Share

Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku
Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku
Author: Lilaclice

1. kamar kita katanya

Author: Lilaclice
last update Last Updated: 2023-03-08 10:30:26

"Madam, suamimu selingkuh..."

Suara perempuan berdenging di telinga Hera. Ia tahu, itu bukan sesuatu yang berasal dari mimpi buruk. Suaminya selingkuh sementara ia tak mengizinkan diri sendiri untuk bersedih.

Hari ini Hera memiliki agenda untuk makan siang di kafe sebuah hotel, lebih tepatnya ia baru saja memanipulasi pertemuan aktris dengan seorang produser. Mungkin Hera tidak akan menginginkan makan siangnya lagi hari ini.

Sesampainya Hera di sana, sang aktris tengah menikmati hidangan kesukaannya, sashimi salmon dan naan keju. Jangan tanya bagaimana Hera bisa mengetahuinya. Ia tidak datang dengan kepala kosong.

Hera agak menyayangkan mereka berdua harus berkenalan dengan cara menyedihkan seperti ini. Padahal ia menyukai beberapa film sang aktris. Wanita itu menepikan alat makannya bersamaan dengan Hera yang menemukan permulaan kata untuk memulai percakapan sebagai 'istri yang sedang menemui selingkuhan suaminya'.

Meski mulanya keheranan, tak butuh waktu lama bagi sang aktris untuk menangkap tujuan dan maksud Hera mendatanginya.

"Bukan aku yang memulainya. Suamimu lebih dulu merayuku. Jangan egois Hera. Darel Lakeswara, suamimu itu, jauh sebelum pernikahan kalian, dia berburu wanita setiap malam. Apa kau tahu? Sadarlah. Kau tidak akan pernah menjadi satu-satunya."

Tidak. Hera tidak ingin tahu. Terpenting dari itu semua adalah Darel Lakeswara sudah menjadi suaminya. Satu-satunya alasan Hera melakukan semua ini karena sumpah pernikahan dan reputasi dua keluarga besar.

"Kau baru saja menyebut seorang istri yang mempertahankan suaminya sebagai wanita egois," balas Hera dengan gestur tenang. Dia sudah melakukan ini selama beberapa bulan, tak lagi menghitung wanita di depannya ini sudah 'target operasi' yang ke berapa.

Hera memperhatikan ke sekitar, memastikan tidak ada orang lain di ruangan tertutup ini selain mereka berdua.

Sambil mendekat pada wajah sang aktris, Hera melanjutkan kalimatnya. "Seorang aktris harusnya cukup menjajakan diri pada produser. Kau tidak perlu menjual diri juga pada pengusaha demi uang." Kemudian memundurkan tubuhnya dan tersenyum sementara wajah sang aktris terlihat memerah.

"Hera Andromeda, bukannya kau sudah keterlaluan? Aku bisa menuntutmu. Orang-orang pasti akan marah jika tahu kelakuanmu yang sebenarnya. Kesayangan netizen? Omong kosong! Kau tidak pantas disebut seperti itu."

"Oh, coba saja." Hera tergelak kecil sembari menutup mulutnya dengan anggun. "Jadi bagaimana? Jauhi suamiku atau kehilangan pekerjaanmu? Kau tahu, skandal selebriti yang menjadi PSK bukanlah hal baru namun tetap sangat menarik. Aku punya banyak rekaman dan fotomu. Oh, kau boleh memilih infotainment mana yang memberitakannya lebih dulu. Tenang, aku banyak kenal orang-orang televisi."

"Cih! Kau kebetulan saja lahir dengan beruntung di keluarga kaya raya dan menikah dengan seorang Lakeswara." Sang aktris merengut marah seraya mendorong kursi sampai menimbulkan suara derit yang menggema ke langit-langit. Ia berdiri menjaga harga dirinya dengan bersikap angkuh. Kemudian meraih tas mahalnya dan melengos tanpa menoleh lagi.

