Share

7. Salfok

last update Last Updated: 2024-11-10 14:00:19

Saat sampai di ruangannya pun, Ruby masih memikirkan Julian yang bisa dengan mudah mengubah-ubah sikapnya.

Kalau berpikir Julian itu punya kepribadian ganda, sepertinya itu terlalu berlebihan. Ruby tidak bisa terlalu fokus pada pekerjaannya gara-gara Julian yang menunjukkan sikap yang berbeda padanya dan pada orang lain.

‘Andai aja si tuan muda arogant itu juga dingin sama aku, pasti aku akan bekerja dengan tenang tanpa gangguan si bos tengil,’ celoteh Ruby dalam hati.

Ruby selalu saja merasa kesal setiap ingat dengan betapa tengilnya kelakuan atasannya sendiri.

“Aku harus tanya Sola ini ke Kak Friska saat pulang dari kantor nanti.” Ruby menganggukkan kepalanya, Ruby rasa dengan bertanya pada Friska adalah ide yang paling baik.

Sedangkan di sisi lain, Julian sedang uring-uringan karena pekerjaannya yang tidak kunjung selesai padahal Julian sudah ada janji makan malam bersama dengan Fagas dan Marvel.

Mau tak mau Julian harus menyelesaikan semua pekerjaannya daripada harus mendengar omelan Oma Fia saat pulang ke rumah nanti.

Satu setengah jam berlalu, waktu sudah menunjukkan jam setengah tujuh malam. Semua pekerjaan Ruby sudah selesai, Ruby merasa lega.

“Akhirnya aku bisa pulang setelah seharian bekerja.” Ruby membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.

Ruby menengokkan kepalanya ke ruangan Julian. “Si Tuan Muda udah kelar belum ya?” Tiba-tiba saja Ruby memikirkan pekerjaan Julian yang masih banyak.

Dengan penuh keraguan, Ruby berjalan mendekati pintu ruangan Julian.

“Biar bagaimanapun dia adalah bos, jadi aku harus minta izin dulu sebelum pulang.” Ruby menghela nafas berusaha untuk menguatkan diri sebelum masuk ke dalam ruangan Julian.

Tok!

Tok!

Tok!

“Boleh saya masuk, Tuan Muda?” tanya Ruby dengan suara yang agak keras setelah mengetuk pintu.

“Masuk aja!” jawab Julian tanpa mengalihkan atensinya dari layar komputernya.

Ruby masuk secara perlahan-lahan, pemandangan pertama yang Ruby lihat adalah Julian yang sedang sibuk dan tampak sangat lelah.

‘Dia kelihatan capek banget, padahal pekerjaan kami hampir sama banyak. Aku Bisa-bisanya saja, dia malah sudah kelelahan. Semangat kerja anak orang kaya bedanya jauh banget sama aku yang anak miskin dan yatim piatu,’ batin Ruby sembari terus memperhatikan Julian.

“Pekerjaan kamu udah selesai?” tanya Julian tanpa menatap Ruby, Julian masih fokus dengan pekerjaannya.

“Udah, saya mau izin pulang.” Ruby menjawab Julian dan mengatakan apa yang dia inginkan.

“Dasar nggak tau diri, bos belum pulang kamu malah tega-teganya mau ninggalin saya sendirian di perusahaan sebesar ini.” Entah sedang mengiba atau menghina, yang jelas Ruby selalu jengkel setiap kali Julian berbicara dengan nada tengil itu.

“Terus Tuan Muda maunya apa?” Ruby yang lelah dan ingin berbuat memilih mengalah dengan cara bertanya.

“Temani saya dulu, kalau bisa tolong bantu pekerjaan saya biar lebih cepat selesai.” Julian menghentikan pergerakan tangannya yang sedang menari di atas keyboard laptop lalu menatap Ruby dengan senyum menyebalkan nya.

“Saya nggak mau kerja lagi, apalagi pekerjaan saya hari ini udah selesai. Meskipun saya ini cuma sekretaris Anda, tapi saya ogah jika disuruh kerja rodi.” Ruby menolak tanpa basa-basi.

Julian terdiam, benar juga kata Ruby. Kalau Julian tetap memaksa Ruby membantu menyelesaikan pekerjaannya, itu namanya tindakan yang tidak baik dan merugikan karyawan. Julian memutar otak untuk mencari cara agar Ruby mau membantunya tanpa merasa dirugikan.

Beberapa saat setelahnya Julian tersenyum lebar. Ide yang sangat bagus sudah Julian temukan.

“Kalau kamu mau membantu pekerjaan saya, saya akan kasih kamu bonus yang besar, Ruby.” Julian rasa Ruby tidak akan menolak bonus.

