Home / Pernikahan / Sekeping Hati yang Bertahan / Bab 99: Bayangan Kebenaran

Share

Bab 99: Bayangan Kebenaran

Author: Le Vant
last update Last Updated: 2024-10-30 10:23:01

Malam itu, setelah Dimas selesai berbicara di telepon, ia kembali ke ruang tamu dengan pikiran yang masih berkecamuk. Ia mendapati Wulan masih duduk di tempat yang sama, tampak termenung dan sedikit cemas. Ada perasaan bersalah yang mulai merayap di hatinya. Ia tahu bahwa Wulan sedang menyembunyikan sesuatu, tapi ia juga merasa bahwa mungkin ada alasan kuat di balik semua ini. Dimas berusaha untuk menenangkan diri, tetapi pikirannya terus berputar, mencari tahu bagaimana ia harus menghadapi situasi ini.

"Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud membuatmu cemas," kata Dimas dengan lembut saat ia duduk di sebelah Wulan. Tangannya meraih tangan Wulan, menggenggamnya erat, seolah-olah mencari pegangan dalam kegelapan.

Wulan memaksakan senyumnya, meskipun hatinya terasa berat. "Tidak apa-apa, Mas. Aku mengerti. Tapi, apakah semuanya baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir, mencoba mencari tahu seberapa jauh Dimas sudah mengetahui kebenaran yang ia sembunyikan.

Dimas

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 100: Ketidakpastian di Balik Pintu Terbuka

    Pagi datang dengan sinar matahari yang hangat menembus jendela kamar tidur mereka. Wulan terbangun lebih awal dari biasanya, pikirannya dipenuhi dengan tekad dan kecemasan. Hari ini adalah hari yang telah ia putuskan untuk mengungkapkan kebenaran kepada Dimas. Namun, ketika ia memandang wajah suaminya yang masih tertidur lelap, keberanian yang tadi malam ia kumpulkan tiba-tiba memudar.Wulan turun dari tempat tidur dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan Dimas. Ia berjalan menuju dapur dan mulai mempersiapkan sarapan. Tangan-tangannya bergerak otomatis, memasak nasi goreng kesukaan Dimas, sementara pikirannya terus-menerus berputar. Ia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana reaksi Dimas nanti, bagaimana ia harus memulai pembicaraan ini, dan apa yang akan terjadi pada mereka setelah itu.Saat Dimas bangun, ia mencium aroma nasi goreng dari dapur dan tersenyum kecil. Wulan selalu tahu bagaimana membuat paginya lebih baik, dan itu adalah salah satu hal yang paling ia

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 101: Bayang-Bayang Masalah yang Mulai Terungkap

    Keesokan paginya, Wulan bangun dengan perasaan tak menentu. Malam sebelumnya, setelah Dimas berbicara dengan nada yang penuh kekhawatiran, ia merasakan ada sesuatu yang mendekat, sesuatu yang lebih besar dari apa yang ia bayangkan. Rasa takut itu terus menyelimuti pikirannya, membuatnya sulit untuk berpikir jernih.Namun, Wulan tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus berada dalam ketakutan. Hari ini, ia harus mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dimas mungkin tidak ingin memberitahunya dengan alasan tertentu, tetapi Wulan merasa bahwa ia harus tahu, apalagi jika hal itu akan memengaruhi kehidupan mereka.Setelah Dimas pergi bekerja, Wulan memutuskan untuk menelepon Sarah, salah satu temannya yang bekerja di sebuah perusahaan yang sering berurusan dengan Solus Group. Wulan dan Sarah sudah berteman sejak lama, dan meskipun Sarah tidak tahu tentang keterlibatan Wulan dengan Solus Group, ia selalu menjadi sumber informasi yang bisa diandalkan.

