Share

3. Pembantu orang kaya

last update Last Updated: 2024-10-22 11:18:37

"Gadis mana yang kamu maksud?" tanya Fagas.

Fagas dan Marvel tidak paham kemana arah pembicaraan Julian.

Yang Fagas dan Marvel tau, Julian tidak sedang dekat dengan gadis manapun.

"Ini bukan gadis untukku, tapi yang lain lagi." Tiba-tiba saja Julian merasa bingung bagaimana cara menyampaikan hal ini.

"Yang lain lagi? Maksudnya gimana ini, Tuan Muda Wiliam? Anda kira kami mengerti bahasa yang seperti itu?" Marvel menatap datar Julian dan menggunakan bahasa formal.

Itu artinya, Marvel sedang kesal pada Julian.

"Anak mantan sopir Oma," beritahu Julian, "aku masih nggak paham, kenapa Oma sekeras itu ingin mencari anak mantan sopirnya."

Bagik Fagas maupun Marvel, mereka berdua sama-sama terkejut mendengar ucapan Julian.

"Setelah bertahun-tahun, ternyata baru sekarang kau bisa menemukan gadis itu. Aku jadi penasaran bentuk aslinya seperti apa, kalau dilihat dari foto sepertinya dia cantik juga." Fagas mengusap dagunya.

Seketika jiwa brengseknya langsung meronta-ronta meminta dipuaskan.

"Jangan macam-macam kalau kalian nggak mau oma marah!" tekan Julian dibalas cengiran tanpa dosa oleh Fagas.

Julian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, sudah tiga tahun ini Julian mencari anak mantan supir pribadi Oma-nya bermodalkan selembar foto.

Siapa sangka, dua jam yang lau Julian bertemu dengan gadis itu di jalanan secara tidak sengaja.

"Mungkin ada sesuatu yang ingin dikatakan oelh Oma Fia pada gadis itu, Oma Fia kan seirng cerita kalau Oma sudah menganggap mantan sopir pribadinya itu seperti anak kandungnya sendiri," ujar Marvel.

"Aku setuju sama Marvel, pasti Oma Fia ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu." Fagas pun mencoba berpikir positif seperti Marvel.

Tapi tidak dengan Julian, pria itu terdiam dengan pikiran melayang ke mana-mana.

    'Aku yakin bukan itu alasan Oma sekeras itu ingin bertemu dengan anak mantan sopirnya. Pasti ada alasan lain yang membuat Oma sangat ingin bertemu dengan gadis itu. Tapi apa?'  Jualin terus bertanya-tanya dalam hati.

Julian termenung dan berandai-andai seorang diri. Julian juga memikirkan apa yang akan omanya lakukan jika sudah bertemu dengan gadis itu.

.

.

.

Ruby menatap ruangan kerjanya dengan mata berbinar, Ruby tidak pernah berekspektasi bahwa dia akan bekerja di ruangan ber AC dan keren seperti ini.

Ruby berpikir dia masuk ke perusahaan besar ini hanya dibagian staff biasa saja. Siapa sangka dia malah mendapatkan posisi yang tidak pernah Ruby bayangkan sebelumnya.

Ruby seperti baru saja ditimpa emas satu karung, dengan posisi sebagus ini dan juga di perusahaan sebesar ini, Ruby yakin bahwa bayarannya tidak akan sedikit.

"K-kak, i-ini---"

Ruby bahkan tidak mampu lagi berkata-kata, Ruby terlalu terkejut dan terlalu senang.

"Karena kamu ini pintar, jadinya pihak HRD menerima kamu bekerja di sini sebagai sekretaris Tuan Muda Wiliam. Semoga kamu betah ya, Ruby," ucap Friska sembari menunjukkan muka perihatin.

"Semoga betah?" Ruby mengulang kembali kalimat Friska yang sedikit mengganjal di hatinya.

    Apa maksudnya kalimat itu?