“Saya mau membantu asalkan bonusnya sesuai dengan yang saya inginkan dan kasih hari ini juga, gimana?” Ruby lebih licik lagi, dia benar-benar tidak mau rugi.

“Berapa yang kamu mau?” tanya Julian dengan gaya arogant nya.

“Dua juta.”

Julian menganga. “Yang benar aja kamu minta dua juta?”

“Kalau Tuan Muda nggak mau yasudah, saya pulang dulu.” Ruby akan berbalik badan tapi Julian mencegahnya.

“Tunggu-tunggu! Oke, dua juta akan langsung ke tangan kamu kalau kamu mau bantuin saya!” Tanpa sadar Julian telah memegang tangan Ruby agar Ruby tidak jadi pergi.

Julian akan ngeri juga kamu ditinggal sendirian di perusahaan sebesar ini malam-malam begini.

Bukannya fokus dengan penawaran Julian , Ruby malah salfok dengan tangan Julian yang sedang menggenggam erat lengan kiri Ruby.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   8. Takdir hidup

    “Betah banget sih pegang tangan saya, tangan saya bikin nyaman ya, Tuan Muda.” Ruby melirik Julian lalu menatap tangannya yang digenggam si Julian. Julian buru-buru menarik tangannya, Julian menelan ludah karena salah tingkah. Semua itu hanya spontan, jujur saja Julian tidak ada niatan untuk memegang tangan Ruby meskipun rasanya tangan Ruby itu menang hangat. “Maaf saya nggak sengaja, kamu harus bantuin saya.” Julian duduk lagi di atas kursi kebesarannya. “Sengaja juga nggak apa-apa tuh, Tuan Muda.” Ruby mengedipkan sebelah matanya, Ruby senang sekali melihat wajah Julian yang memerah. Bukan karena Ruby suka Julian, Ruby hanya merasa puas melihat Julian gugup seperti sekarang. “Saya mau bantuin asalkan sesuai perjanjian tadi, Tuan Muda. Dua juta harus masuk ke dalam rekening saya setelah semua pekerjaan selesai.” Ruby memastikan kesepakatan terlebih dahulu. “Jangan banyak bicara lagi, uang dua juta hanya kecil bagi saya.” Julian tidak

    Last Updated : 2024-11-12
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   9. Daripada keluar duit

    "loh, Ruby kamu mau ke mana? Bukannya Kamu baru pulang ya?" tanya Ana. Ana yang sejak tadi duduk di depan kontrakan sepetaknya jelas melihat Ruby pulang diantar oleh mobil mewah dan sekarang Ruby sudah hendak keluar lagi. "Ternyata di dalam nggak ada yang bisa dimakan sama sekali, Na. Aku mau keluar cari makan dulu, bodohnya lagi pasti jalan tadi aku nggak mampir beli makan dulu di jalan," jawab Ruby."Kebetulan banget kalau gitu, tadi pas mau pulang kerja ternyata makanannya banyak yang kelebihan. bos aku nawarin buat aku bawa pulang aja beberapa menu makanan, makan di tempat aku aja. Aku nggak mungkin bisa habisin makanan sebanyak itu sendirian." Ana mengajak Ruby untuk makan di tempatnya.Ana ini bekerja di salah satu cafe yang tidak jauh dari kontrakan ini. Ana memang sering membawa banyak makanan dari cafe karena Ana mendapatkan atasan yang sangat baik padanya."Pas banget kalau gitu, sebenarnya aku juga males keluar lagi." Ruby tidak mungkin menolak rezeki.

    Last Updated : 2024-11-13
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   10. Memberitahu

    “Jadi kamu benar-benar diantar pulang sama si tuan muda?” Friska tidak menyangka seorang Julian mau mengantar sekretarisnya pulang. “Iya, Kak. Nggak cuma itu, aku dapat bonus dua juta dari hasil bantuin dia lembur.” Ruby tersenyum mengingat saldo rekening nya sudah bertambah. “Untung banyak dong kamu hari ini? Udah dapat bonus sebanyak itu, pulang dianterin nggak perlu keluar duit buat ongkos lagi, dan sekarang makan juga numpang sama aku.” Ana membicarakan keberuntungan yang didapatkan oleh Ruby. “Banget, Ana. Tuan Julian itu nggak cuma nyebelin aja, kalau lagi kepepet kayak tadi ternyata dia juga gampang dimanfaatin.” Ruby merasa dialah yang menjadi bos hari ini. “Kalau aja Tuan Julian suka kamu, gimana?” Mendadak Friska memikirkan hal yang satu ini. Sikap Julian terhadap Ruby itu sangat berbeda, siapa tau saja Julian benar-benar tertarik pada sekretarisnya sendiri. “Aku yang nggak mau, Kak. Meskipun si tuan muda itu ganteng dan kaya

