Share

82. Melangkah Pasti

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 06:30:38

Happy Reading

*****

Tari tak lagi menghiraukan perkataan Andrian. Dia segera keluar tanpa melihat wajah lelaki itu. Berapa kali, dia harus menolak untuk memperkenalkan si bos pada orang tuanya. Sungguh, Tari sangat takut dan tak mungkin bisa bersama dengan lelaki itu. Pernah berada di posisi sebagai korban dari ketidakadilan ayahnya membuat gadis itu benar-benar menjauhi kata pelakor dalam rumah tangga seseorang.

Melihat tingkah si gadis yang terlihat marah saat ini, Andrian melajukan kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata. Niat di dalam hatinya harus segera terealisasi, tetapi dia butuh pendapat seseorang untuk memastikan bahwa apa yang dilakukannya nanti tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Andrian banyak mendengar bahwa seorang lelaki itu tidak bisa menceraikan istrinya yang sedang hamil. Jadi, dia ingin mengetahui hukum yang sebenarnya pada Ustaz yang beberapa minggu ini secara rutin mengajarinya memperdalam ilmu agama. Kurang dari tiga puluh menit, Andrian sudah sampai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   83. Agenda Memilukan

    Happy Reading*****Belum sehari Andrian berpisah dengan Nina, dia sudah sangat merindukan sang istri. Di saat hatinya galau seperti ini biasanya Ibu dari anak-anaknya itu akan selalu bisa menenangkan. Seperti laju angin, dia membelah jalanan kota terbesar kedua di tanah air agar segera sampai di rumah.Dari agenda milik Nina semalam yang sempat dibaca, Andrian menemukan sebuah curhatan sang istri beberapa hari sebelum kepergiannya. Sekilas lelaki itu melihat nama Tari dan Lita, sayangnya Andrian belum sempat membaca seutuhnya agenda tersebut. Hari ini, Andrian sudah berjanji dalam dirinya sendiri akan menyelesaikan membaca semua yang tertulis di buka agenda Nina.Sesampainya di rumah, Andrian melihat anak-anaknya tengah terduduk lesu di kamar si sulung. "Asalamualaikum," salam lelaki itu."Waalaikumussalam. Ayah lama sekali nganter Tante Nina," ujar Shalwa. Si tengah yang menginjak kelas empat itu memang paling manja di antara ketiga buah hatinya. "Terus tantenya mana sekarang, Yah?

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   84. Cerai

    Happy Reading*****"Jangan berteriak di rumahku. Kamu nggak tahu kami masih berkabung. Apa kamu nggak punya otak hingga berteriak-teriak di rumah ini? Keterlaluan sekali," bentak Andrian. Setelah keluar dari ruang kerja dan mengetahui jika yang berteriak tadi adalah Lita.Lelaki itu tak dapat lagi menahan emosinya. Suasana hati yang tak karuan setelah membaca agenda milik almarhumah Nina kini bertambah dengan kedatangan Lita yang tak diinginkan. Berani sekali perempuan hamil itu menampakkan diri di depannya setelah semua kesalahan yang dilakukan."Kamu yang keterlaluan, Pa. Mengapa rumah digembok dan aku tidak boleh masuk? Semua baju-baju juga dikeluarkan. Papa ngusir aku?" Bukannya merendah, tetapi suara perempuan itu makin meninggi. Mungkin akan terdengar sampai ke kamar anak-anak. Buktinya, si bibi yang tengah beristirahat juga tergopoh mendekati ruang tengah. Sepertinya mendengar keributan yang dibuat oleh Lita."Kamu lupa jika rumah itu milikku? Lagian kamu sudah berselingkuh,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   85. Tinggal Bersama

    Happy Reading*****Menyadari sikap bingung dari sang sekretaris, Andrian mendekat. Bersama dengan ketiga buah hatinya, dia mengajak Tari duduk di sofa. "Kamu nggak bakal tinggal di sini. Ada rumah kosong di sebelah. Kamu bisa tinggal di sana."Tari mengerutkan kening. "Mas nyewain rumah supaya aku bisa tinggal berdekatan dengan kalian?""Bukan, Tan. Rumah sebelah juga milik Ayah. Kalau kata Bunda akan ditempati oleh siapa pun dari kami yang menikah terlebih dahulu. Ayah juga memiliki beberapa rumah lainnya yang sudah dipersiapkan untuk kami bertiga."Tanpa Andrian menjelaskan, si sulung sudah membeberkan semua. Lelaki itu cukup bangga dengan Febi. Gerakannya cepat walau tidak di suruh."Jadi, nggak ada alasan lagi untukmu menolak tinggal bersama kami," kata Andrian."Pa, Mama Lita kenapa marah-marah tadi?" tanya Shalwa mengingat kejadian sebelumnya.Bukannya menjawab, si ayah malah melirik Tari. Sorot matanya memerintah agar gadis itu menjelaskan pada buah hatinya. Sang sekretaris p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   86. Belajar Jadi Ibu