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 102: Rahasia yang Mulai Terbuka

    Pagi itu, Wulan bangun dengan perasaan yang lebih tenang meski malamnya ia nyaris tidak bisa tidur. Langit masih gelap saat ia bangkit dari tempat tidurnya, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menghadapi hari yang penuh ketidakpastian. Namun, dalam hati ia tahu bahwa hari ini akan berbeda—ia akan mulai menggali lebih dalam, mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di sekelilingnya.Setelah Dimas pergi bekerja, Wulan kembali duduk di ruang tamu, memikirkan langkah berikutnya. Ia sudah mencoba mencari tahu melalui Sarah, dan kunjungannya ke kantor Solus Group tidak membuahkan hasil. Kini, ia tahu bahwa pendekatan yang lebih langsung mungkin diperlukan.Wulan memutuskan untuk membuka laptopnya dan mulai menelusuri jejak digital yang mungkin dapat memberinya petunjuk. Sebagai seorang pemilik rahasia dari perusahaan sebesar Solus Group, ia seharusnya memiliki akses ke berbagai informasi yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, Wulan selalu berhati-hati untuk ti

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 103: Jalinan Tipis antara Kepercayaan dan Pengkhianatan

    Malam mulai menyelimuti rumah dengan keheningan yang mencekam. Wulan duduk di ruang kerjanya, memandangi layar laptop yang menampilkan laporan keuangan terbaru Solus Group. Angka-angka yang bergerak di layar seolah-olah menggambarkan sebuah cerita tersembunyi yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang tahu betapa rapuhnya dunia ini. Ia merasa ada sesuatu yang janggal, namun tidak bisa langsung menempatkan jarinya pada apa yang salah.Pikiran Wulan melayang kembali ke percakapannya dengan Clara di kafe beberapa hari lalu. Kata-kata Clara terus terngiang di telinganya—ada pengkhianatan yang mungkin sedang terjadi di dalam Solus Group, dan yang lebih mengganggu, Dimas bisa jadi terlibat di dalamnya. Namun, Wulan masih tidak bisa menerima kemungkinan itu. Bagaimana mungkin orang yang selama ini ia cintai, suaminya sendiri, bisa melakukan sesuatu yang begitu menyakitkan?Dalam kesunyian malam, Wulan merasa dirinya semakin terasing dari segala yang ia kenal. Ia merind

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 104: Mimpi Buruk di Tengah Malam

    Malam semakin larut, dan Wulan masih terjaga di tempat tidur. Dimas sudah tertidur lelap di sampingnya, mendengkur pelan seperti biasa. Namun, Wulan tidak bisa memejamkan mata. Pikiran-pikirannya berputar-putar seperti badai, menghantam hatinya tanpa henti. Kecurigaan dan kekhawatiran yang ia coba redam mulai tumbuh semakin besar, seperti bayangan yang terus membesar di tengah malam.Di saat yang bersamaan, ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang dari dirinya—kepercayaan yang dulu begitu kuat terhadap suaminya. Dimas adalah orang yang ia percaya tanpa syarat, orang yang ia pikir akan selalu jujur dan terbuka. Tapi sekarang, seiring waktu, Wulan merasa ada sesuatu yang disembunyikan Dimas darinya. Sesuatu yang begitu besar dan begitu penting, hingga membuat Dimas berbeda.Pikiran itu terus menghantuinya sepanjang malam, membuat Wulan tidak bisa tidur. Akhirnya, ia memutuskan untuk bangun dari tempat tidur dan pergi ke dapur untuk menenangkan diri dengan segelas

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 105: Jejak yang Tersamarkan

    Pagi itu, Wulan mulai menjalankan rencananya. Meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan, ia memutuskan untuk mulai mencari tahu lebih dalam tentang proyek yang sedang Dimas kerjakan. Ia tahu bahwa ini mungkin akan membawa konsekuensi, tetapi ia tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Setelah memastikan Dimas telah berangkat kerja, Wulan masuk ke ruang kerja suaminya. Ruangan itu selalu terasa rapi dan terorganisir, mencerminkan kepribadian Dimas yang tertib dan sistematis. Tapi di balik kerapian itu, Wulan merasa ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang sengaja disamarkan agar tidak mudah ditemukan.Wulan berjalan menuju meja kerja Dimas, melihat-lihat berkas-berkas yang tertata rapi di atasnya. Sebagian besar dokumen yang ia temukan adalah laporan-laporan keuangan, kontrak bisnis, dan dokumen-dokumen perusahaan lainnya. Semua tampak biasa saja, tidak ada yang mencurigakan. Namun, Wulan tahu bahwa jika Dimas memang menyembunyikan sesuatu, itu past

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 106: Pijak Langkah di Tengah Kegelapan

