Home / Romansa / Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant / 6. Tontonan para karyawan

Share

6. Tontonan para karyawan

last update Huling Na-update: 2024-11-06 20:54:04

“Baiklah, kerjakan semua pekerjaan kamu, nanti jam tiga sore ikut meeting dengan saya.” Julian melangkah pergi memasuki ruangan CEO WL Company.

WL Company adalah perusahaan yang bergerak di bidang properti, awalnya WL Company didirikan oleh Luwis William, kekek Julian. Karena ayah kandung Julian sudah meninggal, jadilah sekarang Julian yang menjadi CEO meskipun usia Julian masih sangat muda.

Satu tahun yang lalu Luwis juga telah meninggal dunia, selama satu tahun ini juga WL Company dipimpin oleh orang Kepercayaan Luwis dan sekarang Julian sendiri yang sudah turun tangan di perusahaan meskipun masih malas-malasan dan atas paksaan keras dari Oma Fia.

Setibanya di dalam ruangannya, Julian terdiam memikirkan banyak hal.

“Gimana caranya ngasih tau ke oma kalau aku udah ketemu sama gadis itu.” Julian melirik ke dinding kaca, terlihat Ruby sedang serius dengan pekerjaan nya.

“Kalau aku kasih tau sekarang, pasti oma menyuruhku untuk membawanya ke rumah, sedangkan aku belum tau apa alasan Oma sangat ingin bertemu dengan gadis itu.” Julian merasa sangat dilema sekarang.

Julian kebingungan, apa yang harus Julian lakukan?

“Sudahlah, pikirkan ini nanti. Untuk sekarang aku harus fokus bekerja, masak aku kalah sama sekretaris tengil itu.” Julian sudah bertekad untuk bekerja dengan sungguh-sungguh agar Oma Fia tidak marah-marah lagi dan membandingkannya dengan sekretaris barunya yang merupakan seorang gadis tengil.

“Kinerjanya emang bagus, tapi sifat tengilnya itu sangat menjengkelkan.” Julian tidak berhenti misuh-misuh sepanjang bekerja.

“Permisi, Tuan Muda. Ada berkas yang harus Anda tanda tangani.” Ruby mengetuk pintu ruangan CEO sebanyak dua kali lalu menyembulkan kepalanya di pintu ruangan Julian.

“Masuk aja!” titah Julian tanpa menoleh, Julian sangat sibuk dengan komputernya.

“Bisa tanda tangan ini sebentar, Tuan Muda. Ini sangat penting,” pinta Ruby dengan sedikit kesal.

Sudah hampir lima menit Ruby diam seperti panjangan di dalam ruangan Julian, tapi Julian sang Tuan Muda arogan itu tidak menandatangani berkas yang Ruby maksud.

“Kamu tidak lihat saya sedang sibuk?” Julian menatap Ruby sejenak, lalu kembali fokus ke layar komputernya.

“Iya, saya bisa liat. Tapi ini cuma tanda tangan sebentar aja, masak nggak bisa sih? Pekerjaan saya juga masih banyak, Tuan Muda. Belum lagi saya juga harus ikut meeting dengan Anda jam tiga sore ini, saya—”

“Berisik!” Julian langsung meraih berkas yang Ruby maksud lalu membubuhkan tanda tangannya di sana.

“Ada lagi?” tanya Julian dengan senyum yang dipaksakan.

“Sudah tidak ada, terima kasih, Tuan Muda.” Ruby tersenyum puas, Ruby pergi meninggalkan ruangan Julian setelah ia mendapatkan apa yang ia mau.

Ruby kembali bekerja, Ruby mengerjakan semuanya dengan telaten. Tidak mudah untuk bekerja di perusahaan besar seperti WL Company, jadi Ruby harus serius dengan pekerjaannya.

Sekeras apapun bekerja dengan Julian, Ruby harus kuat. Kalau bisa Ruby harus bisa lebih unggul dibandingkan Julian.