    Happy Reading*****Baru merebahkan diri dari rasa lelah yang menyerang, suara anak-anak membuat mata Tari terbuka. "Tante ... Tante," panggil Akmal. Bocah lelaki itu masih berdiri di ambang pintu kamar si gadis yang tak tertutup sempurna. Saat itu, Andrian masih berada di rumah tersebut, duduk di ruang tengah sambil menikmati acara televisi yang jarang sekali ditontonnya selama ini."Adik sama siapa ke sini?" tanya Andrian melihat si bungsu sendirian di depan kamar sang sekretaris."Diantar Bibi, tapi langsung pulang tadi. Katanya masih ada yang mau dikerjain."Lelaki itu menganggukkan kepala, menoleh ke arah kamar sang gadis. Saat itu, Tari begitu terlihat menggemaskan dengan wajah yang terlihat masih mengantuk. Andrian tertawa dalam hati, setelah sekian lama. Dia bisa melihat kembali wajah sang pujaan pas bangun tidur seperti sekarang."Adik sama siapa ke sini?""Bibi, Tan," jawab Akmal."Sini, Sayang." Tanpa rasa canggung Tari duduk di sebelah Andrian. Lelaki itu bahkan tak dihi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   87. Cemburu Pada Anak

    Happy Reading*****Senang hati, Andrian merentangkan tangannya, menyambut pelukan orang-orang yang disayangi. Namun, kedua mata Tari mendelik membuat lelaki itu mengurungkan niatnya. Si bos, hanya memeluk ketiga buah hatinya saja."Nggak usah marah gitu kenapa. Aku nggak bakalan meluk kamu, Tar. Kecuali kamu yang minta," ucap Andrian disertai kerlingan mata. Tari membalas dengan dehaman saja. Malas sekali menanggapi sikap genit si bos. Bukan sekali ini, lelaki itu menggoda dirinya. "Ayo kalian harus makan sekarang. Setelah itu salat Magrib doakan Bunda." Ketiga buah hati Andrian mengurai pelukan dengan sang ayah. Mereka mengangguk patuh dan berlalu meninggalkan ayahnya berdua dengan sang sekretaris."Tunggu, Tar," pinta Andrian ketika si gadis hendak keluar juga. Tangan yang semula ingin memegang pergelangan Tari, terhenti saat sang gadis mendelik sadis."Saya tidak punya banyak waktu. Mas mau apa?" Walau wajah Tari terlihat jutek, tetapi kata-katanya masih sangat lembut."Ambilkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   88. Melamar Kesekian kali

    Happy Reading*****Selesai menidurkan Akmal dan membantu Bibi beres-beres semua peralatan. Tari pamit untuk kembali ke rumah sebelah. Namun, Andrian bersikeras ingin mengantar si gadis. Terpaksa Tari menuruti permintaan si bos pemaksa.Sesampainya di rumah, lekas Tari membuka pintu dan berkata, "Sebaiknya, Mas pulang saja. Tidak enak jika terlihat tetangga karena sudah larut malam apalagi saya tinggal sendirian."Andrian membenarkan letak kopiah yang dikenakan. Rasa gugup mulai melanda. Sejak perkataan Ustaz Muhammad tadi, lelaki itu ingin kembali mengatakan maksud hatinya untuk melamar Tari."Sebentar saja, Tar. Ada sesuatu yang harus kamu tahu. Aku sama Lita sudah bercerai, pengacara sedang mengurus semua surat-surat gugatan. Tadi, Ustaz Muhammad sempat menegurku terkait hubungan kita," kata Andrian. Tanpa dipersilakan lelaki itu duduk di kursi yang berada di teras.Menyatukan kedua tangan dan meremasnya pelan, Tari begitu khawatir dengan perkataan Andrian. Takut jika sang Ustaz be