    Last Updated : 2024-11-16
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 11 : Belajar banyak

    Beberapa hari setelah pertemuan dengan klien, Ruby mulai menyadari perubahan dalam cara Julian memperlakukannya. Tidak ada lagi godaan sembrono atau lelucon menggoda yang biasa pria itu lontarkan. Sebaliknya, Julian tampak lebih serius, lebih fokus, dan—anehnya—lebih perhatian daripada biasanya.Bukan berarti Julian berhenti menjadi pria menyebalkan yang selalu menyulitkan hidupnya. Tidak. Dia masih Julian yang sama—sombong, percaya diri, dan selalu tahu cara membuat Ruby kesal. Tapi ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan profesional.Hari itu, Ruby baru saja menyelesaikan laporan penting ketika suara ketukan di pintunya terdengar."Masuk," katanya tanpa melihat siapa yang datang.Julian masuk dengan langkah santai, tetapi kali ini tanpa senyum khasnya. Ruby langsung tahu ada sesuatu yang serius."Ada apa?" tanyanya, meletakkan berkas yang sedang ia baca.Julian menghela napas sebelum duduk di kursi di depan mejanya. "Aku baru saja da

    Last Updated : 2025-04-14
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   12 : Apa Julian benar-benar serius

    Ruby menatapnya, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik kata-katanya. Julian bukan tipe pria yang mudah mengakui kehebatan orang lain. Ia selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, seakan dunia ini bisa ia kendalikan sesuka hati. Tapi kali ini, nadanya terdengar tulus.“Tentu saja kamu bisa belajar,” jawab Ruby akhirnya. “Selama ini, kamu selalu mengandalkan aku untuk menyelesaikan kekacauanmu.”Julian terkekeh pelan, lalu melangkah lebih dekat. “Mungkin aku memang mengandalkanmu. Tapi mungkin juga, aku hanya menikmati bekerja bersamamu.”Ruby menahan napas. Ada sesuatu dalam tatapan Julian yang membuatnya merasa tidak nyaman—bukan karena ia tidak menyukainya, tapi karena ia takut bagaimana perasaan itu mulai mengakar lebih dalam dari yang ia harapkan.Ia menepis perasaan itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. “Kalau kamu hanya mau menggombal, aku masih ada laporan yang harus kuselesaikan.”Julian menatapnya selama beberapa detik

    Last Updated : 2025-04-15
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   13 : Bubur

    Ketika Bos Jatuh Cinta Terlebih DahuluJulian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh

    Last Updated : 2025-04-16
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   14 : Janji terbaik

    Julian menatapnya sebentar sebelum mengeluarkan ponselnya. "Bagaimana cara membuat bubur?"Ruby tertawal. "Serius?""Aku tidak sering memasak," jawab Julian santai.Ruby tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa. Hanya melihat Julian yang dengan susah payah mencoba membuat bubur saja sudah cukup membuatnya merasa lebih baik.Beberapa hari setelah Ruby sembuh, Julian menjemputnya sepulang kerja."Aku tidak ingat punya janji denganmu," kata Ruby sambil menaikkan satu alis.Julian menyalakan mesin mobil dan menoleh ke arahnya. "Anggap saja ini kompensasi karena aku sudah merawatmu saat sakit."Ruby mengerutkan dahi. "Kompensasi? Aku bahkan tidak memintamu datang.""Tapi aku tetap melakukannya," kata Julian dengan santai. "Jadi, sebagai balasannya, kau harus makan malam denganku."Ruby ingin membalas, tetapi entah kenapa, ia tidak bisa menolak.Mereka akhirnya pergi ke sebuah restoran kecil di pinggi

    Last Updated : 2025-04-17
  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 15 : Mulai berubah

    Julian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh cinta.Masalahnya? Ia tidak tahu bagaim

    Last Updated : 2025-04-18

Latest chapter

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 15 : Mulai berubah

    Julian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh cinta.Masalahnya? Ia tidak tahu bagaim