      

     Dan apa maksudnya wajah kasihan yang ditunjukkan Friska padanya? 

      Bukankah seharusnya Friska mengucapkan selamat padanya karena Ruby telah berhasil mendapatkan posisi yang tinggi?

Aneh, pikir Ruby. Tapi Ruby tidak punya waktu untuk bertanya lagi. Ruby hanya berdoa semoga dia diberi kelancaran selama bekerja di sini karena Ruby memang benar-benar membutuhkan pekerjaan ini atau dia akan mati kelaparan karena tidak ada pemasukan.

"Aku harus kembali bekerja, silahkan kerjakan beberapa berkas ini menjelang Tuan Muda datang." Friska meninggalkan Ruby setelah menunjuk tumpukan dokumen yang lumayan banyak.

"Bodo amat lah, apapun maksud Kak Friska, yang penting aku bisa kerja dengan tenang di sini. Dan pastinya kerja dengan posisi tinggi gini gajinya bakal tinggi juga." Ruby senyum-senyum sendiri.

Siapa coba yang tidak akan senang jika sudah membayangkan gaji yang besar?

      Membayangkan akan menerima amplop coklat yang isi di dalamnya adalah uang merah-merah membuat semangat Ruby untuk bekerja jadi menggebu-gebu.

Ruby mengerjakan semua pekerjaannya dengan sangat baik, tidak Ruby sangka mengerjakan tumpukan dokumen itu bisa menghabiskan waktu seharian.

"Anjir! Udah jam lima, itu artinya udah boleh pulang dong," pekik Ruby.

Saking asiknya bekerja, Ruby sampai tidak sadar bahwa hari sudah sore. Ruby membereskan semua barang-barangnya, sekarang dia akan pulang ke kontrakan nya melepas penat karena bekerja seharian ini dengan cara tidur saat sampai di kontrakan nanti.

Sebelum pulang, Ruby sempat melirik pintu ruangan CEO yang tertutup rapat.

"Katanya si tuan muda itu bakalan datang hari ini, tapi kok nggak muncul-muncul sampai semua karyawannya udah mau pulang?" gumam Ruby agak sedikit heran.

Tapi persetan dengan itu semua, Ruby tidak peduli. Ruby memilih untuk tetap melanjutkan niatnya untuk pulang dan melupakan rasa penasarannya dengan si tuan ini selama sesaat.

Lagi pula, bagus juga kalau tuan muda itu tidak datang-datang sekalian, jadi Ruby bisa bekerja sekehendak hati tanpa ada yang mengatur.

Jadi Ruby berdoa supaya si tuan muda itu tidak akan pernah datang selamanya.

*

Di luar dugaan, keinginan Ruby untuk bobo syantik di kontrakan harus urang ketika bertemu dengan teman semasa SMA nya.

Alhasil, Ruby kebablasan berbincang panjang lebar dengan teman lamanya itu sampai jam setengah sepuluh malam di taman kota yang akan selalu ramai di malam hari.

Ruby memang orang yang ramah dan mudah akrab dengan orang baru, jadi sangat wajar kalau orang seperti Ruby ini akan lupa waktu jika sudah mengobrol dengan orang yang berteman lama dengannya seterusnya.

Tetapi sebaliknya, Ruby akan bersiap jutek pada orang-orang yang tidak ia sukai.

"Aku harus pulang dulu, Ruby. Ini udah malam, takutnya majikan aku marah kalau aku terlalu lama di luar," ujar Nisa---teman SMA Ruby dulu.

"Yaudah, aku juga mau pulang sekarang. Capek banget padahal baru hari pertama kerja," balas Ruby diiringi dengan keluhan.

Ruby memang benar-benar merasa sangat lelah akibat aktivitas yang padat seharian ini. Ditambah lagi high heels yang dia pakai sangat membuat Ruby merasa tidak nyaman.