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   89. Istri Magang

    Happy Reading*****Andrian menjadi orang terakhir yang keluar dari rumah setelah anak-anak berangkat ke sekolah. Tari masih tak percaya jika si bos akan membuatnya seharian berada di rumah tanpa mengurus pekerjaan. Padahal semua berkas dan juga jadwal meeting menumpuk."Jaga rumah, Tar. Nanti siang, tolong jemput Akmal sebagaimana yang Nina lakukan," perintah Andrian. Walau merasa kesal di hati, Tari tetap menganggukkan kepala. Secara sadar, Andrian menyodorkan tangan kanannya. Gadis itu mendelik. "Rasanya, tidak ada kewajiban saya untuk mencium tangannya, Mas. Saya bukan istri hingga harus berbuat demikian," kata Tari menyadarkan lelaki yang sudah mengenakan jas serta kemeja dengan rapi.Tersenyum canggung, Andrian berkata, "Maaf, aku sudah nggak sabar sampai lupa kita belum menikah. Aku ke kantor dulu. Titip anak-anak, ya. Assalamualaikum," ucapnya."Waalaikumsalam." Tari segera masuk ke dapur. Di sana, Bibi sedang sibuk membereskan semua peralatan yang baru saja dipakai makan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   90. Penegasan

    Happy Reading*****Tari terpaksa menuruti keinginan Andrian. Setelah menyiapkan makanan untuk si kecil juga makan siang si bos, gadis itu mengajak sopir menuju kantor. Akmal sendiri tidak keberatan ketika Tari mengajak ikut."Tante tidak malu ngajak adik ke kantornya Papa?" tanya si kecil di tengah perjalanan mereka menuju perusahaan."Kenapa mesti malu?""Hmm," jawab Akmal. Si bungsu tampak berpikir. "Tante masih muda, masak bawa anak ke kantor. Kalau digosipin yang tidak-tidak gimana?"Meledaklah tawa Tari dan juga sopir. Akmal lucu sekali. Kenapa sampai bisa berpikir jauh seperti itu. Sang sekretaris, lalu memencet hidung si kecil dengan gemas."Memangnya jika masih muda tidak boleh punya anak? Lagian semua karyawan di kantor kan tahu jika Akmal putranya ayah," jelas Tari.Si kecil tampak manggut-manggut tanda mengerti apa yang dijelaskan oleh gadis berjilbab di sampingnya. Walau Akmal jarang mendatangi kantor Andrian, tetapi semua karyawan yang ada di sana cukup familiar dengan w

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13

Bab terbaru

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   121. Indah Tanpa Dendam

    Happy Reading*****Sebelum menjawab salam dari perempuan di hadapannya, Tari meneliti tampilan orang tersebut dari atas ke bawah. Rentang waktu setahun telah mengubah perempuan itu menjadi jauh lebih baik. Pakaian yang semuanya tertutup serta tutur kata lembut saat menyapa. Mencerminkan adanya perubahan dalam dirinya."Waalaikumsalam. Apa kabar, Bu?" sapa Tari berusaha menghormati perempuan itu."Jangan panggil aku ibu. Saya bukan suami atasan kamu lagi," ucap perempuan itu yang tak lain adalah Lita. Tari sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi pada Lita hingga merubahnya seperti sekarang. Walau jelas tahu bahwa perempuan itu sudah tidak bersama Andrian, tetapi Tari tetap berusaha menghormatinya. Terlepas dari segala ancaman dan teror yang pernah dilakukan, istri Andrian sudah memaafkan semua kesalahan itu.Baru akan menjawab perkataan Lita, dari arah belakang Andrian memanggil nama Tari. "Sayang, belanjanya sudah selesai belum." Lita dengan cepat menundukkan pandangan dari l

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   120. Terkejut

    Happy Reading*****Ingin rasanya Tari menghilang saat ini juga. Bagaimana bisa dia sebrutal itu. Sungguh, si perempuan tidak menyadari aksinya sudah meninggalkan begitu banyak jejak pada suaminya.Andrian yang tahu jika istrinya terkejut dengan hasil perbuatannya sendiri, hanya bisa mengulas senyum. Hatinya berbunga-bunga, ternyata Tari juga bisa seganas tadi. Sebelum sang istri menjawab perkataan putranya, lelaki itu berbisik."Kamu hebat, Sayang. Mas ketagihan dengan yang tadi." Lalu, lelaki itu membuka selimutnya dan menjejakkan kaki ke lantai.Tari menghela napas panjang. Benar-benar jahil suaminya itu. Tidak tahukah Andrian jika dirinya malu setengah mati dengan kebrutalan itu. Melihat begitu banyak jejak di bagian tubuh sang suami yang lain, Tari menggelengkan kepala. Dia kemudian fokus pada Akmal sebelum si kecil bertanya macam-macam."Iya, Sayang. Nanti, Mama pasti obati bekas gigitan serangga di leher Ayah," jawab Tari pada akhirnya.Perempuan itu merutuki dirinya sendiri ya