“Aku nggak boleh kalah dari dia meskipun di bos di sini. Kalau kinerja aku baik, dia nggak mungkin bisa mecat aku gitu aja. Ayo Ruby, kamu harus lebih semangat lagi!” Ruby menyemangati dirinya sendiri.

Meskipun pekerjaannya sangat banyak hari ini, Ruby tetap bisa tersenyum dan menikmati pekerjaannya.

Sangat berbeda dengan Julian, sang Tuan Muda itu sudah mulai kelelahan dan tertidur mengeluh dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya.

“Tulisan-tulisan ini bikin aku pusing dan mual.” Julian memijit pelipisnya yang berdenyut.

Jika pekerjaan seorang CEO sebanyak ini setiap harinya, Julian jadi berpikir, berapa lama dirinya akan kuat bekerja menjadi CEO di perusahaan besar ini.

Cara berpikir anak manja yang dibesarkan dengan bergelimang harta memang jauh berbeda dengan cara berpikir seorang anak yang sudah hidup sebatang kara yang tidak punya apa-apa.

“Permisi, Tuan Muda! Sudah hampir jam tiga, sebalik kita berangkat sekarang supaya klien tidak menunggu.” Ruby kembali masuk ke dalam ruangan Julian setelah jadwal meeting tiba.

“Yang benar aja, ini udah mau jam tiga?” Julian buru-buru melihat jam dinding dan ternyata memang benar apa yang Ruby katakan.

“Saya tidak mungkin berbohong tentang pekerjaan.” Ruby menatap jengkel atasannya yang pemalas itu.

“Tapi pekerjaan saya masih belum selesai, gimana dong?” Julian panik, belum sampai setengah pekerjaannya yang selesai hari ini.

“Setelah meeting kita balik lagi ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan yang masih tersisa,” ucap Ruby.

“Baiklah.” Julian menghela nafas panjang sebelum berdiri.

Julian dan Ruby berjalan beriringan melewati lobby kantor, banyak pasang mata para karyawan yang memperhatikan mereka.

Ada yang kagum dengan Ruby, ada yang terpesona dengan ketampanan Julian, ada juga yang tidak suka melihat Ruby dan Julian yang sudah mulai kompak.

“Ruby hebat, dia bisa bertahan jadi sekretaris Tuan Julian, padahal kita semua sama-sama tau. Tuan Julian itu orangnya egois banget,” tutur salah satu karyawan wanita.

“Biarpun egois gitu, tapi Tuan Julian itu tetap tampan,” sahut yang lain.

“Si Ruby mulai cari kesempatan deket-deket sama Tuan Julian tuh kayaknya,” sambung yang tidak suka dengan Ruby.

Para karyawan kepo itu sedang memperhatikan Ruby dan Julian yang sedang berdebat di depan pintu mobil.

Entah apa lagi yang diributkan oleh Julian dan Ruby sampai-sampai mereka tidak sadar telah menjadi tontonan karyawan lain.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   7. Salfok

    Saat sampai di ruangannya pun, Ruby masih memikirkan Julian yang bisa dengan mudah mengubah-ubah sikapnya. Kalau berpikir Julian itu punya kepribadian ganda, sepertinya itu terlalu berlebihan. Ruby tidak bisa terlalu fokus pada pekerjaannya gara-gara Julian yang menunjukkan sikap yang berbeda padanya dan pada orang lain. ‘Andai aja si tuan muda arogant itu juga dingin sama aku, pasti aku akan bekerja dengan tenang tanpa gangguan si bos tengil,’ celoteh Ruby dalam hati. Ruby selalu saja merasa kesal setiap ingat dengan betapa tengilnya kelakuan atasannya sendiri. “Aku harus tanya Sola ini ke Kak Friska saat pulang dari kantor nanti.” Ruby menganggukkan kepalanya, Ruby rasa dengan bertanya pada Friska adalah ide yang paling baik. Sedangkan di sisi lain, Julian sedang uring-uringan karena pekerjaannya yang tidak kunjung selesai padahal Julian sudah ada janji makan malam bersama dengan Fagas dan Marvel

