Beranda / Rumah Tangga / Sekeping Hati yang Bertahan / Bab 100: Ketidakpastian di Balik Pintu Terbuka

Share

Bab 100: Ketidakpastian di Balik Pintu Terbuka

Penulis: Le Vant
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-30 12:22:41

Pagi datang dengan sinar matahari yang hangat menembus jendela kamar tidur mereka. Wulan terbangun lebih awal dari biasanya, pikirannya dipenuhi dengan tekad dan kecemasan. Hari ini adalah hari yang telah ia putuskan untuk mengungkapkan kebenaran kepada Dimas. Namun, ketika ia memandang wajah suaminya yang masih tertidur lelap, keberanian yang tadi malam ia kumpulkan tiba-tiba memudar.

Wulan turun dari tempat tidur dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan Dimas. Ia berjalan menuju dapur dan mulai mempersiapkan sarapan. Tangan-tangannya bergerak otomatis, memasak nasi goreng kesukaan Dimas, sementara pikirannya terus-menerus berputar. Ia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana reaksi Dimas nanti, bagaimana ia harus memulai pembicaraan ini, dan apa yang akan terjadi pada mereka setelah itu.

Saat Dimas bangun, ia mencium aroma nasi goreng dari dapur dan tersenyum kecil. Wulan selalu tahu bagaimana membuat paginya lebih baik, dan itu adalah salah satu hal yang paling ia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 101: Bayang-Bayang Masalah yang Mulai Terungkap

    Keesokan paginya, Wulan bangun dengan perasaan tak menentu. Malam sebelumnya, setelah Dimas berbicara dengan nada yang penuh kekhawatiran, ia merasakan ada sesuatu yang mendekat, sesuatu yang lebih besar dari apa yang ia bayangkan. Rasa takut itu terus menyelimuti pikirannya, membuatnya sulit untuk berpikir jernih.Namun, Wulan tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus berada dalam ketakutan. Hari ini, ia harus mencoba untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dimas mungkin tidak ingin memberitahunya dengan alasan tertentu, tetapi Wulan merasa bahwa ia harus tahu, apalagi jika hal itu akan memengaruhi kehidupan mereka.Setelah Dimas pergi bekerja, Wulan memutuskan untuk menelepon Sarah, salah satu temannya yang bekerja di sebuah perusahaan yang sering berurusan dengan Solus Group. Wulan dan Sarah sudah berteman sejak lama, dan meskipun Sarah tidak tahu tentang keterlibatan Wulan dengan Solus Group, ia selalu menjadi sumber informasi yang bisa diandalkan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 102: Rahasia yang Mulai Terbuka

    Pagi itu, Wulan bangun dengan perasaan yang lebih tenang meski malamnya ia nyaris tidak bisa tidur. Langit masih gelap saat ia bangkit dari tempat tidurnya, berusaha mengumpulkan keberanian untuk menghadapi hari yang penuh ketidakpastian. Namun, dalam hati ia tahu bahwa hari ini akan berbeda—ia akan mulai menggali lebih dalam, mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di sekelilingnya.Setelah Dimas pergi bekerja, Wulan kembali duduk di ruang tamu, memikirkan langkah berikutnya. Ia sudah mencoba mencari tahu melalui Sarah, dan kunjungannya ke kantor Solus Group tidak membuahkan hasil. Kini, ia tahu bahwa pendekatan yang lebih langsung mungkin diperlukan.Wulan memutuskan untuk membuka laptopnya dan mulai menelusuri jejak digital yang mungkin dapat memberinya petunjuk. Sebagai seorang pemilik rahasia dari perusahaan sebesar Solus Group, ia seharusnya memiliki akses ke berbagai informasi yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, Wulan selalu berhati-hati untuk ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 103: Jalinan Tipis antara Kepercayaan dan Pengkhianatan