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   119. Digigit Serangga

    Happy Reading*****Sesampainya di kamar, Tari membuka pintu dengan tergesa. Takut juga jika sang suami sampai salah paham dengan perkataannya tadi. "Mas, jangan salah paham, dong," ucapnya.Sekarang, Andrian sedang mengganti pakaiannya dengan kaos serta celana pendek. Dia melirik sang istri sebentar. "Gimana nggak salah paham. Kamu membandingkan lelaki lain di depan suamimu. Aku itu cemburuan, Sayang. Bukankah kamu sudah tahu sejak dulu?" Sang suami melanjutkan aktifitasnya melipat sarung dan menggantung baju koko, tiba-tiba saja suasana hati Andrian berubah jelek."Membandingkan gimana, Mas?" Sepertinya, Tari memang salah memilih kata. Padahal maksudnya tadi bukan membandingkan Andrian dengan Pamungkas. "Kalau nggak membandingkan terus apa? Bukankah kamu mengatakan kasus kami berbeda. Maksudmu pasti si Pamungkas pasti jauh lebih baik dari Mas, kan?" Andrian duduk di tepi ranjang dan memajukan bibir. Setelah menjadi suami Tari, lelaki itu makin manja saja. Tidak ingat sama umur.Sek

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   118. Sedikit Cemburu

    Happy Reading *****Andrian tidak pernah bosan dengan ibadah menyenangkan bersama sang istri. Sekali lagi, mereka melakukannya dan setelahnya tertidur hingga suara azan Zuhur membangunkan. Tari melenguh dan meregangkan tangan. Kemudian menatap lelaki di sebelahnya yang masih menutup mata."Mas, bangun. Sudah Zuhur," kata Tari pelan disertai guncangan pelan pada lengan Andrian."Hmm," jawab Andrian, tetapi matanya masih tertutup. "Boleh nggak kalau Mas salatnya di rumah saja?""Tidak boleh. Memangnya Mas Andri mau disebut salihah?" kata Tari cepat.Seketika Andrian membuka mata dan menatap sang istri. "Kok bisa salihah, Yang?"Memutar bola mata dan tersenyum, Tari berkata, "Ya, kan. Seorang perempuan itu lebih baik salat di rumah. Nah, jika seorang lelaki tidak salat di masjid tanpa uzur yang jelas, kan, namanya salihah." "Ih, jadi kamu ngatain Mas, ya?" Andrian gemas sendiri melihat wajah sang istri. Dia menggelitik pinggang perempuan itu sampai minta ampun setelahnya."Sudah ... su

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   117. Cinta Itu

    Happy Reading*****Tari menengok pada suaminya. Indera Andrian sudah dipenuhi kabur gairah. Tak akan bisa lagi perempuan itu beralasan lain apalagi anak-anak tidak berada di kamar lagi. "Mas mau sarapan apa? Biar aku siapkan dulu," katanya berusaha lepas dari pelukan Andrian yang makin erat dan menggebu."Sarapan kamu boleh, Sayang?" Andrian semakin berani. Mulai menciumi leher dan juga pundak sang istri."Jangan dulu, masih ada anak-anak di rumah. Jika mereka tiba-tiba ketuk pintu kayak kemarin, malah tidak nyaman. Lebih baik, biarkan aku masak supaya cepat sarapan dan meminta bantuan Bapak sama Ibu untuk menjaga anak-anak," kata Tari mencoba bernegosiasi. Dia, hanya perlu sedikit waktu untuk melayani suaminya. Menata jantung yang terus saja bertalu."Anak-anak sudah dibawa ngungsi sama Mas Radit. Di rumah ini tinggal kita berdua, Sayang. Mas sudah nggak sabar menantikan hari ini, apalagi melihat wajah cantikmu. Mas semakin nggak kuat menahannya." Andrian mulai melancarkan rayuan ke