Nisa tersenyum kecil. "Seharusnya kamu itu senang bisa kerja kantoran, sedangkan aku cuma bisa jadi pembantu di rumah orang kaya. Banyak-banyak bersyukur, Ruby. Jangan terbiasa mengeluh," nasehati Nia membuat Ruby merasa sedikit malu.

Benar kata Nia, Ruby harus tetap bersyukur karena masih bernafas dan hidup dengan baik sampai sekarang.

Tapi Ruby tidak mau terlihat malu di depan Nia, jadi Ruby harus memutar otak supaya tetap terlihat santai.

Sampai akhirnya Ruby memutar bola matanya malas. "Aku tau ya kalau jadi pembantu orang kaya itu gajinya gede, teman aku si Ana hidupnya makmur sejahtera meskipun jadi ART," ucap Ruby setelah menemukan jawaban yang tepat supaya dia tidak malu lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   4. Harus bangkit

    Sampai akhirnya Ruby memutar bola matanya malas. "Aku tau ya kalau jadi pembantu orang kaya itu gajinya gede, teman aku si Ana hidupnya makmur sejahtera meskipun jadi ART," ucap Ruby setelah menemukan jawaban yang tepat supaya dia tidak malu lagi.Nisa tertawa melihat kelakuan Ruby, memang benar adanya menjadi pembantu di rumah orang tajir itu gajinya gede.Buktinya Nisa sudah bisa membeli sawah dan membangun rumah di kampung halamannya berkat berkat kerja di rumah orang kaya.Setelah Nisa pergi, Ruby pun beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu berjalan sambil menenteng kedua sepatunya yang sudah ia lepas, Ruby sengaja melepas high heels itu karena kakinya digigit oleh pinggir high heelsnya."Emang dasarnya aku ini orang susah dari lahir, sekalinya pakai high heels malah kesusahan begini," gerutu Ruby sepanjang kakinya melangkah.Kekesalan Ruby semakin bertambah karena ojek ia tunggu tidak datang-datang."Apaan tuh?"Tiba-tiba langkah Ruby terhenti ketika melihat perkelahian di pingg

    Last Updated : 2024-10-22
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   5. WL Company

    Tidak seperti hari sebelumnya, pagi ini Ruby bangun lebih awal. Sebelum berangkat bekerja, Ruby memakan dua potong roti untuk sarapan pagi ini.Ruby harus mulai berhemat karena tanggal gajian masih lama.“Aku pasti bisa makan makanan enak kalau udah gajian. Aku penasaran, kira-kira berapa ya gajinya sekretaris CEO? Apa bisa buat angkat derajat aku?” Ruby senyum-senyum sendiri sambil memakan roti rasa srikaya itu.Itu loh, roti dua ribuan yang selesainya berlimpah dan rasanya enak. Roti ini sering menjadi sasaran Ruby kalau keuangannya sudah menipis.Selesai sarapan, Ruby keluar dari kontrakan lalu berjalan kaki menuju jalan raya. Di sana juga sudah ada ojek yang menunggu Ruby.“Tujuannya sesuai dengan aplikasi kan, Mbak?” tanya si ojol.“Iya, Pak,” jawab Ruby.Kali ini tidak ada drama motor mogok atau ada tawuran di jalanan. Ruby tiba di kantor setengah jam sebelum mulai bekerja.“Nah, gini dong. Kalau datengnya lebih lagi kan lo bisa lebih santai juga.” Friska tersenyum puas melihat

    Last Updated : 2024-10-22
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   6. Tontonan para karyawan