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   14 : Janji terbaik

    Julian menatapnya sebentar sebelum mengeluarkan ponselnya. "Bagaimana cara membuat bubur?"Ruby tertawal. "Serius?""Aku tidak sering memasak," jawab Julian santai.Ruby tersenyum, tetapi tidak berkata apa-apa. Hanya melihat Julian yang dengan susah payah mencoba membuat bubur saja sudah cukup membuatnya merasa lebih baik.Beberapa hari setelah Ruby sembuh, Julian menjemputnya sepulang kerja."Aku tidak ingat punya janji denganmu," kata Ruby sambil menaikkan satu alis.Julian menyalakan mesin mobil dan menoleh ke arahnya. "Anggap saja ini kompensasi karena aku sudah merawatmu saat sakit."Ruby mengerutkan dahi. "Kompensasi? Aku bahkan tidak memintamu datang.""Tapi aku tetap melakukannya," kata Julian dengan santai. "Jadi, sebagai balasannya, kau harus makan malam denganku."Ruby ingin membalas, tetapi entah kenapa, ia tidak bisa menolak.Mereka akhirnya pergi ke sebuah restoran kecil di pinggi

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   13 : Bubur

    Ketika Bos Jatuh Cinta Terlebih DahuluJulian pertama kali sadar akan perasaannya pada Ruby saat wanita itu melemparkan setumpuk berkas ke mejanya dengan ekspresi jengkel."Ini semua laporan keuangan yang kau minta, Bos. Dan ya, aku sudah mengeceknya tiga kali, jadi kalau masih ada kesalahan, mungkin dunia memang sedang hancur," kata Ruby dengan nada ketus sebelum berbalik pergi.Julian hanya menatapnya, sedikit terpesona. Bukan hanya karena kecantikan Ruby—itu sudah jelas sejak awal—tetapi karena sikapnya yang selalu penuh percaya diri, tidak pernah takut menantangnya.Sejak saat itu, ia mulai memperhatikan hal-hal kecil.Cara Ruby mengerutkan dahi saat fokus bekerja. Cara ia mengangkat satu alisnya setiap kali Julian mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Cara ia tetap setia di sampingnya meskipun Julian adalah bos yang menyebalkan.Dan ketika ia menyadari bahwa ia menghabiskan lebih banyak waktu memikirkan Ruby dibanding merger perusahaan, Julian tahu bahwa ia benar-benar jatuh

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   12 : Apa Julian benar-benar serius

    Ruby menatapnya, mencoba mencari tahu apa yang ada di balik kata-katanya. Julian bukan tipe pria yang mudah mengakui kehebatan orang lain. Ia selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, seakan dunia ini bisa ia kendalikan sesuka hati. Tapi kali ini, nadanya terdengar tulus.“Tentu saja kamu bisa belajar,” jawab Ruby akhirnya. “Selama ini, kamu selalu mengandalkan aku untuk menyelesaikan kekacauanmu.”Julian terkekeh pelan, lalu melangkah lebih dekat. “Mungkin aku memang mengandalkanmu. Tapi mungkin juga, aku hanya menikmati bekerja bersamamu.”Ruby menahan napas. Ada sesuatu dalam tatapan Julian yang membuatnya merasa tidak nyaman—bukan karena ia tidak menyukainya, tapi karena ia takut bagaimana perasaan itu mulai mengakar lebih dalam dari yang ia harapkan.Ia menepis perasaan itu dan kembali fokus pada pekerjaannya. “Kalau kamu hanya mau menggombal, aku masih ada laporan yang harus kuselesaikan.”Julian menatapnya selama beberapa detik

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   Bab 11 : Belajar banyak

    Beberapa hari setelah pertemuan dengan klien, Ruby mulai menyadari perubahan dalam cara Julian memperlakukannya. Tidak ada lagi godaan sembrono atau lelucon menggoda yang biasa pria itu lontarkan. Sebaliknya, Julian tampak lebih serius, lebih fokus, dan—anehnya—lebih perhatian daripada biasanya.Bukan berarti Julian berhenti menjadi pria menyebalkan yang selalu menyulitkan hidupnya. Tidak. Dia masih Julian yang sama—sombong, percaya diri, dan selalu tahu cara membuat Ruby kesal. Tapi ada sesuatu yang berbeda di antara mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan profesional.Hari itu, Ruby baru saja menyelesaikan laporan penting ketika suara ketukan di pintunya terdengar."Masuk," katanya tanpa melihat siapa yang datang.Julian masuk dengan langkah santai, tetapi kali ini tanpa senyum khasnya. Ruby langsung tahu ada sesuatu yang serius."Ada apa?" tanyanya, meletakkan berkas yang sedang ia baca.Julian menghela napas sebelum duduk di kursi di depan mejanya. "Aku baru saja da

