Share

Bab 91: Jebakan dalam Senyuman

Malam itu, Wulan merasakan kelelahan yang amat sangat. Bukan hanya karena fisik, tetapi juga mentalnya yang semakin terkikis. Saat ia duduk di ruang keluarga bersama Dimas, ia mencoba tersenyum meski hatinya begitu berat. Dimas, yang tidak menyadari apapun, memandang Wulan dengan penuh kasih sayang.

"Kamu capek, ya? Hari ini pasti melelahkan," ujar Dimas sambil meraih tangan Wulan, menggenggamnya erat.

Wulan mengangguk pelan. "Sedikit, tapi tidak apa-apa. Tadi arisannya berjalan lancar."

Dimas tersenyum. "Baguslah. Aku senang kamu bisa ikut berbaur dengan keluarga dan teman-teman Mama. Itu penting."

Wulan menelan ludah, menahan keinginan untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi ia tahu, ini bukan waktunya. Ia tidak ingin merusak malam yang seharusnya tenang dengan pertengkaran atau ketidaknyamanan. Lagi pula, Dimas tidak bersalah dalam semua ini. Ia hanya ingin yang terbaik untuk istrinya, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di belakang punggun

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status