Share

Bab 44: Luka yang Tak Tampak

Pagi berikutnya, Wulan bangun lebih awal dari biasanya. Perasaan resah yang menemaninya semalaman masih membekas di hatinya. Meskipun ia berusaha untuk terlihat tenang di hadapan Dimas, Wulan tahu bahwa beban yang ia pikul semakin berat.

Setelah memastikan bahwa Dimas berangkat kerja dengan baik, Wulan kembali tenggelam dalam rutinitasnya. Pekerjaan rumah yang tampak sederhana bagi orang lain justru menjadi pelarian baginya. Menggosok lantai, mencuci piring, dan menyapu halaman seolah-olah memberinya waktu untuk memikirkan apa yang sebenarnya sedang ia alami.

Namun, setiap kali Wulan berhenti sejenak, pikirannya selalu kembali pada perlakuan dingin yang ia terima dari Bu Ratna dan Ana. Meskipun mereka tidak pernah secara terang-terangan mengungkapkan kebencian mereka, Wulan bisa merasakan jarak yang semakin melebar di antara mereka. Setiap senyum palsu yang mereka berikan terasa seperti belati yang menusuk dari belakang.

Sore harinya, Wulan berencana untuk pergi ke pasar. Ia butuh bah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status