Share

7. Nasib yang lucu

Author: Lilaclice
last update Last Updated: 2023-04-06 06:56:41

Setelah terlibat dalam obrolan sendu, mereka sepakat untuk bergerak dari topik biru itu ditandai dengan Lina yang menuangkan anggur kedua kalinya pada gelas kristal dan bertos-ria. Suara dentingan khas dari gelas berkilau itu seakan terdengar bak lonceng aba-aba di telinga Hera.

"Tante..." Hera menaruh gelas yang isinya tinggal separuh di atas meja. "Kudengar selain anggota partai, Pak Galih juga berbisnis. Bagaimana? Cukup menghasilkan?"

"Ya. Kami punya beberapa properti dan real estat. Lumayan untuk tabungan pendidikan anak-anak dan hari tua." Lina terus menyesap hingga anggur di gelasnya tandas. "Ah. Kau beruntung menikah dengan pewaris Lakeswara, Hera. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi."

Hera tertawa miris dalam hati. Mungkin dirinya memang cukup beruntung sampai harus duduk di depan Lina dan mencari celah untuk menyusupkan kebenaran. Ditambah semuanya harus tampak alami jika tak ingin disalahpahami sebagai pengadu yang suka ikut campur urusan orang lain.

"Bagaimana bisnis dengan Feronika Denise?"

"Feronika Denise? Siapa dia?"

Permata coklat madu Hera diam-diam memindai ekspresi Lina.

"Tante tidak tahu? Dia pebisnis perempuan muda yang sukses dan masih lajang."

Lina menautkan alis legamnya yang disulam sedemikian rupa.

"Tidak, Hera. Suamiku tidak pernah membicarakan bisnis atau investasi lain."

"Oh. Maaf, Tante. Sepertinya aku salah lihat waktu itu. Aku kira Pak Galih bertemu dengan Feronika Denise untuk membicarakan kerjasama mereka karena dia juga kolega bisnis suamiku."

Lina terdiam dengan air muka yang berubah menjadi tak terbaca. Namun Hera bisa membayangkan carut-marut pikiran yang bergulung di atas kepala Lina Tantono. Sembari harap-harap cemas akan keberhasilan umpan kecil yang Hera lempar pada tangkapan besar kali ini, sikap Lina selanjutnya menentukan langkah seperti apa yang harus Hera tempuh.

"Apa yang kau lihat?" tanya Lina menjaga nada suaranya setenang mungkin.

Oh, Hera sangat mengerti bagaimana perasaan Lina sekarang. Hanya saja, nasib Hera jauh lebih menyedihkan.

"Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Tapi...." Hera merogoh ponsel dari saku baju tidurnya. "Tante bisa melihatnya sendiri."

Ponsel milik Hera telah terbuka, cahaya layarnya sedang menampilkan sebuah foto yang dipotret di sebuah restoran. Benda berpendar itu tergeletak di atas meja karena Lina terlihat ragu untuk meraihnya. Barang kali Lina sedang berperang dengan hati dan pikirannya atau justru sedang menakhlukkan firasat buruk.

Semua itu tak luput dari perhatian Hera. Di sampingnya, sedang duduk jelmaan bom waktu yang sedang menghitung mundur sebelum ledakan. Sampai Lina akhirnya memperoleh keteguhan yang susah payah ia kumpulkan sejak tadi.

Mata Lina membola dan ia menutup mulut yang seakan rahangnya bisa jatuh ke lantai. Hera menaikkan alisnya saat ibu jari Lina menggeser foto itu pada foto berikutnya dan seterusnya.

Sepatutnya, Hera mencegah wanita paruh baya itu melihat segalanya, namun tentu Hera memastikan semuanya cukup mengguncang. Ia sudah menyusun setiap slide foto itu dari kemesraan ringan hingga senonoh. Insting telah membisiki Lina dan ia tidak akan mampu menahan darahnya yang mendidih.

"Brengsek!"

Hanya barisan umpatan yang Hera dengar. Memang apalagi? Hera tidak perlu menunggu Lina berterima kasih. Saat wanita itu menyambar ponselnya sendiri dan membuat panggilan misterius, detik itu justru Hera yang berterima kasih dalam hatinya.

"Awasi Galih Tantono!"

Di sisa malam itu Lina benar-benar nampak kacau dan terluka. Air matanya berderai disertai jeritan pilu. Hera coba mendekat dan menenangkan, namun Lina meminta agar dirinya ditinggalkan sendirian.