    Malam mulai menyelimuti rumah dengan keheningan yang mencekam. Wulan duduk di ruang kerjanya, memandangi layar laptop yang menampilkan laporan keuangan terbaru Solus Group. Angka-angka yang bergerak di layar seolah-olah menggambarkan sebuah cerita tersembunyi yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang tahu betapa rapuhnya dunia ini. Ia merasa ada sesuatu yang janggal, namun tidak bisa langsung menempatkan jarinya pada apa yang salah.Pikiran Wulan melayang kembali ke percakapannya dengan Clara di kafe beberapa hari lalu. Kata-kata Clara terus terngiang di telinganya—ada pengkhianatan yang mungkin sedang terjadi di dalam Solus Group, dan yang lebih mengganggu, Dimas bisa jadi terlibat di dalamnya. Namun, Wulan masih tidak bisa menerima kemungkinan itu. Bagaimana mungkin orang yang selama ini ia cintai, suaminya sendiri, bisa melakukan sesuatu yang begitu menyakitkan?Dalam kesunyian malam, Wulan merasa dirinya semakin terasing dari segala yang ia kenal. Ia merind

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 104: Mimpi Buruk di Tengah Malam

    Malam semakin larut, dan Wulan masih terjaga di tempat tidur. Dimas sudah tertidur lelap di sampingnya, mendengkur pelan seperti biasa. Namun, Wulan tidak bisa memejamkan mata. Pikiran-pikirannya berputar-putar seperti badai, menghantam hatinya tanpa henti. Kecurigaan dan kekhawatiran yang ia coba redam mulai tumbuh semakin besar, seperti bayangan yang terus membesar di tengah malam.Di saat yang bersamaan, ia merasa seperti ada sesuatu yang hilang dari dirinya—kepercayaan yang dulu begitu kuat terhadap suaminya. Dimas adalah orang yang ia percaya tanpa syarat, orang yang ia pikir akan selalu jujur dan terbuka. Tapi sekarang, seiring waktu, Wulan merasa ada sesuatu yang disembunyikan Dimas darinya. Sesuatu yang begitu besar dan begitu penting, hingga membuat Dimas berbeda.Pikiran itu terus menghantuinya sepanjang malam, membuat Wulan tidak bisa tidur. Akhirnya, ia memutuskan untuk bangun dari tempat tidur dan pergi ke dapur untuk menenangkan diri dengan segelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 105: Jejak yang Tersamarkan

    Pagi itu, Wulan mulai menjalankan rencananya. Meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan, ia memutuskan untuk mulai mencari tahu lebih dalam tentang proyek yang sedang Dimas kerjakan. Ia tahu bahwa ini mungkin akan membawa konsekuensi, tetapi ia tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Setelah memastikan Dimas telah berangkat kerja, Wulan masuk ke ruang kerja suaminya. Ruangan itu selalu terasa rapi dan terorganisir, mencerminkan kepribadian Dimas yang tertib dan sistematis. Tapi di balik kerapian itu, Wulan merasa ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang sengaja disamarkan agar tidak mudah ditemukan.Wulan berjalan menuju meja kerja Dimas, melihat-lihat berkas-berkas yang tertata rapi di atasnya. Sebagian besar dokumen yang ia temukan adalah laporan-laporan keuangan, kontrak bisnis, dan dokumen-dokumen perusahaan lainnya. Semua tampak biasa saja, tidak ada yang mencurigakan. Namun, Wulan tahu bahwa jika Dimas memang menyembunyikan sesuatu, itu past

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 106: Pijak Langkah di Tengah Kegelapan

    Seminggu telah berlalu sejak Wulan menemukan dokumen yang menghubungkan proyek Dimas dengan Solus Group. Setiap hari, rasa gelisahnya semakin membesar, tapi ia tahu bahwa terburu-buru hanya akan membuatnya ceroboh. Maka, ia tetap menjalani rutinitas sehari-harinya dengan tenang, sambil secara diam-diam terus menyelidiki.Pada suatu pagi, saat Dimas sedang sibuk bersiap-siap untuk berangkat kerja, Wulan memutuskan untuk mengajukan sebuah pertanyaan yang tampaknya sederhana namun sebenarnya penuh risiko.“Mas, proyek apa yang sedang kamu kerjakan sekarang? Kelihatannya kamu sangat sibuk belakangan ini,” tanyanya dengan nada ringan, seolah-olah ia hanya ingin tahu kabar biasa.Dimas menoleh sambil tersenyum tipis. “Ah, itu proyek besar, Sayang. Banyak yang harus diselesaikan, tapi semoga semua berjalan lancar.”Wulan menyembunyikan rasa ingin tahunya di balik senyum manis. “Apa ada hubungannya dengan perusahaan besar?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 107: Cahaya Redup dalam Rasa Cemas