    “Baiklah, kerjakan semua pekerjaan kamu, nanti jam tiga sore ikut meeting dengan saya.” Julian melangkah pergi memasuki ruangan CEO WL Company.WL Company adalah perusahaan yang bergerak di bidang properti, awalnya WL Company didirikan oleh Luwis William, kekek Julian. Karena ayah kandung Julian sudah meninggal, jadilah sekarang Julian yang menjadi CEO meskipun usia Julian masih sangat muda.Satu tahun yang lalu Luwis juga telah meninggal dunia, selama satu tahun ini juga WL Company dipimpin oleh orang Kepercayaan Luwis dan sekarang Julian sendiri yang sudah turun tangan di perusahaan meskipun masih malas-malasan dan atas paksaan keras dari Oma Fia.Setibanya di dalam ruangannya, Julian terdiam memikirkan banyak hal.“Gimana caranya ngasih tau ke oma kalau aku udah ketemu sama gadis itu.” Julian melirik ke dinding kaca, terlihat Ruby sedang serius dengan pekerjaan nya.“Kalau aku kasih tau sekarang, pasti oma menyuruhku untuk membawanya ke rumah, sedangkan aku belum tau apa alasan Oma

    Last Updated : 2024-11-06
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   7. Salfok

    Saat sampai di ruangannya pun, Ruby masih memikirkan Julian yang bisa dengan mudah mengubah-ubah sikapnya. Kalau berpikir Julian itu punya kepribadian ganda, sepertinya itu terlalu berlebihan. Ruby tidak bisa terlalu fokus pada pekerjaannya gara-gara Julian yang menunjukkan sikap yang berbeda padanya dan pada orang lain. ‘Andai aja si tuan muda arogant itu juga dingin sama aku, pasti aku akan bekerja dengan tenang tanpa gangguan si bos tengil,’ celoteh Ruby dalam hati. Ruby selalu saja merasa kesal setiap ingat dengan betapa tengilnya kelakuan atasannya sendiri. “Aku harus tanya Sola ini ke Kak Friska saat pulang dari kantor nanti.” Ruby menganggukkan kepalanya, Ruby rasa dengan bertanya pada Friska adalah ide yang paling baik. Sedangkan di sisi lain, Julian sedang uring-uringan karena pekerjaannya yang tidak kunjung selesai padahal Julian sudah ada janji makan malam bersama dengan Fagas dan Marvel

    Last Updated : 2024-11-10
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   8. Takdir hidup

    “Betah banget sih pegang tangan saya, tangan saya bikin nyaman ya, Tuan Muda.” Ruby melirik Julian lalu menatap tangannya yang digenggam si Julian. Julian buru-buru menarik tangannya, Julian menelan ludah karena salah tingkah. Semua itu hanya spontan, jujur saja Julian tidak ada niatan untuk memegang tangan Ruby meskipun rasanya tangan Ruby itu menang hangat. “Maaf saya nggak sengaja, kamu harus bantuin saya.” Julian duduk lagi di atas kursi kebesarannya. “Sengaja juga nggak apa-apa tuh, Tuan Muda.” Ruby mengedipkan sebelah matanya, Ruby senang sekali melihat wajah Julian yang memerah. Bukan karena Ruby suka Julian, Ruby hanya merasa puas melihat Julian gugup seperti sekarang. “Saya mau bantuin asalkan sesuai perjanjian tadi, Tuan Muda. Dua juta harus masuk ke dalam rekening saya setelah semua pekerjaan selesai.” Ruby memastikan kesepakatan terlebih dahulu. “Jangan banyak bicara lagi, uang dua juta hanya kecil bagi saya.” Julian tidak

    Last Updated : 2024-11-12
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   9. Daripada keluar duit

