kadang membuntutinya. Menyebalkan sangat. Tapi tidak untuk hari ini pria itu bahkan tak memperlihatkan batang hidungnya sama sekali. Jujur saja Kylee jadi kesepian, tak ada celotehan gila dari pria itu. Tapi tetap saja menyebalkan.Kylee kini menjemur pakaian dengan sesekali menegok kerumah disebrang sana. Pria menyebalkan itu adalah tetangga dekatnya. Bahkan adiknya Gee malah sangat luluh dengannya."Tumben sekali dia tak mengusikku? Dia bosan apa sibuk? Aish entahlah." gumam Kylee sambari menenteng embernya.Ia mengehentikan langkahnya ketika menangkap siluet pria yang kini keluar dari rumah dengan menaiki sepeda. Dengan cepat ia membuang ember dan langsung meneriaki namanya."HEI!!! Kau ingin kemana?!" tanya Kylee kini berlari kea
Author'sTok tok tokKetukan pintu itu membuyarkan seorang gadis yang tengah larut dalam pikirannya. Berbagai pertanyaan berkecamuk saling bercamur menjadi satu.Gadis itu menepuk nepuk pipinya singkat,menyadarkan dirinya , lalu membuat sebuah kurva senyum sebelum seseorang itu masuk ke dalam kamarnya."Masuk Ray!" serunya dari dalam./cklek/Presensi pria berwajah manis itu kini menyebulkan kepalanya sebelum akhirnya menampakkan seluruh tubuhnya. Kylee tersenyum begitu pula Ray yang kini masuk menghampiri adik kesayangannya."Aku menganggumu hm?" tanya Ray kini duduk di tepi ranjang.Kylee menggeleng cepat,"Tidak kok, memang ada perlu apa?""Tidak ada, hanya sedikit khawatir denganmu. Kenapa tidak keluar kamar setelah jalan jalan dengan Jessi? Kau sakit?"Ray memang khawatir dengan Kylee. Semenjak kecelakaan itu dan perpisahan orang tuanya membua
Kylee atau Jean, gadis itu kini tengah mangut mangut mengerti mendengarkan celotehan Jessi. Semenjak jalan tadi mereka saling mengobrol ringan dan bercerita tentang banyak hal. Sesekali bernostalgia tentang masa lalu, tentu dengan cerita versi Jessi. Hingga kini mereka mengistirahatkan tubuh mereka di sebuah cafe dengan memesan beberapa makanan."Kami itu bersahabat baik, awalnya aku hanya murid pindahan di kelasmu. Sedangkan Hans dan Gavin di kelas yang sama. Bahkan kau yang mengajakku berteman dulu."Kylee mengangguk, sepintas ingatan tentang foto yang terpasang di meja kerja Gavin itu memungkinkan bahwa Hans yang memotretnya dan benar mereka sahabat baik. Hanya saja ada yang menggangg
Jean's (real Kylee pov) Flashback Sedihku sedikit terobati dengan kedatangan Hans yang pulang dari Belanda. Hans adalah sahabatku sewaktu masa SMA. Dia mengajakku jalan jalan seharian ini, sebenarnya aku malas namun mengingat bosan dirumah maka aku mengiyakan saja tawarannya toh sambari melepas rindu 4 tahun tak bertemu. Mobil kami sudah sampai di depan rumahku, aku terdiam sebentar. Rasanya malas saja harus memasuki rumah. Kulihat juga mobil Ayah dan Ibu terparkir di halaman rumah. Hingga tepukan dipundakku menyadarkanku dari lamunanku. Aku tersenyum mendapati dia juga tersenyum kearahku. "Masuklah." Aku menghela nafas kasar, "Apa kau tidak ingin mampir dulu?" kulihat dia mengrenyit samar. "Boleh?" Aku mengangguk cepat. "Baiklah, sekalian menyapa orang tuamu." ucapnya yang pada akhirnya kami keluar bersama menuju rumahku. Belum sampai dalam rumah aku mendengar samar-samar suara laki-laki dan wanita t
Ting tong"Ya sebentar." Ucap Jean dari dalam. Sebenarnya tadi ia sempat ragu jika akan membukakan pintu untuk tamu mengingat akhir-akhir ini baik kakaknya ataupun Gavin sangat overprotective dengannya. Terlebih sudah diwanti-wanti agar menjaga jarak dengan pria bernama Hans. Memang mencurigakan tapi ia tak ambil pusing, semakin ia diam semakin banyak hal yang tidak akan ia ketahui termasuk alasan mengapa jiwanya ada di Kylee. Jean bergegas membukakan pintu untuk tamu yang mengunjungi rumahnya. Walaupun sedikit bertanya-tanya, apa itu tamu kakaknya, tapi kenapa kakaknya tak berpesan padanya./cklek/Dilihatnya presensi seorang wanita cantik kira-kira seusia nya itu tengah tersenyum manis ke arahnya. Jean terdiam berfikir menatap lekat wanita di depannya itu, ia sungguh tak tahu siapa gerangan yang berdiri di depannya itu bersama laki-laki di belakangnya yang juga tengah tersenyum ke arahnya.“Kylee?” panggil wanita t