Hebat! Hera nyaris seperti mendengar ilusi orang-orang sedang bertepuk tangan di kepalanya. Selebrasi itu bukan untuk keberhasilan mengintimidasi perempuan yang entah ke berapa itu melainkan sebuah sarkasme. Kemampuannya menggertak orang lain meningkat pesat. Hera tentu tidak bangga, itu sangat jauh dari citra dirinya.

Lama-kelamaan semua aksi ini membuat lelah. Namun membicarakan dengan Darel bukan opsi yang bagus, bisa-bisa mereka canggung setelah itu dan pernikahan mereka menjadi dingin. Hera tidak menginginkan itu. Mungkin suatu saat, jika keadaan memaksa saja.

Di ruangan yang dihias sedemikian rupa dengan wewangian dan banyak bunga mawar merah muda di setiap vas bunga kristal, Hera merenung. Pandangannya kosong, sesaat jiwanya berkelana.

"Apa akhirnya aku mulai menyesali keputusanku menerima lamaran mas Darel? Padahal itu baru malam pertama kali kami bertemu," batinnya merundung.

Drrtt!

Ponsel di dekat lengannya bergetar, praktis menarik Hera dari ketermenungan. Meski samar, sang model tersenyum menatapi layar pintar yang menyala sampai ia memutuskan untuk mengangkatnya.

["Saya tidak akan bertanya kenapa kamu lama sekali mengangkat telpon saya, Hera Lakeswara."] Suara husky milik seorang pria langsung memburu Hera.

Hera mendenguskan tawa yang terdengar merdu oleh pemilik rungu di seberang sana. Tidak bisa dipercaya, pria inilah yang selingkuh berkali-kali darinya. Pria yang sebenarnya posesif. Hera kadang merasa Darel hampir bersikap obsesif.

["Dimana, sayang?"] tanyanya singkat.

"Di De Café hotel Mega. Eh ..." Hera memiringkan kepala setelah menyadari sesuatu. "Bagaimana kamu tahu kalau aku sedang tidak di rumah padahal aku tidak bilang?"

["Mudah saja. Tunggu di sana, kebetulan saya baru selesai rapat di hotel Mega."]

"Wah, kebetulan sekali kamu juga di sini." Hera mengulas senyum getir mumpung tidak bisa dilihat oleh Darel. Menyakitkan sekali ketika berpura-pura tidak tahu bahwa suaminya baru saja bertemu seorang perempuan dan Hera juga menemui wanita itu tepat setelahnya.

Hera menatap hidangan yang tinggal separuh di atas meja dengan wajah datar. "Tahu tidak, sayang, aku dengar sashimi salmon dan naan kejunya sangat enak. Aku datang untuk mencobanya dengan Abigail."

Hera memberi nada riang dalam setiap kalimatnya, memastikan Darel mendengar keantusiasan Hera saat mereka berinteraksi. Bukankah kemampuan akting Hera lumayan? Harusnya ia terima saja puluhan tawaran bermain FTV dan sinetron yang datang.

Hanya sebentuk deheman maskulin yang diberikan oleh Darel sebagai tanggapan sederhana. Entah mengabaikan atau memang tidak tertarik. Kemudian ia berkata setelah hening berkobar di atmosfer, ["Saya senang jika kamu menikmatinya, sayang."]

Dengan itu, panggilan tersebut berakhir secara sepihak oleh Darel. Hera mematut layar ponselnya hingga redup.

"Aku tahu kamu mencintaiku mas Darel tapi kapan permainan bodoh ini akan berakhir?"

Buru-buru Hera menggelengkan kepala dengan kuat. Rambut kecoklatannya meliuk-liuk di sepanjang punggung. Ia menyampirkan anak rambut nakal ke balik telinga kemudian menyalakan ponselnya kembali.

Ia tidak boleh menangis sekarang. Jika Darel yang peka di saat tidak penting itu curiga, bisa-bisa semua usaha selama ini gagal. Hera ingin hubungannya dengan Darel tetap stabil seperti sekarang.