    Pagi hari kembali datang, dan Wulan bangun dengan perasaan yang berat. Matahari pagi yang biasanya menenangkan, kini terasa seperti beban di atas bahunya. Rasa cemas dan ketidakpastian terus menghantui pikirannya, membuatnya merasa lelah meski baru saja terbangun.Setelah menyiapkan sarapan untuk Dimas dan memastikan semua kebutuhan suaminya terpenuhi sebelum berangkat kerja, Wulan duduk di ruang makan dengan segelas teh hangat di tangannya. Sambil menatap kosong ke luar jendela, pikirannya kembali berputar pada penemuan-penemuan aneh dalam rekening keuangan keluarga mereka. Ia merasa seolah berada di ujung jurang, dengan hanya sedikit dorongan yang akan membuatnya terjatuh ke dalam lubang yang lebih dalam.Dimas datang menghampiri Wulan, mengecup keningnya dengan lembut. “Kamu kelihatan capek, Sayang. Semalam tidak bisa tidur ya?”Wulan tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. “Hanya banyak pikiran saja, Mas. Tapi aku baik-baik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 108: Keheningan yang Mengusik

    Pagi berikutnya datang dengan cara yang sama, namun Wulan merasa ada yang berbeda. Di dalam dirinya, ada kekuatan yang perlahan bangkit. Meski ketakutan dan kecemasan masih menghantui, ia tahu bahwa ia harus lebih kuat dari sebelumnya. Ia tidak bisa terus-menerus terjebak dalam keraguan dan ketidakpastian.Setelah menyiapkan sarapan untuk Dimas, Wulan menyambut suaminya dengan senyum yang hangat seperti biasanya. Ia berusaha menutupi kegelisahan yang masih menggerogoti hatinya. Dimas tampak sedikit lebih ceria pagi itu, mungkin karena beban pekerjaan yang sedikit berkurang atau mungkin karena ia tidak menyadari ada badai yang perlahan-lahan menggulung di bawah permukaan kehidupan rumah tangga mereka.“Kamu mau kemana hari ini, Sayang?” tanya Dimas sambil merapikan dasi di depan cermin.Wulan berpikir sejenak sebelum menjawab. “Mungkin aku akan pergi ke pasar, membeli beberapa bahan makanan yang mulai habis di rumah. Dan mungkin akan mampir ke r

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 176: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Keesokan harinya, setelah merayakan keberhasilan mereka, Wulan terbangun dengan perasaan segar. Namun, saat menyiapkan sarapan, bayang-bayang masa lalu kembali menghantuinya. Ia teringat pada perlakuan dingin keluarga Dimas, yang tak kunjung hilang dari ingatannya. Bagaimana mereka selalu terlihat baik di depan Dimas, sementara di belakangnya, mereka memperlakukannya dengan sinis.Saat Dimas masuk ke dapur, Wulan berusaha menyembunyikan pikirannya. “Selamat pagi! Apa kamu siap untuk hari ini?” tanya Dimas dengan semangat.“Selamat pagi. Tentu saja, aku sudah menyiapkan rencana kerja untuk minggu ini,” jawab Wulan, berusaha menunjukkan antusiasme.Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk mengunjungi lokasi pelatihan mereka. Wulan merasakan semangat di dalam dirinya. Namun, saat mereka melangkah keluar, matanya tertangkap oleh sosok familiar yang melintas di jalan. Itu adalah Ibu Dimas, berjalan dengan angkuh, seolah tak pernah melihat mere

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 175: Langkah Menuju Impian

    Hari-hari setelah presentasi itu menjadi lebih dinamis bagi Wulan dan Dimas. Mereka berdua semakin sering berdiskusi tentang rencana masa depan usaha pelatihan yang mereka jalankan. Wulan merasa optimis, namun di sisi lain, bayang-bayang keraguan dan ketidakpastian masih menghantui pikirannya.Suatu pagi, saat mereka duduk di meja makan, Dimas terlihat lebih bersemangat dari biasanya. “Aku mendapat kabar baik! Salah satu sponsor besar ingin bertemu dengan kita,” katanya dengan senyum lebar.Wulan menatap Dimas dengan rasa ingin tahu. “Sponsor besar? Siapa mereka?”“Perusahaan alat olahraga terkenal. Mereka tertarik untuk mendukung program kita,” Dimas menjelaskan, matanya berbinar. “Ini kesempatan bagus untuk mengembangkan usaha kita lebih jauh.”Wulan merasakan jantungnya berdegup kencang. Meskipun senang dengan berita ini, ketakutan akan penolakan masih ada. “Tapi, apa mereka benar-benar tertarik pad