    Huling Na-update : 2024-11-10
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   8. Takdir hidup

    “Betah banget sih pegang tangan saya, tangan saya bikin nyaman ya, Tuan Muda.” Ruby melirik Julian lalu menatap tangannya yang digenggam si Julian. Julian buru-buru menarik tangannya, Julian menelan ludah karena salah tingkah. Semua itu hanya spontan, jujur saja Julian tidak ada niatan untuk memegang tangan Ruby meskipun rasanya tangan Ruby itu menang hangat. “Maaf saya nggak sengaja, kamu harus bantuin saya.” Julian duduk lagi di atas kursi kebesarannya. “Sengaja juga nggak apa-apa tuh, Tuan Muda.” Ruby mengedipkan sebelah matanya, Ruby senang sekali melihat wajah Julian yang memerah. Bukan karena Ruby suka Julian, Ruby hanya merasa puas melihat Julian gugup seperti sekarang. “Saya mau bantuin asalkan sesuai perjanjian tadi, Tuan Muda. Dua juta harus masuk ke dalam rekening saya setelah semua pekerjaan selesai.” Ruby memastikan kesepakatan terlebih dahulu. “Jangan banyak bicara lagi, uang dua juta hanya kecil bagi saya.” Julian tidak

    Huling Na-update : 2024-11-12
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   9. Daripada keluar duit

    "loh, Ruby kamu mau ke mana? Bukannya Kamu baru pulang ya?" tanya Ana. Ana yang sejak tadi duduk di depan kontrakan sepetaknya jelas melihat Ruby pulang diantar oleh mobil mewah dan sekarang Ruby sudah hendak keluar lagi. "Ternyata di dalam nggak ada yang bisa dimakan sama sekali, Na. Aku mau keluar cari makan dulu, bodohnya lagi pasti jalan tadi aku nggak mampir beli makan dulu di jalan," jawab Ruby."Kebetulan banget kalau gitu, tadi pas mau pulang kerja ternyata makanannya banyak yang kelebihan. bos aku nawarin buat aku bawa pulang aja beberapa menu makanan, makan di tempat aku aja. Aku nggak mungkin bisa habisin makanan sebanyak itu sendirian." Ana mengajak Ruby untuk makan di tempatnya.Ana ini bekerja di salah satu cafe yang tidak jauh dari kontrakan ini. Ana memang sering membawa banyak makanan dari cafe karena Ana mendapatkan atasan yang sangat baik padanya."Pas banget kalau gitu, sebenarnya aku juga males keluar lagi." Ruby tidak mungkin menolak rezeki.

    Huling Na-update : 2024-11-13
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   10. Memberitahu

    “Jadi kamu benar-benar diantar pulang sama si tuan muda?” Friska tidak menyangka seorang Julian mau mengantar sekretarisnya pulang. “Iya, Kak. Nggak cuma itu, aku dapat bonus dua juta dari hasil bantuin dia lembur.” Ruby tersenyum mengingat saldo rekening nya sudah bertambah. “Untung banyak dong kamu hari ini? Udah dapat bonus sebanyak itu, pulang dianterin nggak perlu keluar duit buat ongkos lagi, dan sekarang makan juga numpang sama aku.” Ana membicarakan keberuntungan yang didapatkan oleh Ruby. “Banget, Ana. Tuan Julian itu nggak cuma nyebelin aja, kalau lagi kepepet kayak tadi ternyata dia juga gampang dimanfaatin.” Ruby merasa dialah yang menjadi bos hari ini. “Kalau aja Tuan Julian suka kamu, gimana?” Mendadak Friska memikirkan hal yang satu ini. Sikap Julian terhadap Ruby itu sangat berbeda, siapa tau saja Julian benar-benar tertarik pada sekretarisnya sendiri. “Aku yang nggak mau, Kak. Meskipun si tuan muda itu ganteng dan kaya

    Huling Na-update : 2024-11-16
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 11 : Belajar banyak