Ponsel di genggaman Hera bergetar. Sejenak mengalihkan pikiran dari kondisi menyedihkan ini, ia berkirim pesan dengan Abigail yang sudah menunggu sejak tadi di mobil. Semula, Hera ingin langsung pulang setelah urusannya selesai. Ajakan Darel tidak masuk dalam rencana, namun apa boleh buat. Abigail harus pulang dengan orang lain kali ini.

[Abigail: Kau serius, Hera? Aku tidak sudi pulang bersama perempuan itu.]

Balon percakapan Abigail penuh dengan emotikon yang menunjukkan kemarahan. Tidak cukup dengan memakai kepala kuning yang berubah jadi kepala merah atau sedang mengeluarkan asap dari hidungnya. Abigail melemparkan emotikon bom, granat, kobaran api dan segala sesuatu mudah meledak yang tersedia di keypad. Diselingi senjata tajam seperti pisau juga.

Hera sukses terpingkal-pingkal dari kursi. Beruntungnya ia berada di ruang privasi jadi tidak ada yang tahu bahwa model cemerlang kesayangan publik (walaupun sedang vakum) bisa tertawa hingga setengah terjungkal.

[Hera: Ayolah, Gail. Jangan merengek seperti bayi. Mulailah akur dengannya. Dia telah banyak membantu kita, lho. Kalian pasti sangat cocok. lol]

Suara pintu yang dibuka dari luar, menginterupsi Hera. Wajah mungil yang memiliki fitur-fitur tegas berkat darah British dari sang ibu kini menoleh, menanti pintu terbuka sempurna sampai sosok maskulin dengan setelan mengilap menyeruak masuk.

"Saya yakin telah mendengar suara malaikat sedang tertawa barusan," ucap sosok itu dengan senyum tipis yang menawan. Mata obsidiannya tertuju pada satu-satunya figur cantik duduk di ruangan yang ditata cantik pula.

"Mas Darel." Hera bangkit dengan senyum lebar, seolah-olah mampu menyentuh telinganya. Ia menyambut sang suami yang menghampirinya dengan langkah lebar.

Darel melingkari pinggang kecil sang istri, mengecup bertubi-tubi pada leher jenjang tanpa cela itu. Ia menahan diri untuk tidak memberi jejak kepemilikan di sana. Menurut Darel, itu sangat sulit dilakukan setiap kali ada Hera di dekatnya. Ia beralih memburu bibir ranum Hera, hormon-hormonnya bersorak kegirangan saat sang istri membuka celah dan membiarkan ia menyusup lebih intens.

"Ekhem!"

Hera membelalak saat suara seorang perempuan menyela kegiatan mereka.

"Tuan dan Madam."

Sekonyong-konyong, Darel tetap melanjutkan aktivitasnya padahal Hera sudah setengah mati menahan malu. Akhirnya, sang model mendorong lembut dada Darel yang dengan berat hati kemudian menjauhkan diri. Hera buru-buru memperbaiki penampilannya.

"Ada apa, Ayuna?" tanya Darel seraya menyeka bibir basahnya.

"Maaf, Tuan. Sepertinya saya meninggalkan flashdisk penting di kamar kita tadi."

Mata sewarna madu Hera bergantian menatap Darel dan sekretarisnya.

Kamar kita?

"Kalian sekamar?" tanya Hera menyuarakan isi pikirannya tanpa pikir panjang.

Drrtt!

Seolah waktu melambat. Hera lebih dulu merespon getaran dari ponselnya daripada jawaban yang dia ingin dari mulut Darel atau Ayuna.