    "loh, Ruby kamu mau ke mana? Bukannya Kamu baru pulang ya?" tanya Ana. Ana yang sejak tadi duduk di depan kontrakan sepetaknya jelas melihat Ruby pulang diantar oleh mobil mewah dan sekarang Ruby sudah hendak keluar lagi. "Ternyata di dalam nggak ada yang bisa dimakan sama sekali, Na. Aku mau keluar cari makan dulu, bodohnya lagi pasti jalan tadi aku nggak mampir beli makan dulu di jalan," jawab Ruby."Kebetulan banget kalau gitu, tadi pas mau pulang kerja ternyata makanannya banyak yang kelebihan. bos aku nawarin buat aku bawa pulang aja beberapa menu makanan, makan di tempat aku aja. Aku nggak mungkin bisa habisin makanan sebanyak itu sendirian." Ana mengajak Ruby untuk makan di tempatnya.Ana ini bekerja di salah satu cafe yang tidak jauh dari kontrakan ini. Ana memang sering membawa banyak makanan dari cafe karena Ana mendapatkan atasan yang sangat baik padanya."Pas banget kalau gitu, sebenarnya aku juga males keluar lagi." Ruby tidak mungkin menolak rezeki.

    Last Updated : 2024-11-13
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   10. Memberitahu

    “Jadi kamu benar-benar diantar pulang sama si tuan muda?” Friska tidak menyangka seorang Julian mau mengantar sekretarisnya pulang. “Iya, Kak. Nggak cuma itu, aku dapat bonus dua juta dari hasil bantuin dia lembur.” Ruby tersenyum mengingat saldo rekening nya sudah bertambah. “Untung banyak dong kamu hari ini? Udah dapat bonus sebanyak itu, pulang dianterin nggak perlu keluar duit buat ongkos lagi, dan sekarang makan juga numpang sama aku.” Ana membicarakan keberuntungan yang didapatkan oleh Ruby. “Banget, Ana. Tuan Julian itu nggak cuma nyebelin aja, kalau lagi kepepet kayak tadi ternyata dia juga gampang dimanfaatin.” Ruby merasa dialah yang menjadi bos hari ini. “Kalau aja Tuan Julian suka kamu, gimana?” Mendadak Friska memikirkan hal yang satu ini. Sikap Julian terhadap Ruby itu sangat berbeda, siapa tau saja Julian benar-benar tertarik pada sekretarisnya sendiri. “Aku yang nggak mau, Kak. Meskipun si tuan muda itu ganteng dan kaya

    Last Updated : 2024-11-16
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 11 : Belajar banyak

    Beberapa hari setelah pertemuan dengan klien, Ruby mulai menyadari perubahan dalam cara Julian memperlakukannya. Tidak ada lagi godaan sembrono atau lelucon menggoda yang biasa pria itu lontarkan. Sebaliknya, Julian tampak lebih serius, lebih fokus, dan—anehnya—lebih perhatian daripada biasanya.Bukan berarti Julian berhenti menjadi pria menyebalkan yang selalu menyulitkan hidupnya. Tidak. Dia masih Julian yang sama—sombong, percaya diri, dan selalu tahu cara membuat Ruby kesal. Tapi ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan profesional.Hari itu, Ruby baru saja menyelesaikan laporan penting ketika suara ketukan di pintunya terdengar."Masuk," katanya tanpa melihat siapa yang datang.Julian masuk dengan langkah santai, tetapi kali ini tanpa senyum khasnya. Ruby langsung tahu ada sesuatu yang serius."Ada apa?" tanyanya, meletakkan berkas yang sedang ia baca.Julian menghela napas sebelum duduk di kursi di depan mejanya. "Aku baru saja da

    Last Updated : 2025-04-14

Latest chapter

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   20 : Seseorang

    Beberapa saat kemudian, Julian kembali datang dengan membawa sekotak kecil.“Apa itu?” tanya Ruby sambil menatap kotak di tangan suaminya.Julian meletakkan kotak itu di meja Ruby. “Makanan sehat. Aku memintanya khusus untukmu.”Ruby menghela napas. “Jul, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu repot-repot seperti ini setiap saat.”Julian menatapnya dengan ekspresi datar. “Aku ingin memastikan kau mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.”Ruby menatap suaminya, lalu akhirnya membuka kotak itu. Isinya adalah camilan sehat yang terlihat menggugah selera.“Baiklah,” katanya, mengambil satu potong buah dan mulai memakannya.Julian mengangguk puas. “Bagus.”Ruby menatap Julian dengan penuh rasa sayang. Ia tahu pria itu sangat peduli padanya dan calon bayi mereka.Momen Tak TerdugaMalam itu, setelah seharian bekerja, Ruby duduk di sofa sambil membaca buku tentang kehamilan. Julian duduk di sebelahnya