Lama tak berjumpa Kylee. Tangan Gavin meremas kuat gelas yang ia pegang. Pertemuan dengan seorang tak terduga itu tak pelak membuat kepalanya berdenyut hebat. Semalaman dia tak bisa tidur hanya memikirkan hal itu. Gavin menuang kembali wine yang sedari tadi entah berapa kali ia teguk, ia bahkan tak ingat rasanya. Sungguh sial, umpat Gavin. Ia menarik rambutnya frustrasi. Belum juga masalah satu kelar kini bertambah rumit. Satu tegukan terakhir, akhirnya dia berhenti. Tubuhnya beringsut berdiri, dengan gontai ia berjalan menuju ruang kerjanya. Ia dudukkan dirinya ke kursi kerja yang sering ia pakai, tangannya terulur meraih bingkai foto yang terakhir kali Kylee tanyakan. Kilas balik tentang masa lalu membuat hatinya berdenyut. Masa lalu yang membuat semua menjadi runyam saat ini, masa lalu yang membuat ia menyesal. Andai ia tak bertemu wanita dan pria sialan itu. Andai saja. "Gavin!! Gavin.,. Tunggu aku bisa jelaskan." ucap
Kylee sedari tadi memberengut kesal, ia mengecutkan bibirnya sembari wajahnya di tekuk kesal. Menatap pria di depannya itu yang sibuk mengolah bahan-bahan mentah di yang berjajar rapi. Setelah berhasil mengacau di depan alhasil ia bisa bertemu pemuda yang kini tak memperdulikannya, tidak pelak membuat dirinya geram setengah mati. Berbagai penawaran yang ia berikan tak ada yang mempan untuk pemuda keras kepala ini. "Kau masih tak percaya iya, ‘kan?" tanya Kylee kesekian kalinya. Pemuda itu melirik sekilas, ia menghela nafas berat. Pada akhirnya pemuda itu memilih mengalah dengan wanita kelewat sinting itu. "Tunggu di ruanganku. Setelah aku membereskan kekacauan mu aku akan menyusul." Ucap Brian yang dibalas dengusan keras dari Jean. Di ruang kerja Brian, Kylee mendengus beberapa kali. Mungkin jika terhitung ia sudah mengelilingi ruangan ini lima kali. Pemuda itu sungguh lama hingga Kylee dilanda kebosanan. Kini tungkai kakinya pun melangkah pada bangku kebesar
-Jean's pov-Aku terlonjak kaget ketika tiba-tiba tangan melingkar di perutku, tak lupa dagunya kini menopang di pundakku. Aku sudah hafal dengan pemilik aroma maskulin yang membuatku nyaman, Gavin. Siapa lagi pelakunya. Hanya kadang aku masih belum terbiasa dengan skinship yang tiba-tiba ia berikan. Hei aku bahkan belum pernah berpacaran, bertukar di tubuh orang yang memiliki kekasih ini sungguh membuat aku sering senam jantung."Kau sedang buat apa?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. Jujur saja aku sedari tadi menahan geli karena dia terus-terusan mengusal ke leherku.Aku menoleh sejenak, "Kopi untukmu." lalu melanjutkan memasukkan kopi dan gula secukupnya ke mesin kopi.Kurasakan dia mengangguk. Aku tertawa kecil, aku menyukai ketika dia bangun tidur, wajahnya begitu polos dan lucu. Seperti anak kecil berusia 5 tahuanan. Tapi jika sudah bangun kharismanya tak bisa ditolak, huft aku saja berdebar hanya mel
/Cklek/Suara pintu kamarnya itu membuat pemuda yang awalnya fokus pada benda di depannya kini menatap presensi wanita paruh baya itu sejenak. Senyum yang hangat dari wanita paruh baya itu tak pelak membuat pemuda itu juga ikut tersenyum. Ditangan wanita paruh baya itu terdapat nampan berisikan makanan dan satu gelas susu."Kau tidak istirahat dulu? Ibu lihat dari tadi malam kau datang kau masih memandangi dua benda itu." Tanya wanita paruh baya itu meletakkan nampan di nakas samping tempat tidur.Pemuda itu tersenyum menampilkan dimple manis pada pipinya, "Aku lelah tapi tidak bisa istirahat. Pikiranku penuh." Keluhnya.Sang ibu lantas duduk di sisi ranjang-disebelah pemuda itu. Matanya ikut mengamati benda berkilau yang tergeletak di atas selimut pemuda itu. Perlahan ibu menghela nafas, "Kau masih marah dengan Ibu? Jack, maafkan Ibu andai saja Ibu saat itu tak bilang padamu bahwa waktunya sedikit pasti-""Ibu..." Jack ters
Lelaki itu mencoba memejamkan matanya kuat untuk mencoba tidur. Tetapi beberapa kali perkataan aneh itu masih berputar-putar di kepala lelaki itu dan ia merasakan bertapa terganggunya dengan perkataan tidak masuk akal itu dan terbilang sangat aneh. Beberapa kali lelaki tersebut menarik nafasnya lalu mengeluarkan perlahan guna memfokuskan dirinya untuk tidur namun sepertinya sia-sia."Iya, Aku mengalami itu. Bisa dibilang aku bukan Jean.""Dan aku bertemu Jack tadi dia tahu jika aku bukan Jean. Dia memintaku menemui ibunya yang mana seorang paranormal.""Sialan aku tidak bisa tidur!!!" Seru Brian menendang - nendang selimut asal. Menjambak rambutnya frustasi, setelah mendengar penjelasan Jean tadi otaknya mendadak kososng. Kepalanya berdenyut tidak karuan. Ingin ia tak mempercayainya sama sekali , tapi raut wajah Jean yang serius membuat ia berfikir dua kali.Huhhh...Brian menghela nafas panjang, menatap langit-langit. Pe