Related chapters

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   2. saya tidak akan tidur dengan wanita lain

    Saat Darel melamar Hera padahal mereka baru pertama kali bertemu, sang model tidak langsung menanggapi. Ia mengulur hingga satu bulan dan berharap Darel melupakannya. Hera ingat betul akan kegigihan Abigail meyakinkannya untuk menerima Darel. Selain soal kekayaan dan ketampanan, Abigail mengatakan bahwa Hera akan bahagia di sisa hidupnya. Pun Darel membuktikan itu hingga Hera luluh.Lalu lihat sekarang.Saat Hera mulai mencintai dan berpikir akan bahagia sepanjang hidupnya, Darel berkhianat. Kini Abigail malah membantunya membereskan perselingkuhan sang suami.Kemudian apalagi?[Abigail: Aku tidak pernah bilang padamu tentang ini. Sepertinya, perempuan itu, maksudku Ayuna. Dia memiliki sesuatu dengan suamimu.]Deg! Detak keresahan yang menyusup tanpa undangan. Hera berpekur sejenak dan membiarkan pikirannya beku seperti Abigail baru saja mengutuknya.Sang manajer terkadang intuitif. Namun tidak pernah gagal membuat Hera mempercayai barang sejumput dari perkataannya."Tidak mungkin."

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   3. bar mewah dan si wanita simpanan

    "Ayuna."Gadis itu memutar kepalanya pada sumber suara, praktis menemukan figur atraktif milik istri atasannya yang tengah tersenyum dan melambai singkat. Rambut coklat yang tergerai bergerak lembut saat sang model melenggok seakan jalan yang dilewati adalah catwalk-nya. Hera Andromeda, sosok yang selalu membuat para gadis seantero negeri ingin menjadi dirinya. "Madam." Gadis itu mengangguk singkat.Hera melenggang anggun menuju salah satu sofa lobi bergabung duduk dengan Ayuna. "Sudah dapat flashdisk-nya?"Ayuna hanya tersenyum tipis kemudian mengangguk."Apa kau menunggu seseorang di sini? Mas Darel sudah tidak ada pekerjaan, 'kan?" Hera melirik arlojinya yang menunjukkan pukul lima sore. Waktu pulang kerja sudah satu jam berlalu dan Ayuna masih di sini dengan pakaian yang sama."Aku memang sengaja menunggu Madam untuk memberitahu sesuatu."Padahal Hera baru saja menemukan posisi duduk yang nyaman dan bersandar agar santai, namun punggungnya harus menegang lagi. "Baiklah. Mas Dare

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   4. wanita dan musuh-musuhnya

    Hera sungguh muak dengan wanita bernama Feronika Denise itu. Baru saja semalam Hera menegaskan dengan keras untuk menjauhi suaminya, tapi pagi-pagi sekali—menurut Hera—telah menerima telpon dari Ayuna.["Maaf, Madam, telah menganggumu. Apa kau tidak mencapai kesepakatan dengan Feronika Denise? Dia mengunjungi Tuan Darel di kantor. Aku sudah mengirimkan fotonya, bisa kau lihat?"]Sang model yang masih mengenakan gaun tidur kini terduduk di bibir ranjang besarnya. Penutup mata bermotif karakter beruang madu yang sedang ia pakai diturunkan hingga leher dengan sedikit merenggut."Sebentar." Kemudian menjauhkan layar ponselnya untuk memeriksa ruang obrolan dengan Ayuna. Terpampanglah foto Feronika Denise yang sedang duduk di atas paha Darel. Dari tata ruangnya, jelas itu adalah kantor Darel bekerja. Ini masih pukul sembilan pagi ketika melirik jam di atas nakas. Itu artinya Darel berangkat satu jam lalu. Hera ingat karena ia terbangun sebentar untuk sekedar memeluk dan mencium Darel sebel

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   5. menemui sang istri sah