    Seminggu telah berlalu sejak Wulan menemukan dokumen yang menghubungkan proyek Dimas dengan Solus Group. Setiap hari, rasa gelisahnya semakin membesar, tapi ia tahu bahwa terburu-buru hanya akan membuatnya ceroboh. Maka, ia tetap menjalani rutinitas sehari-harinya dengan tenang, sambil secara diam-diam terus menyelidiki.Pada suatu pagi, saat Dimas sedang sibuk bersiap-siap untuk berangkat kerja, Wulan memutuskan untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang tampaknya sederhana namun sebenarnya penuh risiko.“Mas, proyek apa yang sedang kamu kerjakan sekarang? Kelihatannya kamu sangat sibuk belakangan ini,” tanyanya dengan nada ringan, seolah-olah ia hanya ingin tahu kabar biasa.Dimas menoleh sambil tersenyum tipis. “Ah, itu proyek besar, Sayang. Banyak yang harus diselesaikan, tapi semoga semua berjalan lancar.”Wulan menyembunyikan rasa ingin tahunya di balik senyum manis. “Apa ada hubungannya dengan perusahaan besar?”

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 107: Cahaya Redup dalam Rasa Cemas

    Pagi hari kembali datang, dan Wulan bangun dengan perasaan yang berat. Matahari pagi yang biasanya menenangkan, kini terasa seperti beban di atas bahunya. Rasa cemas dan ketidakpastian terus menghantui pikirannya, membuatnya merasa lelah meski baru saja terbangun.Setelah menyiapkan sarapan untuk Dimas dan memastikan semua kebutuhan suaminya terpenuhi sebelum berangkat kerja, Wulan duduk di ruang makan dengan segelas teh hangat di tangannya. Sambil menatap kosong ke luar jendela, pikirannya kembali berputar pada penemuan-penemuan aneh dalam rekening keuangan keluarga mereka. Ia merasa seolah berada di ujung jurang, dengan hanya sedikit dorongan yang akan membuatnya terjatuh ke dalam lubang yang lebih dalam.Dimas datang menghampiri Wulan, mengecup keningnya dengan lembut. “Kamu kelihatan capek, Sayang. Semalam tidak bisa tidur ya?”Wulan tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. “Hanya banyak pikiran saja, Mas. Tapi aku baik-baik

Latest chapter

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 146: Tanda-Tanda yang Tak Terduga

    Pagi berikutnya dimulai dengan rutinitas seperti biasa, tetapi hati Wulan dipenuhi kecemasan yang tak kunjung hilang. Setiap tatapan Dimas, setiap kata yang keluar dari mulutnya, kini dipenuhi kecurigaan. Ia berusaha keras menyembunyikan perasaannya, memastikan Dimas tidak menyadari kegalauan yang menghantuinya.Hari itu, Wulan berusaha fokus pada tugas-tugas rumah tangga. Ia sibuk menyiapkan sarapan, memastikan anak-anak siap untuk sekolah, dan mengurus hal-hal kecil lainnya. Namun, pikirannya terus melayang pada pertemuannya dengan Pak Arya kemarin. Meskipun ia berusaha keras untuk tidak memikirkannya, bayangan tentang transaksi misterius itu tetap menghantuinya.Ketika Dimas berangkat kerja, Wulan merasa ada sesuatu yang berbeda. Dimas tampak lebih tergesa-gesa dari biasanya, seperti sedang mengejar sesuatu yang penting. Ketika Wulan memberinya ciuman perpisahan di depan pintu, ia merasakan ketegangan yang tak biasa dalam sikap suaminya."Jangan lupa makan si

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 145: Pertemuan yang Mengguncang

    Pagi itu, matahari bersinar cerah, tetapi suasana hati Wulan masih gelap. Setelah malam yang panjang penuh dengan kegelisahan, ia bangun dengan pikiran yang terus mengusik. Pesan dari Pak Arya mengenai transaksi besar yang dilakukan oleh Dimas menjadi bayangan yang menghantuinya sepanjang pagi.Wulan menatap cermin, melihat pantulan dirinya yang tampak letih dan kehilangan kilau. Ia menyadari bahwa kegelisahan ini telah mulai mempengaruhi dirinya secara fisik. Lingkaran hitam di bawah matanya semakin jelas, menandakan malam-malam tanpa tidur yang ia lewati. Ia berusaha menyembunyikan kecemasannya di balik senyum yang dipaksakan, tetapi jauh di dalam hatinya, ia merasa dirinya mulai hancur.Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Wulan segera melihat layar dan merasa lega ketika melihat bahwa pesan itu berasal dari Pak Arya.“Bu Wulan, saya menemukan sesuatu yang cukup mengkhawatirkan. Tampaknya Pak Dimas telah mengalihkan sejumlah besar uang ke sebuah reken