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Ditendang bos

    Setelah beberapa hari penuh emosi dan kejutan, Ruby dan Julian akhirnya kembali ke rutinitas mereka di kantor. Meskipun Ruby berusaha bekerja seperti biasa, Julian tidak bisa menahan diri untuk terus memperhatikannya.Saat mereka tiba di kantor, Julian berjalan di samping Ruby dengan ekspresi protektif yang jelas. “Kau yakin tidak mau aku membawakan tasmu?” tanyanya, melirik tas kerja Ruby yang tidak terlalu besar.Ruby mendesah. “Jul, aku masih bisa membawa tasku sendiri. Aku hamil, bukan sakit.”Julian terkekeh. “Baiklah, baiklah. Tapi kalau kau butuh sesuatu, beri tahu aku, oke?”Ruby memutar matanya sambil tersenyum. “Iya, Tuan Protektif.”Begitu mereka masuk ke kantor, beberapa rekan kerja mereka langsung menyapa. Beberapa orang tampak menyadari sesuatu yang berbeda dari Ruby, tetapi tidak ada yang bertanya langsung.Saat Ruby sedang fokus membaca laporan di mejanya, Julian muncul dengan secangkir teh hangat.“Kau tidak minum kopi lagi, jadi aku bawakan teh,” katanya sambil melet

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   18 : Dalam keheningan

    Seiring berjalannya waktu, Julian semakin memperhatikan setiap hal kecil yang dilakukan Ruby. Ia memastikan Ruby makan dengan benar, tidak terlalu banyak bekerja, dan bahkan mulai mencari informasi tentang kehamilan.Suatu malam, Ruby menemukan Julian sedang membaca artikel di ponselnya.“Apa yang kau baca?” tanyanya sambil duduk di sebelah suaminya.Julian dengan santai menunjukkan layar ponselnya. “Tentang kehamilan dan cara mendukung istri selama prosesnya.”Ruby menatapnya dengan tak percaya. “Serius?”Julian mengangguk dengan santai. “Tentu saja. Aku ingin memastikan aku bisa menjadi suami yang baik.”Ruby tertawa kecil. “Kau benar-benar mempersiapkan diri, ya?”Julian tersenyum. “Tentu saja. Ini bukan hanya tentang kau. Aku juga ingin menjadi ayah yang baik.”Ruby terdiam sejenak, lalu tersenyum lembut. “Terima kasih.”Julian meraih tangan Ruby dan menggenggamnya erat. “Kita melakukannya

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   17 : Seseorang yang dipercaya

    Setelah hari yang panjang di kantor, Julian dan Ruby akhirnya kembali ke rumah. Ruby masih tenggelam dalam pikirannya. Sejak pertemuan dengan Friska, ia merasa pikirannya semakin kacau. Apalagi, pertanyaan tentang anak terus terngiang di kepalanya. Julian memperhatikan istrinya yang tampak murung sejak perjalanan pulang tadi. Setelah menggantung jasnya dan melepaskan dasinya, ia berjalan mendekati Ruby yang sedang duduk di sofa, melamun. “Apa yang sedang kau pikirkan?” tanyanya sambil duduk di sebelah Ruby. Ruby menghela napas, menatap tangannya sendiri. “Aku hanya… merasa tidak yakin.” Julian mengangkat alis. “Tidak yakin soal apa?” Ruby menoleh menatapnya dengan serius. “Soal punya anak.” Julian terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Aku tahu kau merasa belum siap, tapi bukankah kau pernah bilang kalau suatu hari nanti kau ingin punya keluarga kecil?” Ruby menggigit bibirnya. “Iya, tapi aku juga takut. Bagaimana kalau aku bukan ibu yang baik? Bagaimana kalau aku gagal