    Setiap misi menjauhkan wanita-wanita pengganggu dari Darel selama ini, Hera banyak dicekoki pikiran licik oleh Abigail. Sang model jelas menolak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan citra dirinya yang tenang dan bersahaja. Jadi ia hanya bicara dengan wanita-wanita itu tanpa berniat buruk.Namun kali ini, Hera memutuskan menjalankan semua rencana di kepalanya sendirian tanpa melibatkan siapapun di luar dirinya. Rencana rahasia Hera itu sudah di mulai sejak ia memberi tugas palsu pada Abigail untuk membuat manajernya itu sibuk.["Istri sah Pak Galih adalah wanita old money, kau tahu? Kesuksesan pak Galih sekarang berkat campur tangan mertuanya. Dengan kata lain, dia tidak bisa apa-apa tanpa istrinya."]"Hanya itu yang kau tahu? Apa kau tahu apa jadwal istrinya kemarin, hari ini dan besok?" Hera berbicara sembari mengatur pernapasan. "Jujur saja, Gail. Kau tidak bisa membantuku kali ini menggantikan tugas Ayuna. Jangan memaksakan diri." Bulu mata lentik Hera mengerling ke arah panel

    Last Updated : 2023-03-08
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   6. Dua Wanita Berbeda Nasib

    Resah. Gelisah. Lelah. Sejujurnya, Hera gugup sekali melalui ini semua. Tidak mungkin tidak terlintas pikiran untuk menyudahi dan menyerah barang setitik saja, tapi hidupnya rumit dari yang terlihat di permukaan. Pernikahan ini menautkan dua keluarga yang perlu di jaga nama baik dan kepercayaannya.Hera hampir berniat menikam Darel dengan sederet fakta yang ia jaga selama ini, bahwa suami terkasihnya mempermainkan janji suci pernikahan mereka. Hera terlampau berdamai dengan kenyataan telah sampai mati rasa secara menyedihkan, ia setengah masa bodoh dan selebihnya adalah perasaan cinta yang besar."Hei, apa ada yang sakit?" Darel meremas bahu Hera kemudian menginspeksi sang istri dari atas ke bawah. "Kenapa menangis?" Ibu jarinya bergerak lembut menghapus jejak air mata yang terjun dari pelupuk mata istrinya.Hera menegang lantaran tak menduga bahwa dirinya menjadi emosional semudah itu. Masih menolak untuk membiarkan Darel mengetahui bahwa Hera memelihara kewaspadaan dan membendung k

    Last Updated : 2023-04-03
  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   7. Nasib yang lucu

    Setelah terlibat dalam obrolan sendu, mereka sepakat untuk bergerak dari topik biru itu ditandai dengan Lina yang menuangkan anggur kedua kalinya pada gelas kristal dan bertos-ria. Suara dentingan khas dari gelas berkilau itu seakan terdengar bak lonceng aba-aba di telinga Hera."Tante..." Hera menaruh gelas yang isinya tinggal separuh di atas meja. "Kudengar selain anggota partai, Pak Galih juga berbisnis. Bagaimana? Cukup menghasilkan?""Ya. Kami punya beberapa properti dan real estat. Lumayan untuk tabungan pendidikan anak-anak dan hari tua." Lina terus menyesap hingga anggur di gelasnya tandas. "Ah. Kau beruntung menikah dengan pewaris Lakeswara, Hera. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi."Hera tertawa miris dalam hati. Mungkin dirinya memang cukup beruntung sampai harus duduk di depan Lina dan mencari celah untuk menyusupkan kebenaran. Ditambah semuanya harus tampak alami jika tak ingin disalahpahami sebagai pengadu yang suka ikut campur urusan orang lain."Bagaimana bisnis

    Last Updated : 2023-04-06

Latest chapter

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   7. Nasib yang lucu

    Setelah terlibat dalam obrolan sendu, mereka sepakat untuk bergerak dari topik biru itu ditandai dengan Lina yang menuangkan anggur kedua kalinya pada gelas kristal dan bertos-ria. Suara dentingan khas dari gelas berkilau itu seakan terdengar bak lonceng aba-aba di telinga Hera."Tante..." Hera menaruh gelas yang isinya tinggal separuh di atas meja. "Kudengar selain anggota partai, Pak Galih juga berbisnis. Bagaimana? Cukup menghasilkan?""Ya. Kami punya beberapa properti dan real estat. Lumayan untuk tabungan pendidikan anak-anak dan hari tua." Lina terus menyesap hingga anggur di gelasnya tandas. "Ah. Kau beruntung menikah dengan pewaris Lakeswara, Hera. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi."Hera tertawa miris dalam hati. Mungkin dirinya memang cukup beruntung sampai harus duduk di depan Lina dan mencari celah untuk menyusupkan kebenaran. Ditambah semuanya harus tampak alami jika tak ingin disalahpahami sebagai pengadu yang suka ikut campur urusan orang lain."Bagaimana bisnis