Dengan demikian, Hera meninggalkan kamar itu. Ia sempat melirik tabung obat di atas nakas samping tempat tidur, sepertinya obat tidur tidak akan mempan untuk Lina malam ini.

Setengah dari rencana Hera sudah berjalan. Keresahan yang semula merundungnya kini hilang. Ketika kembali ke kamar, Hera memutuskan untuk mengisi air di bak mandi sebab matanya tak kunjung mau terpejam. Sehabis melucuti pakaiannya, Hera menenggelamkan tubuh rampingnya perlahan-lahan.

"Bagaimana?"

Hera menaruh ponselnya di tepian bak mandi porselen. Menyetel panggilan dengan Abigail menggunakan fitur loudspeaker. Sementara Hera bersandar dengan wajah terpejam.

["Aku bahkan menyewa orang untuk mengikuti Darel dan sekretarisnya supaya kau yakin bahwa aku tidak mengada-ada. Suamimu itu gila wanita, Ra. Kau yakin akan baik-baik saja setelah ini?"]

"Ya, mau bagaimana lagi? Kau sudah kirim foto-fotonya?"

["Seperti arahanmu. Mereka sungguh-sungguh selingkuh. Jika aku adalah kau maka aku sudah menggila."]

"Terima kasih, Gail. Aku pastikan kau dapat bayaran yang setimpal."

Setelah berbincang dengan Abigail, Hera membuka aplikasi surel di ponselnya. Dua kotak masuk dari alamat email milik Ayuna dan Abigail. Dia tak bergegas membuka isi surel itu, nanti saja agar suasana hatinya tidak mendadak buruk. Lagipula, ia tak penasaran sama sekali.

Ayuna pasti melaporkan perkembangan hubungan Feronika Denise dan Darel, sementara Abigail mengirim surel tentang skandal Darel yang lain bersama sekretarisnya yang tak lain adalah Ayuna sendiri.

Hera menertawai nasibnya.

Ayuna telah berusaha keras untuk mengelabuinya selama ini tentang perasaan terpendamnya pada laki-laki yang telah menjadi suami orang. Padahal Hera telah mengabaikan Ayuna semenjak mulai menaruh kecurigaan, kendati Ayuna tetap melakukan tugas mata-matanya tanpa diminta.

Oh, semua ini terlampau lucu. Apa menurut mereka, Hera hanya boneka yang bisa dipermainkan beramai-ramai?

Suara getar ponselnya menginterupsi. Ia menghayati memandangi nama kontak istimewa di ponselnya itu. Nama itu disertai oleh sebuah simbol hati merah muda yang menggemaskan. Baru kemudian mengangkatnya.

["Halo, Sayang.]

Hera terkekeh melihat sosok Darel memenuhi layar ponselnya. Suaminya itu juga sedang berendam.

["Firasat saya benar, kamu mungkin tidak bisa tidur."]

Darel menyugar rambut legamnya yang menyerupai potongan bulu serigala. Lengan berisi kumpulan otot itu terlihat kekar, ada tato bunga macan di sana. Hera pernah bertanya makna dari tinta rajah itu. Saat itu Darel sangat ingin membuat tato namun ia tidak memiliki ide. Sang seniman tato menyarankan bunga macan sebagai simbol dari bulan kelahiran Darel. Pria itu tidak begitu memahaminya tapi sangat menyukai gambar bunga itu.

Pemandangan tubuh suaminya membuat Hera terpesona sejenak. Darel jelas sedang tidak memakai apapun sama seperti dirinya saat ini. Buru-buru Hera membuyarkan pikiran kotornya itu. Bisa-bisanya pikiran seperti itu terlintas padahal ia baru saja membongkar perselingkuhan suaminya yang lain. Mungkin, Hera telah terlampau—terlalu terbiasa.

"Katakan, bagaimana Mas bisa tahu?" tanya Hera kemudian.

["Kamu tidak akan bisa tidur karena sedang berlarian di pikiran saya."]

Hera mau tak mau merasakan kedua pipinya memanas, namun ia menyembunyikannya dengan cara tertawa kecil. Darel yang sudah hapal tindak-tanduk sang istri hanya bisa terpana. Iris hitamnya tak luput memperhatikan setiap ekspresi wajah dan gestur tubuh Hera. Wanitanya itu tidak pernah gagal membuatnya berdebar-debar bahkan dijarak ribuan kilometer yang memisahkan mereka.