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   10. Memberitahu

    “Jadi kamu benar-benar diantar pulang sama si tuan muda?” Friska tidak menyangka seorang Julian mau mengantar sekretarisnya pulang. “Iya, Kak. Nggak cuma itu, aku dapat bonus dua juta dari hasil bantuin dia lembur.” Ruby tersenyum mengingat saldo rekening nya sudah bertambah. “Untung banyak dong kamu hari ini? Udah dapat bonus sebanyak itu, pulang dianterin nggak perlu keluar duit buat ongkos lagi, dan sekarang makan juga numpang sama aku.” Ana membicarakan keberuntungan yang didapatkan oleh Ruby. “Banget, Ana. Tuan Julian itu nggak cuma nyebelin aja, kalau lagi kepepet kayak tadi ternyata dia juga gampang dimanfaatin.” Ruby merasa dialah yang menjadi bos hari ini. “Kalau aja Tuan Julian suka kamu, gimana?” Mendadak Friska memikirkan hal yang satu ini. Sikap Julian terhadap Ruby itu sangat berbeda, siapa tau saja Julian benar-benar tertarik pada sekretarisnya sendiri. “Aku yang nggak mau, Kak. Meskipun si tuan muda itu ganteng dan kaya

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   9. Daripada keluar duit

    "loh, Ruby kamu mau ke mana? Bukannya Kamu baru pulang ya?" tanya Ana. Ana yang sejak tadi duduk di depan kontrakan sepetaknya jelas melihat Ruby pulang diantar oleh mobil mewah dan sekarang Ruby sudah hendak keluar lagi. "Ternyata di dalam nggak ada yang bisa dimakan sama sekali, Na. Aku mau keluar cari makan dulu, bodohnya lagi pasti jalan tadi aku nggak mampir beli makan dulu di jalan," jawab Ruby."Kebetulan banget kalau gitu, tadi pas mau pulang kerja ternyata makanannya banyak yang kelebihan. bos aku nawarin buat aku bawa pulang aja beberapa menu makanan, makan di tempat aku aja. Aku nggak mungkin bisa habisin makanan sebanyak itu sendirian." Ana mengajak Ruby untuk makan di tempatnya.Ana ini bekerja di salah satu cafe yang tidak jauh dari kontrakan ini. Ana memang sering membawa banyak makanan dari cafe karena Ana mendapatkan atasan yang sangat baik padanya."Pas banget kalau gitu, sebenarnya aku juga males keluar lagi." Ruby tidak mungkin menolak rezeki.

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   8. Takdir hidup

    “Betah banget sih pegang tangan saya, tangan saya bikin nyaman ya, Tuan Muda.” Ruby melirik Julian lalu menatap tangannya yang digenggam si Julian. Julian buru-buru menarik tangannya, Julian menelan ludah karena salah tingkah. Semua itu hanya spontan, jujur saja Julian tidak ada niatan untuk memegang tangan Ruby meskipun rasanya tangan Ruby itu menang hangat. “Maaf saya nggak sengaja, kamu harus bantuin saya.” Julian duduk lagi di atas kursi kebesarannya. “Sengaja juga nggak apa-apa tuh, Tuan Muda.” Ruby mengedipkan sebelah matanya, Ruby senang sekali melihat wajah Julian yang memerah. Bukan karena Ruby suka Julian, Ruby hanya merasa puas melihat Julian gugup seperti sekarang. “Saya mau bantuin asalkan sesuai perjanjian tadi, Tuan Muda. Dua juta harus masuk ke dalam rekening saya setelah semua pekerjaan selesai.” Ruby memastikan kesepakatan terlebih dahulu. “Jangan banyak bicara lagi, uang dua juta hanya kecil bagi saya.” Julian tidak

  • Sekretaris Penawan Hati CEO Arrogant   7. Salfok

    Saat sampai di ruangannya pun, Ruby masih memikirkan Julian yang bisa dengan mudah mengubah-ubah sikapnya. Kalau berpikir Julian itu punya kepribadian ganda, sepertinya itu terlalu berlebihan. Ruby tidak bisa terlalu fokus pada pekerjaannya gara-gara Julian yang menunjukkan sikap yang berbeda padanya dan pada orang lain. ‘Andai aja si tuan muda arogant itu juga dingin sama aku, pasti aku akan bekerja dengan tenang tanpa gangguan si bos tengil,’ celoteh Ruby dalam hati. Ruby selalu saja merasa kesal setiap ingat dengan betapa tengilnya kelakuan atasannya sendiri. “Aku harus tanya Sola ini ke Kak Friska saat pulang dari kantor nanti.” Ruby menganggukkan kepalanya, Ruby rasa dengan bertanya pada Friska adalah ide yang paling baik. Sedangkan di sisi lain, Julian sedang uring-uringan karena pekerjaannya yang tidak kunjung selesai padahal Julian sudah ada janji makan malam bersama dengan Fagas dan Marvel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status