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 174: Menghadapi Kebenaran

    Hari-hari setelah acara presentasi itu membawa perubahan yang signifikan bagi Wulan. Keluarga Dimas, terutama ibunya, mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikan terhadap program pelatihan yang dijalankannya. Wulan merasa sedikit lega, tetapi di sudut hatinya, dia tahu bahwa ini baru permulaan.Dimas mendukung penuh setiap langkah Wulan. Dia sering pulang lebih awal dari kerja untuk membantu Wulan mempersiapkan sesi pelatihan berikutnya. “Aku ingin memastikan bahwa semua orang di keluarga kita melihat betapa pentingnya ini,” kata Dimas dengan semangat.Suatu malam, setelah makan malam, Wulan dan Dimas duduk di sofa, membahas langkah selanjutnya. “Sayang, bagaimana kalau kita mengadakan sesi khusus untuk keluarga? Aku ingin mereka merasakan langsung dampak dari apa yang kita lakukan,” usul Wulan.Dimas mengangguk, “Itu ide yang bagus! Mungkin kita bisa mengundang mereka ke sesi pelatihan berikutnya dan menunjukkan bagaimana peserta be

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 173: Terjebak dalam Jaringan Harapan

    Keesokan harinya, Wulan merasa bersemangat. Dia sudah merencanakan sesi pelatihan baru yang berfokus pada keterampilan kewirausahaan. Dia ingin peserta merasakan langsung bagaimana memulai usaha mereka sendiri, bahkan dari hal-hal kecil. Saat dia memasuki ruang pelatihan, senyum lebar menghiasi wajahnya.“Selamat pagi, semuanya!” sapanya ceria, dan para peserta membalas dengan antusias. Mereka duduk melingkar, penuh harapan.“Saya ingin kita berbagi ide tentang produk apa yang bisa kita jual. Kalian semua memiliki keahlian masing-masing, dan saya percaya kita bisa menemukan peluang yang tepat!” Wulan melihat semangat di wajah-wajah mereka dan merasa energinya meningkat.Mira, yang sudah mulai menjual kue, mengangkat tangan. “Saya bisa membantu mengajarkan cara membuat kue yang enak dan mudah!” Wulan tersenyum bangga. “Itu ide yang luar biasa, Mira! Siapa lagi yang punya ide?”Satu per satu, peserta mulai ber

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 172: Ujian Pertama

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan program pelatihan yang Wulan jalankan semakin menarik perhatian. Para peserta tidak hanya datang untuk belajar, tetapi juga membawa harapan baru ke dalam hidup mereka. Wulan merasa semakin terhubung dengan mereka, berbagi tawa dan cerita, namun di balik kebahagiaan itu, keraguan dari keluarga Dimas tetap menghantuinya.Suatu pagi, Wulan menerima telepon dari Dimas. “Sayang, aku mau mengajakmu makan siang bersama keluargaku. Mereka ingin berbicara tentang program yang kau jalankan.”Wulan merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia tahu ini adalah kesempatan untuk menunjukkan hasil kerjanya, tetapi bayangan skeptisisme keluarga Dimas membuatnya cemas. “Baiklah, aku akan siap-siap,” jawabnya, berusaha terdengar tenang.Saat tiba di rumah Dimas, Wulan disambut dengan senyuman hangat, tetapi dia merasakan ketegangan di udara. Keluarga Dimas sudah berkumpul di meja makan. Dimas mengisyaratkan Wulan untuk dudu

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 171: Langkah Awal yang Menjanjikan