"Kenapa mandi malam-malam begini, Mas? Baru pulang? Bukannya Mas tidak ada agenda apapun?"

["Ada pekerjaan mendesak hari ini yang membuat saya harus datang ke kantor di akhir pekan. Tapi saya berendam bukan karena baru pulang."]

"Lalu?"

["Katanya mandi air dingin itu meredakan libido."]

Hera mengernyit. "Itu hanya mitos, Mas. Efek air dingin malah sebaliknya."

Darel terdiam. Ia melumat bibir bawahnya sembari memandangi wajah Hera yang memenuhi layar ponselnya lamat-lamat. Kemudian menengadahkan wajah sampai mengekspos leher jenjangnya yang dihiasi tonjolan apel Adam.

"Kenapa memangnya?" tanya Hera masih kebingungan.

["Saya memikirkan kamu."] Darel kembali menunjukkan wajahnya pada Hera. Setelah mengerang frustasi, pria itu melanjutkan kalimatnya. ["Saya menginginkan kamu, Hera. Sekarang! Terserah bagaimana pun caranya."]

Related chapters

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   1. kamar kita katanya

    "Madam, suamimu selingkuh..."Suara perempuan berdenging di telinga Hera. Ia tahu, itu bukan sesuatu yang berasal dari mimpi buruk. Suaminya selingkuh sementara ia tak mengizinkan diri sendiri untuk bersedih. Hari ini Hera memiliki agenda untuk makan siang di kafe sebuah hotel, lebih tepatnya ia baru saja memanipulasi pertemuan aktris dengan seorang produser. Mungkin Hera tidak akan menginginkan makan siangnya lagi hari ini.Sesampainya Hera di sana, sang aktris tengah menikmati hidangan kesukaannya, sashimi salmon dan naan keju. Jangan tanya bagaimana Hera bisa mengetahuinya. Ia tidak datang dengan kepala kosong. Hera agak menyayangkan mereka berdua harus berkenalan dengan cara menyedihkan seperti ini. Padahal ia menyukai beberapa film sang aktris. Wanita itu menepikan alat makannya bersamaan dengan Hera yang menemukan permulaan kata untuk memulai percakapan sebagai 'istri yang sedang menemui selingkuhan suaminya'.Meski mulanya keheranan, tak butuh waktu lama bagi sang aktris untu

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   2. saya tidak akan tidur dengan wanita lain

    Saat Darel melamar Hera padahal mereka baru pertama kali bertemu, sang model tidak langsung menanggapi. Ia mengulur hingga satu bulan dan berharap Darel melupakannya. Hera ingat betul akan kegigihan Abigail meyakinkannya untuk menerima Darel. Selain soal kekayaan dan ketampanan, Abigail mengatakan bahwa Hera akan bahagia di sisa hidupnya. Pun Darel membuktikan itu hingga Hera luluh.Lalu lihat sekarang.Saat Hera mulai mencintai dan berpikir akan bahagia sepanjang hidupnya, Darel berkhianat. Kini Abigail malah membantunya membereskan perselingkuhan sang suami.Kemudian apalagi?[Abigail: Aku tidak pernah bilang padamu tentang ini. Sepertinya, perempuan itu, maksudku Ayuna. Dia memiliki sesuatu dengan suamimu.]Deg! Detak keresahan yang menyusup tanpa undangan. Hera berpekur sejenak dan membiarkan pikirannya beku seperti Abigail baru saja mengutuknya.Sang manajer terkadang intuitif. Namun tidak pernah gagal membuat Hera mempercayai barang sejumput dari perkataannya."Tidak mungkin."

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   3. bar mewah dan si wanita simpanan

    "Ayuna."Gadis itu memutar kepalanya pada sumber suara, praktis menemukan figur atraktif milik istri atasannya yang tengah tersenyum dan melambai singkat. Rambut coklat yang tergerai bergerak lembut saat sang model melenggok seakan jalan yang dilewati adalah catwalk-nya. Hera Andromeda, sosok yang selalu membuat para gadis seantero negeri ingin menjadi dirinya. "Madam." Gadis itu mengangguk singkat.Hera melenggang anggun menuju salah satu sofa lobi bergabung duduk dengan Ayuna. "Sudah dapat flashdisk-nya?"Ayuna hanya tersenyum tipis kemudian mengangguk."Apa kau menunggu seseorang di sini? Mas Darel sudah tidak ada pekerjaan, 'kan?" Hera melirik arlojinya yang menunjukkan pukul lima sore. Waktu pulang kerja sudah satu jam berlalu dan Ayuna masih di sini dengan pakaian yang sama."Aku memang sengaja menunggu Madam untuk memberitahu sesuatu."Padahal Hera baru saja menemukan posisi duduk yang nyaman dan bersandar agar santai, namun punggungnya harus menegang lagi. "Baiklah. Mas Dare