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   6. Dua Wanita Berbeda Nasib

    Resah. Gelisah. Lelah. Sejujurnya, Hera gugup sekali melalui ini semua. Tidak mungkin tidak terlintas pikiran untuk menyudahi dan menyerah barang setitik saja, tapi hidupnya rumit dari yang terlihat di permukaan. Pernikahan ini menautkan dua keluarga yang perlu di jaga nama baik dan kepercayaannya.Hera hampir berniat menikam Darel dengan sederet fakta yang ia jaga selama ini, bahwa suami terkasihnya mempermainkan janji suci pernikahan mereka. Hera terlampau berdamai dengan kenyataan telah sampai mati rasa secara menyedihkan, ia setengah masa bodoh dan selebihnya adalah perasaan cinta yang besar."Hei, apa ada yang sakit?" Darel meremas bahu Hera kemudian menginspeksi sang istri dari atas ke bawah. "Kenapa menangis?" Ibu jarinya bergerak lembut menghapus jejak air mata yang terjun dari pelupuk mata istrinya.Hera menegang lantaran tak menduga bahwa dirinya menjadi emosional semudah itu. Masih menolak untuk membiarkan Darel mengetahui bahwa Hera memelihara kewaspadaan dan membendung k

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   5. menemui sang istri sah

    Setiap misi menjauhkan wanita-wanita pengganggu dari Darel selama ini, Hera banyak dicekoki pikiran licik oleh Abigail. Sang model jelas menolak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan citra dirinya yang tenang dan bersahaja. Jadi ia hanya bicara dengan wanita-wanita itu tanpa berniat buruk.Namun kali ini, Hera memutuskan menjalankan semua rencana di kepalanya sendirian tanpa melibatkan siapapun di luar dirinya. Rencana rahasia Hera itu sudah di mulai sejak ia memberi tugas palsu pada Abigail untuk membuat manajernya itu sibuk.["Istri sah Pak Galih adalah wanita old money, kau tahu? Kesuksesan pak Galih sekarang berkat campur tangan mertuanya. Dengan kata lain, dia tidak bisa apa-apa tanpa istrinya."]"Hanya itu yang kau tahu? Apa kau tahu apa jadwal istrinya kemarin, hari ini dan besok?" Hera berbicara sembari mengatur pernapasan. "Jujur saja, Gail. Kau tidak bisa membantuku kali ini menggantikan tugas Ayuna. Jangan memaksakan diri." Bulu mata lentik Hera mengerling ke arah panel

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   4. wanita dan musuh-musuhnya

    Hera sungguh muak dengan wanita bernama Feronika Denise itu. Baru saja semalam Hera menegaskan dengan keras untuk menjauhi suaminya, tapi pagi-pagi sekali—menurut Hera—telah menerima telpon dari Ayuna.["Maaf, Madam, telah menganggumu. Apa kau tidak mencapai kesepakatan dengan Feronika Denise? Dia mengunjungi Tuan Darel di kantor. Aku sudah mengirimkan fotonya, bisa kau lihat?"]Sang model yang masih mengenakan gaun tidur kini terduduk di bibir ranjang besarnya. Penutup mata bermotif karakter beruang madu yang sedang ia pakai diturunkan hingga leher dengan sedikit merenggut."Sebentar." Kemudian menjauhkan layar ponselnya untuk memeriksa ruang obrolan dengan Ayuna. Terpampanglah foto Feronika Denise yang sedang duduk di atas paha Darel. Dari tata ruangnya, jelas itu adalah kantor Darel bekerja. Ini masih pukul sembilan pagi ketika melirik jam di atas nakas. Itu artinya Darel berangkat satu jam lalu. Hera ingat karena ia terbangun sebentar untuk sekedar memeluk dan mencium Darel sebel