    Beberapa hari setelah pertemuan dengan klien, Ruby mulai menyadari perubahan dalam cara Julian memperlakukannya. Tidak ada lagi godaan sembrono atau lelucon menggoda yang biasa pria itu lontarkan. Sebaliknya, Julian tampak lebih serius, lebih fokus, dan—anehnya—lebih perhatian daripada biasanya.Bukan berarti Julian berhenti menjadi pria menyebalkan yang selalu menyulitkan hidupnya. Tidak. Dia masih Julian yang sama—sombong, percaya diri, dan selalu tahu cara membuat Ruby kesal. Tapi ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan profesional.Hari itu, Ruby baru saja menyelesaikan laporan penting ketika suara ketukan di pintunya terdengar."Masuk," katanya tanpa melihat siapa yang datang.Julian masuk dengan langkah santai, tetapi kali ini tanpa senyum khasnya. Ruby langsung tahu ada sesuatu yang serius."Ada apa?" tanyanya, meletakkan berkas yang sedang ia baca.Julian menghela napas sebelum duduk di kursi di depan mejanya. "Aku baru saja da

    Huling Na-update : 2025-04-14
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   12 : Apa Julian benar-benar serius

    Ruby menatapnya, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik kata-katanya. Julian bukan tipe pria yang mudah mengakui kehebatan orang lain. Ia selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, seakan dunia ini bisa ia kendalikan sesuka hati. Tapi kali ini, nadanya terdengar tulus.“Tentu saja kamu bisa belajar,” jawab Ruby akhirnya. “Selama ini, kamu selalu mengandalkan aku untuk menyelesaikan kekacauanmu.”Julian terkekeh pelan, lalu melangkah lebih dekat. “Mungkin aku memang mengandalkanmu. Tapi mungkin juga, aku hanya menikmati bekerja bersamamu.”Ruby menahan napas. Ada sesuatu dalam tatapan Julian yang membuatnya merasa tidak nyaman—bukan karena ia tidak menyukainya, tapi karena ia takut bagaimana perasaan itu mulai mengakar lebih dalam dari yang ia harapkan.Ia menepis perasaan itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. “Kalau kamu hanya mau menggombal, aku masih ada laporan yang harus kuselesaikan.”Julian menatapnya selama beberapa detik

    Huling Na-update : 2025-04-15
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   13 : Bubur

    Ketika Bos Jatuh Cinta Terlebih DahuluJulian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   14 : Janji terbaik

    Julian menatapnya sebentar sebelum mengeluarkan ponselnya. "Bagaimana cara membuat bubur?"Ruby tertawal. "Serius?""Aku tidak sering memasak," jawab Julian santai.Ruby tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa. Hanya melihat Julian yang dengan susah payah mencoba membuat bubur saja sudah cukup membuatnya merasa lebih baik.Beberapa hari setelah Ruby sembuh, Julian menjemputnya sepulang kerja."Aku tidak ingat punya janji denganmu," kata Ruby sambil menaikkan satu alis.Julian menyalakan mesin mobil dan menoleh ke arahnya. "Anggap saja ini kompensasi karena aku sudah merawatmu saat sakit."Ruby mengerutkan dahi. "Kompensasi? Aku bahkan tidak memintamu datang.""Tapi aku tetap melakukannya," kata Julian dengan santai. "Jadi, sebagai balasannya, kau harus makan malam denganku."Ruby ingin membalas, tetapi entah kenapa, ia tidak bisa menolak.Mereka akhirnya pergi ke sebuah restoran kecil di pinggi

    Huling Na-update : 2025-04-17

Pinakabagong kabanata

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 15 : Mulai berubah

    Julian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh cinta.Masalahnya? Ia tidak tahu bagaim