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   4. wanita dan musuh-musuhnya

    Hera sungguh muak dengan wanita bernama Feronika Denise itu. Baru saja semalam Hera menegaskan dengan keras untuk menjauhi suaminya, tapi pagi-pagi sekali—menurut Hera—telah menerima telpon dari Ayuna.["Maaf, Madam, telah menganggumu. Apa kau tidak mencapai kesepakatan dengan Feronika Denise? Dia mengunjungi Tuan Darel di kantor. Aku sudah mengirimkan fotonya, bisa kau lihat?"]Sang model yang masih mengenakan gaun tidur kini terduduk di bibir ranjang besarnya. Penutup mata bermotif karakter beruang madu yang sedang ia pakai diturunkan hingga leher dengan sedikit merenggut."Sebentar." Kemudian menjauhkan layar ponselnya untuk memeriksa ruang obrolan dengan Ayuna. Terpampanglah foto Feronika Denise yang sedang duduk di atas paha Darel. Dari tata ruangnya, jelas itu adalah kantor Darel bekerja. Ini masih pukul sembilan pagi ketika melirik jam di atas nakas. Itu artinya Darel berangkat satu jam lalu. Hera ingat karena ia terbangun sebentar untuk sekedar memeluk dan mencium Darel sebel

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   5. menemui sang istri sah

    Setiap misi menjauhkan wanita-wanita pengganggu dari Darel selama ini, Hera banyak dicekoki pikiran licik oleh Abigail. Sang model jelas menolak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan citra dirinya yang tenang dan bersahaja. Jadi ia hanya bicara dengan wanita-wanita itu tanpa berniat buruk.Namun kali ini, Hera memutuskan menjalankan semua rencana di kepalanya sendirian tanpa melibatkan siapapun di luar dirinya. Rencana rahasia Hera itu sudah di mulai sejak ia memberi tugas palsu pada Abigail untuk membuat manajernya itu sibuk.["Istri sah Pak Galih adalah wanita old money, kau tahu? Kesuksesan pak Galih sekarang berkat campur tangan mertuanya. Dengan kata lain, dia tidak bisa apa-apa tanpa istrinya."]"Hanya itu yang kau tahu? Apa kau tahu apa jadwal istrinya kemarin, hari ini dan besok?" Hera berbicara sembari mengatur pernapasan. "Jujur saja, Gail. Kau tidak bisa membantuku kali ini menggantikan tugas Ayuna. Jangan memaksakan diri." Bulu mata lentik Hera mengerling ke arah panel

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   6. Dua Wanita Berbeda Nasib

    Resah. Gelisah. Lelah. Sejujurnya, Hera gugup sekali melalui ini semua. Tidak mungkin tidak terlintas pikiran untuk menyudahi dan menyerah barang setitik saja, tapi hidupnya rumit dari yang terlihat di permukaan. Pernikahan ini menautkan dua keluarga yang perlu di jaga nama baik dan kepercayaannya.Hera hampir berniat menikam Darel dengan sederet fakta yang ia jaga selama ini, bahwa suami terkasihnya mempermainkan janji suci pernikahan mereka. Hera terlampau berdamai dengan kenyataan telah sampai mati rasa secara menyedihkan, ia setengah masa bodoh dan selebihnya adalah perasaan cinta yang besar."Hei, apa ada yang sakit?" Darel meremas bahu Hera kemudian menginspeksi sang istri dari atas ke bawah. "Kenapa menangis?" Ibu jarinya bergerak lembut menghapus jejak air mata yang terjun dari pelupuk mata istrinya.Hera menegang lantaran tak menduga bahwa dirinya menjadi emosional semudah itu. Masih menolak untuk membiarkan Darel mengetahui bahwa Hera memelihara kewaspadaan dan membendung k