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   16 : Rindu

    Hari itu, Ruby terpaksa mengambil cuti karena demam tinggi. Ia berpikir bisa tidur seharian dan bangun dengan keadaan lebih baik. Tapi rencananya buyar ketika pintu apartemennya diketuk keras.Dengan langkah malas, Ruby menyeret tubuhnya yang lemah ke pintu dan membukanya, hanya untuk menemukan Julian berdiri di sana dengan kantong belanjaan di tangan."Julian?" Suaranya serak. "Apa yang kau lakukan di sini?"Julian masuk begitu saja, melewati Ruby seolah ini rumahnya sendiri. "Kau sakit. Aku datang untuk memastikan kau tidak mati sendirian."Ruby mendengus. "Dramatis sekali."Julian meletakkan kantong belanjaannya di meja dapur, lalu mulai mengeluarkan isinya—obat, bubur instan, dan sekotak es krim."Siapa yang bilang kau bisa masuk?" Ruby bersedekap di ambang pintu, mencoba terlihat marah meskipun dalam hati ia merasa sedikit tersentuh.Julian menoleh dengan ekspresi datar. "Aku tidak butuh izin.""Kau tahu it

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 15 : Mulai berubah

    Julian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh cinta.Masalahnya? Ia tidak tahu bagaim

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   14 : Janji terbaik

    Julian menatapnya sebentar sebelum mengeluarkan ponselnya. "Bagaimana cara membuat bubur?"Ruby tertawal. "Serius?""Aku tidak sering memasak," jawab Julian santai.Ruby tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa. Hanya melihat Julian yang dengan susah payah mencoba membuat bubur saja sudah cukup membuatnya merasa lebih baik.Beberapa hari setelah Ruby sembuh, Julian menjemputnya sepulang kerja."Aku tidak ingat punya janji denganmu," kata Ruby sambil menaikkan satu alis.Julian menyalakan mesin mobil dan menoleh ke arahnya. "Anggap saja ini kompensasi karena aku sudah merawatmu saat sakit."Ruby mengerutkan dahi. "Kompensasi? Aku bahkan tidak memintamu datang.""Tapi aku tetap melakukannya," kata Julian dengan santai. "Jadi, sebagai balasannya, kau harus makan malam denganku."Ruby ingin membalas, tetapi entah kenapa, ia tidak bisa menolak.Mereka akhirnya pergi ke sebuah restoran kecil di pinggi

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   13 : Bubur

    Ketika Bos Jatuh Cinta Terlebih DahuluJulian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   12 : Apa Julian benar-benar serius

    Ruby menatapnya, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik kata-katanya. Julian bukan tipe pria yang mudah mengakui kehebatan orang lain. Ia selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, seakan dunia ini bisa ia kendalikan sesuka hati. Tapi kali ini, nadanya terdengar tulus.“Tentu saja kamu bisa belajar,” jawab Ruby akhirnya. “Selama ini, kamu selalu mengandalkan aku untuk menyelesaikan kekacauanmu.”Julian terkekeh pelan, lalu melangkah lebih dekat. “Mungkin aku memang mengandalkanmu. Tapi mungkin juga, aku hanya menikmati bekerja bersamamu.”Ruby menahan napas. Ada sesuatu dalam tatapan Julian yang membuatnya merasa tidak nyaman—bukan karena ia tidak menyukainya, tapi karena ia takut bagaimana perasaan itu mulai mengakar lebih dalam dari yang ia harapkan.Ia menepis perasaan itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. “Kalau kamu hanya mau menggombal, aku masih ada laporan yang harus kuselesaikan.”Julian menatapnya selama beberapa detik

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status