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   14 : Janji terbaik

    Julian menatapnya sebentar sebelum mengeluarkan ponselnya. "Bagaimana cara membuat bubur?"Ruby tertawal. "Serius?""Aku tidak sering memasak," jawab Julian santai.Ruby tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa. Hanya melihat Julian yang dengan susah payah mencoba membuat bubur saja sudah cukup membuatnya merasa lebih baik.Beberapa hari setelah Ruby sembuh, Julian menjemputnya sepulang kerja."Aku tidak ingat punya janji denganmu," kata Ruby sambil menaikkan satu alis.Julian menyalakan mesin mobil dan menoleh ke arahnya. "Anggap saja ini kompensasi karena aku sudah merawatmu saat sakit."Ruby mengerutkan dahi. "Kompensasi? Aku bahkan tidak memintamu datang.""Tapi aku tetap melakukannya," kata Julian dengan santai. "Jadi, sebagai balasannya, kau harus makan malam denganku."Ruby ingin membalas, tetapi entah kenapa, ia tidak bisa menolak.Mereka akhirnya pergi ke sebuah restoran kecil di pinggi

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   13 : Bubur

    Ketika Bos Jatuh Cinta Terlebih DahuluJulian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   12 : Apa Julian benar-benar serius

    Ruby menatapnya, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik kata-katanya. Julian bukan tipe pria yang mudah mengakui kehebatan orang lain. Ia selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, seakan dunia ini bisa ia kendalikan sesuka hati. Tapi kali ini, nadanya terdengar tulus.“Tentu saja kamu bisa belajar,” jawab Ruby akhirnya. “Selama ini, kamu selalu mengandalkan aku untuk menyelesaikan kekacauanmu.”Julian terkekeh pelan, lalu melangkah lebih dekat. “Mungkin aku memang mengandalkanmu. Tapi mungkin juga, aku hanya menikmati bekerja bersamamu.”Ruby menahan napas. Ada sesuatu dalam tatapan Julian yang membuatnya merasa tidak nyaman—bukan karena ia tidak menyukainya, tapi karena ia takut bagaimana perasaan itu mulai mengakar lebih dalam dari yang ia harapkan.Ia menepis perasaan itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. “Kalau kamu hanya mau menggombal, aku masih ada laporan yang harus kuselesaikan.”Julian menatapnya selama beberapa detik

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 11 : Belajar banyak

    Beberapa hari setelah pertemuan dengan klien, Ruby mulai menyadari perubahan dalam cara Julian memperlakukannya. Tidak ada lagi godaan sembrono atau lelucon menggoda yang biasa pria itu lontarkan. Sebaliknya, Julian tampak lebih serius, lebih fokus, dan—anehnya—lebih perhatian daripada biasanya.Bukan berarti Julian berhenti menjadi pria menyebalkan yang selalu menyulitkan hidupnya. Tidak. Dia masih Julian yang sama—sombong, percaya diri, dan selalu tahu cara membuat Ruby kesal. Tapi ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan profesional.Hari itu, Ruby baru saja menyelesaikan laporan penting ketika suara ketukan di pintunya terdengar."Masuk," katanya tanpa melihat siapa yang datang.Julian masuk dengan langkah santai, tetapi kali ini tanpa senyum khasnya. Ruby langsung tahu ada sesuatu yang serius."Ada apa?" tanyanya, meletakkan berkas yang sedang ia baca.Julian menghela napas sebelum duduk di kursi di depan mejanya. "Aku baru saja da

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   10. Memberitahu

    “Jadi kamu benar-benar diantar pulang sama si tuan muda?” Friska tidak menyangka seorang Julian mau mengantar sekretarisnya pulang. “Iya, Kak. Nggak cuma itu, aku dapat bonus dua juta dari hasil bantuin dia lembur.” Ruby tersenyum mengingat saldo rekening nya sudah bertambah. “Untung banyak dong kamu hari ini? Udah dapat bonus sebanyak itu, pulang dianterin nggak perlu keluar duit buat ongkos lagi, dan sekarang makan juga numpang sama aku.” Ana membicarakan keberuntungan yang didapatkan oleh Ruby. “Banget, Ana. Tuan Julian itu nggak cuma nyebelin aja, kalau lagi kepepet kayak tadi ternyata dia juga gampang dimanfaatin.” Ruby merasa dialah yang menjadi bos hari ini. “Kalau aja Tuan Julian suka kamu, gimana?” Mendadak Friska memikirkan hal yang satu ini. Sikap Julian terhadap Ruby itu sangat berbeda, siapa tau saja Julian benar-benar tertarik pada sekretarisnya sendiri. “Aku yang nggak mau, Kak. Meskipun si tuan muda itu ganteng dan kaya