    Last Updated : 2023-04-03

Latest chapter

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   7. Nasib yang lucu

    Setelah terlibat dalam obrolan sendu, mereka sepakat untuk bergerak dari topik biru itu ditandai dengan Lina yang menuangkan anggur kedua kalinya pada gelas kristal dan bertos-ria. Suara dentingan khas dari gelas berkilau itu seakan terdengar bak lonceng aba-aba di telinga Hera."Tante..." Hera menaruh gelas yang isinya tinggal separuh di atas meja. "Kudengar selain anggota partai, Pak Galih juga berbisnis. Bagaimana? Cukup menghasilkan?""Ya. Kami punya beberapa properti dan real estat. Lumayan untuk tabungan pendidikan anak-anak dan hari tua." Lina terus menyesap hingga anggur di gelasnya tandas. "Ah. Kau beruntung menikah dengan pewaris Lakeswara, Hera. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi."Hera tertawa miris dalam hati. Mungkin dirinya memang cukup beruntung sampai harus duduk di depan Lina dan mencari celah untuk menyusupkan kebenaran. Ditambah semuanya harus tampak alami jika tak ingin disalahpahami sebagai pengadu yang suka ikut campur urusan orang lain."Bagaimana bisnis

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   6. Dua Wanita Berbeda Nasib

    Resah. Gelisah. Lelah. Sejujurnya, Hera gugup sekali melalui ini semua. Tidak mungkin tidak terlintas pikiran untuk menyudahi dan menyerah barang setitik saja, tapi hidupnya rumit dari yang terlihat di permukaan. Pernikahan ini menautkan dua keluarga yang perlu di jaga nama baik dan kepercayaannya.Hera hampir berniat menikam Darel dengan sederet fakta yang ia jaga selama ini, bahwa suami terkasihnya mempermainkan janji suci pernikahan mereka. Hera terlampau berdamai dengan kenyataan telah sampai mati rasa secara menyedihkan, ia setengah masa bodoh dan selebihnya adalah perasaan cinta yang besar."Hei, apa ada yang sakit?" Darel meremas bahu Hera kemudian menginspeksi sang istri dari atas ke bawah. "Kenapa menangis?" Ibu jarinya bergerak lembut menghapus jejak air mata yang terjun dari pelupuk mata istrinya.Hera menegang lantaran tak menduga bahwa dirinya menjadi emosional semudah itu. Masih menolak untuk membiarkan Darel mengetahui bahwa Hera memelihara kewaspadaan dan membendung k

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   5. menemui sang istri sah

    Setiap misi menjauhkan wanita-wanita pengganggu dari Darel selama ini, Hera banyak dicekoki pikiran licik oleh Abigail. Sang model jelas menolak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan citra dirinya yang tenang dan bersahaja. Jadi ia hanya bicara dengan wanita-wanita itu tanpa berniat buruk.Namun kali ini, Hera memutuskan menjalankan semua rencana di kepalanya sendirian tanpa melibatkan siapapun di luar dirinya. Rencana rahasia Hera itu sudah di mulai sejak ia memberi tugas palsu pada Abigail untuk membuat manajernya itu sibuk.["Istri sah Pak Galih adalah wanita old money, kau tahu? Kesuksesan pak Galih sekarang berkat campur tangan mertuanya. Dengan kata lain, dia tidak bisa apa-apa tanpa istrinya."]"Hanya itu yang kau tahu? Apa kau tahu apa jadwal istrinya kemarin, hari ini dan besok?" Hera berbicara sembari mengatur pernapasan. "Jujur saja, Gail. Kau tidak bisa membantuku kali ini menggantikan tugas Ayuna. Jangan memaksakan diri." Bulu mata lentik Hera mengerling ke arah panel

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   4. wanita dan musuh-musuhnya

    Hera sungguh muak dengan wanita bernama Feronika Denise itu. Baru saja semalam Hera menegaskan dengan keras untuk menjauhi suaminya, tapi pagi-pagi sekali—menurut Hera—telah menerima telpon dari Ayuna.["Maaf, Madam, telah menganggumu. Apa kau tidak mencapai kesepakatan dengan Feronika Denise? Dia mengunjungi Tuan Darel di kantor. Aku sudah mengirimkan fotonya, bisa kau lihat?"]Sang model yang masih mengenakan gaun tidur kini terduduk di bibir ranjang besarnya. Penutup mata bermotif karakter beruang madu yang sedang ia pakai diturunkan hingga leher dengan sedikit merenggut."Sebentar." Kemudian menjauhkan layar ponselnya untuk memeriksa ruang obrolan dengan Ayuna. Terpampanglah foto Feronika Denise yang sedang duduk di atas paha Darel. Dari tata ruangnya, jelas itu adalah kantor Darel bekerja. Ini masih pukul sembilan pagi ketika melirik jam di atas nakas. Itu artinya Darel berangkat satu jam lalu. Hera ingat karena ia terbangun sebentar untuk sekedar memeluk dan mencium Darel sebel