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 144: Bayang-Bayang Keraguan

    Keesokan harinya, Wulan merasakan kegelisahan yang terus menggerogoti dirinya. Setiap kali ia menatap Dimas, ada pertanyaan yang tak terjawab berputar di kepalanya. Apa yang sebenarnya sedang disembunyikan oleh suaminya? Perasaan ini begitu mengganggu hingga ia kesulitan untuk beraktivitas seperti biasa.Saat sarapan, Dimas tampak seperti biasa—tenang, penuh perhatian, dan tersenyum hangat. Namun, di balik senyum itu, Wulan kini melihat sesuatu yang ia lewatkan sebelumnya. Sebuah bayang-bayang kecil yang membuatnya semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres.“Sayang, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat sedikit pucat,” Dimas bertanya sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.Wulan tersentak dari lamunannya. Ia segera mengangguk dan berusaha tersenyum. “Iya, aku baik-baik saja. Mungkin hanya sedikit lelah.”“Kalau begitu, jangan terlalu memaksakan diri, ya? Aku tahu kamu sudah bekerja keras untuk kita,” kata Dimas, l

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 143: Menggali Lebih Dalam

    Keesokan harinya, Wulan bangun dengan tekad baru. Meskipun hatinya masih dipenuhi kecemasan, ia tahu bahwa ia harus terus maju. Ia tidak bisa lagi berdiam diri dan berharap semuanya akan membaik dengan sendirinya. Ada sesuatu yang tersembunyi dalam hidup Dimas, dan Wulan harus mengetahuinya.Setelah Dimas berangkat kerja, Wulan duduk di meja makan, menatap kosong secangkir kopi yang belum sempat ia sentuh. Pikirannya terus berkecamuk, mencoba mencari cara untuk mengungkap kebenaran tanpa membuat Dimas curiga. Ia tidak ingin mengambil risiko dengan mengkonfrontasi Dimas secara langsung, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan perasaannya menguap begitu saja.Wulan teringat pada Nina, sahabatnya yang selalu bisa ia andalkan dalam situasi sulit. Nina mungkin bisa memberikan nasihat atau setidaknya mendengarkan kegelisahannya. Dengan cepat, Wulan meraih ponselnya dan menghubungi Nina."Waalaikumsalam, Wulan," jawab Nina dengan suara riang seperti biasanya. "Ada apa pag

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 142: Tanda-tanda yang Mengkhawatirkan

    Keesokan harinya, Wulan bangun dengan perasaan yang masih sama—gelisah dan penuh tanda tanya. Pikirannya terus berputar-putar tentang apa yang telah diungkapkan oleh Pak Rudianto kemarin. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa ia sedang berada di tengah badai yang akan segera pecah, namun ia belum bisa melihat dengan jelas dari arah mana badai itu akan datang.Saat sarapan pagi, Wulan memandangi Dimas yang duduk di seberang meja. Suaminya tampak seperti biasa, tenang dan penuh perhatian, tetapi sekarang Wulan melihatnya dengan kecurigaan yang baru. Setiap gerak-gerik Dimas, setiap kata yang ia ucapkan, semuanya tampak sarat makna, seolah-olah ada lapisan lain yang tersembunyi di balik sikap tenangnya."Sayang, kamu sudah ada rencana untuk hari ini?" tanya Dimas sambil menyuap sarapan.Wulan tersenyum tipis, berusaha menutupi kegelisahannya. "Belum ada yang pasti, mungkin hanya mengurus rumah seperti biasa."Dimas mengangguk. "Kalau begitu, aku mun