    Dengan semangat baru, Wulan mulai mengatur program pelatihan dengan lebih serius. Setiap hari, ia menghabiskan waktu untuk merancang materi pelajaran dan mencari narasumber yang berpengalaman. Dalam benaknya, ia membayangkan para peserta akan merasakan perubahan positif dalam hidup mereka setelah mengikuti pelatihan ini.Pagi itu, Wulan menerima telepon dari seorang pakar pelatihan keterampilan yang bersedia membantu. Ia segera menjadwalkan pertemuan untuk mendiskusikan detail lebih lanjut. Setelah panggilan berakhir, Wulan merasa berenergi. Ini adalah langkah yang tepat untuk mewujudkan cita-citanya.Ketika bertemu dengan peserta pertama program, suasana terasa hangat. Wulan melihat wajah-wajah penuh harapan. Mereka adalah ibu-ibu dari berbagai latar belakang, masing-masing membawa cerita dan impian. Dalam pertemuan itu, Wulan memperkenalkan diri dan menjelaskan visi program.“Saya percaya bahwa setiap dari kita memiliki potensi yang bisa dikembangkan,&rd

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 170: Pertemuan yang Menentukan

    Hari pertemuan dengan keluarga Dimas tiba. Wulan merasakan campur aduk antara cemas dan bersemangat. Ia mengenakan gaun sederhana namun elegan, berharap penampilannya dapat menunjukkan keseriusannya. Dimas berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan dukungan dan kekhawatiran yang sama.Mereka tiba di rumah keluarga Dimas yang megah, dikelilingi oleh taman yang indah. Suasana terasa menegangkan. Wulan menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dimas memegang tangannya erat, memberi dorongan.“Ini adalah kesempatan kita untuk menjelaskan semuanya,” kata Dimas, mengangkat dagu Wulan sedikit agar mereka bisa saling menatap. “Kau tidak sendirian.”Ketika mereka memasuki ruang tamu, Wulan merasakan tatapan tajam dari anggota keluarga Dimas. Ibu mertuanya, Bu Sari, duduk dengan sikap angkuh, sementara kakak Dimas, Rina, memperhatikan dengan skeptis. Wulan berusaha untuk tidak merasa terintimidasi. Ia tahu bahwa ini adalah waktunya un

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 169: Menyusun Rencana

    Hari-hari setelah pertemuan itu terasa penuh tantangan bagi Wulan. Ia kembali ke rutinitas harian sebagai ibu rumah tangga, tetapi pikirannya selalu terbayang pada pertemuan yang baru saja dilalui. Meskipun Dimas terus menunjukkan dukungannya, Wulan merasa beban yang berat di pundaknya. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan dan membuktikan nilainya.Dalam hati, Wulan mulai menyusun rencana. Ia ingin membuktikan kepada keluarga Dimas bahwa ia bukan sekadar istri yang diabaikan. Ia ingin menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan dan semangat untuk berkontribusi, baik untuk keluarga maupun komunitas. Namun, ia juga tahu bahwa untuk mencapai tujuan itu, ia harus memanfaatkan keahlian yang selama ini ia sembunyikan — sebagai pemilik Solus Group.Suatu malam, saat Dimas tertidur, Wulan duduk di meja kerjanya dengan laptop di depan. Cahaya lembut dari layar menerangi ruangan, memberikan suasana yang menenangkan. Ia membuka dokumen-dokumen peru

  • Sekeping Hati yang Bertahan   Bab 168: Rencana yang Bersemi

    Hari-hari berlalu dengan cepat, dan suasana di rumah Wulan semakin hangat. Keterlibatan Dimas dalam proyek sosialnya tidak hanya meningkatkan hubungan mereka, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas. Wulan merasa bahagia melihat suaminya kembali ke sosok yang ia kenal — penuh semangat dan antusiasme.Satu sore, setelah menghabiskan waktu di kantor, Dimas kembali dengan berita yang menggetarkan hati. “Aku sudah menghubungi beberapa artis untuk acara amal kita,” ujarnya, wajahnya bersinar penuh semangat.“Benarkah? Siapa saja yang akan tampil?” tanya Wulan, matanya berbinar-binar.Dimas menyebutkan beberapa nama, termasuk penyanyi dan kelompok musik lokal yang terkenal. Wulan merasa bersemangat. “Ini luar biasa! Kita bisa mengundang lebih banyak orang dan meningkatkan kesadaran tentang proyek kita.”Mereka mulai merencanakan semua detail acara, dari pemilihan tempat hingga strategi promosi. Setiap detil

DMCA.com Protection Status