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   3. bar mewah dan si wanita simpanan

    "Ayuna."Gadis itu memutar kepalanya pada sumber suara, praktis menemukan figur atraktif milik istri atasannya yang tengah tersenyum dan melambai singkat. Rambut coklat yang tergerai bergerak lembut saat sang model melenggok seakan jalan yang dilewati adalah catwalk-nya. Hera Andromeda, sosok yang selalu membuat para gadis seantero negeri ingin menjadi dirinya. "Madam." Gadis itu mengangguk singkat.Hera melenggang anggun menuju salah satu sofa lobi bergabung duduk dengan Ayuna. "Sudah dapat flashdisk-nya?"Ayuna hanya tersenyum tipis kemudian mengangguk."Apa kau menunggu seseorang di sini? Mas Darel sudah tidak ada pekerjaan, 'kan?" Hera melirik arlojinya yang menunjukkan pukul lima sore. Waktu pulang kerja sudah satu jam berlalu dan Ayuna masih di sini dengan pakaian yang sama."Aku memang sengaja menunggu Madam untuk memberitahu sesuatu."Padahal Hera baru saja menemukan posisi duduk yang nyaman dan bersandar agar santai, namun punggungnya harus menegang lagi. "Baiklah. Mas Dare

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   2. saya tidak akan tidur dengan wanita lain

    Saat Darel melamar Hera padahal mereka baru pertama kali bertemu, sang model tidak langsung menanggapi. Ia mengulur hingga satu bulan dan berharap Darel melupakannya. Hera ingat betul akan kegigihan Abigail meyakinkannya untuk menerima Darel. Selain soal kekayaan dan ketampanan, Abigail mengatakan bahwa Hera akan bahagia di sisa hidupnya. Pun Darel membuktikan itu hingga Hera luluh.Lalu lihat sekarang.Saat Hera mulai mencintai dan berpikir akan bahagia sepanjang hidupnya, Darel berkhianat. Kini Abigail malah membantunya membereskan perselingkuhan sang suami.Kemudian apalagi?[Abigail: Aku tidak pernah bilang padamu tentang ini. Sepertinya, perempuan itu, maksudku Ayuna. Dia memiliki sesuatu dengan suamimu.]Deg! Detak keresahan yang menyusup tanpa undangan. Hera berpekur sejenak dan membiarkan pikirannya beku seperti Abigail baru saja mengutuknya.Sang manajer terkadang intuitif. Namun tidak pernah gagal membuat Hera mempercayai barang sejumput dari perkataannya."Tidak mungkin."

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   1. kamar kita katanya

    "Madam, suamimu selingkuh..."Suara perempuan berdenging di telinga Hera. Ia tahu, itu bukan sesuatu yang berasal dari mimpi buruk. Suaminya selingkuh sementara ia tak mengizinkan diri sendiri untuk bersedih. Hari ini Hera memiliki agenda untuk makan siang di kafe sebuah hotel, lebih tepatnya ia baru saja memanipulasi pertemuan aktris dengan seorang produser. Mungkin Hera tidak akan menginginkan makan siangnya lagi hari ini.Sesampainya Hera di sana, sang aktris tengah menikmati hidangan kesukaannya, sashimi salmon dan naan keju. Jangan tanya bagaimana Hera bisa mengetahuinya. Ia tidak datang dengan kepala kosong. Hera agak menyayangkan mereka berdua harus berkenalan dengan cara menyedihkan seperti ini. Padahal ia menyukai beberapa film sang aktris. Wanita itu menepikan alat makannya bersamaan dengan Hera yang menemukan permulaan kata untuk memulai percakapan sebagai 'istri yang sedang menemui selingkuhan suaminya'.Meski mulanya keheranan, tak butuh waktu lama bagi sang aktris untu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status