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 141: Mencari Titik Terang

    Pagi berikutnya, Wulan bangun dengan perasaan yang masih sama—gelisah dan penuh tanda tanya. Meskipun semalam ia tidak menemukan jawaban pasti dari Dimas, setidaknya Wulan tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Dengan tekad yang semakin bulat, Wulan memutuskan untuk melanjutkan penyelidikannya.Saat Dimas sudah berangkat kerja, Wulan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, kemudian duduk di meja makan sambil memikirkan langkah selanjutnya. Ia harus berhati-hati, karena Dimas bisa saja mulai curiga jika ia terlalu agresif dalam mencari tahu. Namun, Wulan juga tahu bahwa waktu tidak berpihak padanya. Jika Dimas benar-benar terlibat dalam sesuatu yang berbahaya, maka Wulan harus bergerak cepat.Setelah menyelesaikan sarapan, Wulan mengambil ponselnya dan menghubungi Nina. "Nin, kita harus lebih cepat. Aku nggak bisa menunggu terlalu lama," katanya tanpa basa-basi.Nina di ujung telepon terdengar memahami kegelisahan sahabatnya. "Aku setuju.

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 140: Awal dari Sebuah Rencana

    Malam itu, Wulan tidak bisa tidur dengan tenang. Pikirannya terus berputar, memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik semua senyuman dan kehangatan yang ditunjukkan Dimas. Di satu sisi, ia ingin percaya bahwa suaminya masih pria yang ia cintai, tetapi di sisi lain, terlalu banyak tanda-tanda mencurigakan yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar mengenal Dimas.Pagi harinya, Nina mengirim pesan singkat, memberitahu bahwa ia sudah menghubungi kenalannya yang bisa membantu mencari informasi tentang Rudi. Nina memang tidak pernah mengecewakan, selalu bisa diandalkan. Wulan merasa sedikit lega, meskipun belum tahu hasil dari pencarian tersebut. Namun, untuk saat ini, ia perlu melanjutkan harinya seperti biasa, tetap berperan sebagai istri yang baik dan ibu rumah tangga yang sempurna di mata semua orang.Saat Dimas sarapan di meja makan, Wulan berusaha menutupi kegelisahannya. Ia menyiapkan makanan seperti biasanya, menyajikan nasi goreng kesukaan Di

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 139: Menelusuri Jejak Kebenaran

    Keesokan harinya, Wulan terbangun dengan perasaan yang tidak menentu. Meskipun Dimas tampak berusaha meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja, Wulan merasa sulit mempercayainya. Ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang membuatnya tidak bisa tenang. Wulan tahu bahwa ia harus mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.Setelah Dimas berangkat ke kantor, Wulan memutuskan untuk melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Ia ingin mencari tahu lebih banyak tentang aktivitas Dimas di kantor, tetapi ia tahu itu tidak bisa dilakukan secara langsung. Maka, Wulan memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe kecil yang tidak jauh dari kantor Dimas. Dari sana, ia berharap bisa mengamati gerak-gerik suaminya, tanpa menarik perhatian.Wulan memilih tempat duduk yang strategis di sudut kafe, di mana ia bisa melihat keluar tanpa mudah terlihat oleh orang-orang di jalan. Ia memesan secangkir kopi dan mulai menunggu. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya, karena

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 138: Bayangan Kebohongan

    Matahari pagi menyelinap masuk melalui jendela kamar, memandikan ruangan dengan cahaya hangat yang lembut. Wulan terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang masih berat. Malam sebelumnya, setelah perbincangannya dengan ibunya, Wulan merasa sedikit lebih tenang. Namun, perasaan was-was itu tetap ada, seolah bersembunyi di sudut pikirannya, menunggu saat yang tepat untuk kembali menghantuinya.Setelah memastikan Dimas sudah berangkat ke kantor, Wulan mencoba mengalihkan pikirannya dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun, tak peduli seberapa keras ia berusaha, bayangan tentang masalah yang mungkin sedang dihadapi Dimas selalu kembali. Wulan tahu, sesuatu sedang terjadi—sesuatu yang lebih besar dari yang terlihat di permukaan.Hari itu, Wulan memutuskan untuk pergi ke pasar tradisional. Biasanya, ia selalu menyukai perjalanan ke pasar, menikmati suasana riuh, aroma rempah-rempah yang kuat, dan warna-warni sayuran segar yang menggoda. Namun, kali ini, semuanya

DMCA.com Protection Status