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   116. Harus Berhasil

    Happy Reading*****Siang berlalu dan berganti sore. Sudah tidak ada tamu lagi di rumah Radit. Namun, ketiga buah hati Andrian dan juga ponakannya Tari tidak mau beranjak dari kamar pengantin. Mereka memonopoli perempuan yang baru saja menjadi istri Andrian.Sekarang, keempat anak-anak itu malah tidur di ranjang dengan Tari di tengah. Andrian yang duduk di sofa depan tempat tidur menatap malas pada anak-anak tersebut."Kenapa selalu saja ada gangguan saat aku ingin berduaan dengan istriku. Radit sama Haura memangnya nggak nyariin anaknya? Enak sekali mereka berdua. Bukan mereka yang jadi pengantin, tapi malah mereka yang berduaan," gerutu Andrian.Matanya mengawasi anak-anak dengan sangat iri karena mereka bisa tidur dipeluk oleh Tari. Jengkel dengan keadaan di kamarnya, Andrian keluar tanpa pamit pada sang istri. Turun, di ruang keluarga, terlihat Radit dan juga Ibrahim tengah berbincang, entah membahas apa. Andrian pun berniat untuk bergabung daripada suntuk memikirkan malam pertama

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   115. Gagal

    Happy Reading*****Ingin rasanya Andrian menghilang saat ini juga. Kenapa obrolan yang harusnya cuma untuknya dan sang istri harus didengar oleh ibu mertua. Jadi, tidak bisa menjalankan misi. "Saya nggak modus, Bu. Tari memang terlihat capek. Kasihan kalau sampai siang harus berdiri sampai sore," alibi Andrian."Tidak mungkin sampai sore. Sebelum Zuhur saja sudah habis. Lebay banget kamu."Ibrahim menatap istri dan menantunya bergantian. "Kalian berdua ini, kok, tidak pernah akur," katanya, "kalau Nak Andri mau istirahat duluan saja sana, tapi jangan lama-lama."Lelaki yang baru saja menjadi suami Tari itu memutar bola mata malas. Mana ada istirahat sendiri. Lebih baik di sini menemani sang istri. Tujuan utama istirahat Andrian adalah untuk melepas kerinduan jika sendirian mana bisa. Seketika, wajah gadis yang sudah dihalalkannya tersenyum. Tari seperti mengerti kekecewaan sang suami. "Lagian, Mas itu kenapa tidak sabaran banget.""Rinduku itu sudah seperti puncak Himalaya, Sayang

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   114. Sah

    Happy Reading*****Selesai salat berjemaah di masjid, Andrian bersiap-siap. Keluarga Ustaz Muhammad diminta menginap di rumahnya karena lelaki itu memang sudah tak memiliki keluarga di kota tersebut. Semua adiknya tinggal di pulau seberang bahkan si bungsu tinggal di negara sebelah sehingga mereka tidak bisa datang pada pernikahan ketiga Andrian.Anak-anak beserta istri sang Ustaz sedang dirias oleh MUA yang disewa terpisah oleh Andrian dari WO yang digunakan. Lelaki itu sudah siap dengan setelan jas serta kopiah. Dia duduk di ruang keluarga bersama Ustaz Muhammad menunggu yang lain untuk berangkat ke rumah Tari."Sudah siap Pak Andri?" tanya sang Ustaz."Insya Allah, sudah. Lahir batin sudah siap, Taz. Rasanya, pernikahan kali ini sangat menegangkan. Semalam hampir nggak tidur mikirin hari ini," jujur Andrian mengakui semua kegundahan hatinya.Sang ustaz tertawa. "Mungkin karena gadis yang Pak Andri nikahi sangat spesial. Makanya, mikirin terus.""Sepertinya begitu, Taz. Entahlah."

  • Sekretaris Alim Sang Bos Genit   113. Pingitan

    Happy Reading*****Kembali dengan wajah ditekuk-tekuk, suasana hati Andrian memburuk. Pertemuan dengan WO yang dia sewa untuk pesta pernikahannya pun kurang bersemangat seperti hari sebelumnya. Semua karena kejujurannya yang menceritakan kejadian kemarin pada sang pujaan."Atur semua dengan baik, Pak. Saya percaya pada WO yang Bapak pimpin. Lagian tamu yang saya undang juga tidak banyak," kata Andrian pada pemilik organizer."Baik, Pak. Kami sudah menyiapkan dengan baik dan persiapan sudah hampir 50%," ucap sang organizer."Bagus, kita langsung ketemu di tempat acara saja karena mulai besok saya nggak bisa datang ke tempat tersebut.""Jadi, saya harus koordinasi dengan siapa, Pak?""Mungkin saudara kandung calon istri saya. Nanti, saya kirim nomor beliau. Tolong berikan yang terbaik dan turuti permintaan calon istri saya.""Baik, Pak. Saya bisa bergerak dari sekarang jika seperti itu.""Silakan." Andrian meninggalkan restoran cepat saji tempat janjian mereka. Dia kembali ke kantor de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status