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   9. Daripada keluar duit

    "loh, Ruby kamu mau ke mana? Bukannya Kamu baru pulang ya?" tanya Ana. Ana yang sejak tadi duduk di depan kontrakan sepetaknya jelas melihat Ruby pulang diantar oleh mobil mewah dan sekarang Ruby sudah hendak keluar lagi. "Ternyata di dalam nggak ada yang bisa dimakan sama sekali, Na. Aku mau keluar cari makan dulu, bodohnya lagi pasti jalan tadi aku nggak mampir beli makan dulu di jalan," jawab Ruby."Kebetulan banget kalau gitu, tadi pas mau pulang kerja ternyata makanannya banyak yang kelebihan. bos aku nawarin buat aku bawa pulang aja beberapa menu makanan, makan di tempat aku aja. Aku nggak mungkin bisa habisin makanan sebanyak itu sendirian." Ana mengajak Ruby untuk makan di tempatnya.Ana ini bekerja di salah satu cafe yang tidak jauh dari kontrakan ini. Ana memang sering membawa banyak makanan dari cafe karena Ana mendapatkan atasan yang sangat baik padanya."Pas banget kalau gitu, sebenarnya aku juga males keluar lagi." Ruby tidak mungkin menolak rezeki.

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   8. Takdir hidup

    “Betah banget sih pegang tangan saya, tangan saya bikin nyaman ya, Tuan Muda.” Ruby melirik Julian lalu menatap tangannya yang digenggam si Julian. Julian buru-buru menarik tangannya, Julian menelan ludah karena salah tingkah. Semua itu hanya spontan, jujur saja Julian tidak ada niatan untuk memegang tangan Ruby meskipun rasanya tangan Ruby itu menang hangat. “Maaf saya nggak sengaja, kamu harus bantuin saya.” Julian duduk lagi di atas kursi kebesarannya. “Sengaja juga nggak apa-apa tuh, Tuan Muda.” Ruby mengedipkan sebelah matanya, Ruby senang sekali melihat wajah Julian yang memerah. Bukan karena Ruby suka Julian, Ruby hanya merasa puas melihat Julian gugup seperti sekarang. “Saya mau bantuin asalkan sesuai perjanjian tadi, Tuan Muda. Dua juta harus masuk ke dalam rekening saya setelah semua pekerjaan selesai.” Ruby memastikan kesepakatan terlebih dahulu. “Jangan banyak bicara lagi, uang dua juta hanya kecil bagi saya.” Julian tidak

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   7. Salfok

    Saat sampai di ruangannya pun, Ruby masih memikirkan Julian yang bisa dengan mudah mengubah-ubah sikapnya. Kalau berpikir Julian itu punya kepribadian ganda, sepertinya itu terlalu berlebihan. Ruby tidak bisa terlalu fokus pada pekerjaannya gara-gara Julian yang menunjukkan sikap yang berbeda padanya dan pada orang lain. ‘Andai aja si tuan muda arogant itu juga dingin sama aku, pasti aku akan bekerja dengan tenang tanpa gangguan si bos tengil,’ celoteh Ruby dalam hati. Ruby selalu saja merasa kesal setiap ingat dengan betapa tengilnya kelakuan atasannya sendiri. “Aku harus tanya Sola ini ke Kak Friska saat pulang dari kantor nanti.” Ruby menganggukkan kepalanya, Ruby rasa dengan bertanya pada Friska adalah ide yang paling baik. Sedangkan di sisi lain, Julian sedang uring-uringan karena pekerjaannya yang tidak kunjung selesai padahal Julian sudah ada janji makan malam bersama dengan Fagas dan Marvel

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status