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   3. bar mewah dan si wanita simpanan

    "Ayuna."Gadis itu memutar kepalanya pada sumber suara, praktis menemukan figur atraktif milik istri atasannya yang tengah tersenyum dan melambai singkat. Rambut coklat yang tergerai bergerak lembut saat sang model melenggok seakan jalan yang dilewati adalah catwalk-nya. Hera Andromeda, sosok yang selalu membuat para gadis seantero negeri ingin menjadi dirinya. "Madam." Gadis itu mengangguk singkat.Hera melenggang anggun menuju salah satu sofa lobi bergabung duduk dengan Ayuna. "Sudah dapat flashdisk-nya?"Ayuna hanya tersenyum tipis kemudian mengangguk."Apa kau menunggu seseorang di sini? Mas Darel sudah tidak ada pekerjaan, 'kan?" Hera melirik arlojinya yang menunjukkan pukul lima sore. Waktu pulang kerja sudah satu jam berlalu dan Ayuna masih di sini dengan pakaian yang sama."Aku memang sengaja menunggu Madam untuk memberitahu sesuatu."Padahal Hera baru saja menemukan posisi duduk yang nyaman dan bersandar agar santai, namun punggungnya harus menegang lagi. "Baiklah. Mas Dare

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   2. saya tidak akan tidur dengan wanita lain

    Saat Darel melamar Hera padahal mereka baru pertama kali bertemu, sang model tidak langsung menanggapi. Ia mengulur hingga satu bulan dan berharap Darel melupakannya. Hera ingat betul akan kegigihan Abigail meyakinkannya untuk menerima Darel. Selain soal kekayaan dan ketampanan, Abigail mengatakan bahwa Hera akan bahagia di sisa hidupnya. Pun Darel membuktikan itu hingga Hera luluh.Lalu lihat sekarang.Saat Hera mulai mencintai dan berpikir akan bahagia sepanjang hidupnya, Darel berkhianat. Kini Abigail malah membantunya membereskan perselingkuhan sang suami.Kemudian apalagi?[Abigail: Aku tidak pernah bilang padamu tentang ini. Sepertinya, perempuan itu, maksudku Ayuna. Dia memiliki sesuatu dengan suamimu.]Deg! Detak keresahan yang menyusup tanpa undangan. Hera berpekur sejenak dan membiarkan pikirannya beku seperti Abigail baru saja mengutuknya.Sang manajer terkadang intuitif. Namun tidak pernah gagal membuat Hera mempercayai barang sejumput dari perkataannya."Tidak mungkin."

  • Sekretaris Penghancur Rumah Tanggaku   1. kamar kita katanya

    "Madam, suamimu selingkuh..."Suara perempuan berdenging di telinga Hera. Ia tahu, itu bukan sesuatu yang berasal dari mimpi buruk. Suaminya selingkuh sementara ia tak mengizinkan diri sendiri untuk bersedih. Hari ini Hera memiliki agenda untuk makan siang di kafe sebuah hotel, lebih tepatnya ia baru saja memanipulasi pertemuan aktris dengan seorang produser. Mungkin Hera tidak akan menginginkan makan siangnya lagi hari ini.Sesampainya Hera di sana, sang aktris tengah menikmati hidangan kesukaannya, sashimi salmon dan naan keju. Jangan tanya bagaimana Hera bisa mengetahuinya. Ia tidak datang dengan kepala kosong. Hera agak menyayangkan mereka berdua harus berkenalan dengan cara menyedihkan seperti ini. Padahal ia menyukai beberapa film sang aktris. Wanita itu menepikan alat makannya bersamaan dengan Hera yang menemukan permulaan kata untuk memulai percakapan sebagai 'istri yang sedang menemui selingkuhan suaminya'.Meski mulanya keheranan, tak butuh waktu lama bagi sang aktris untu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status