Share

Bab 46: Perlahan Terkuak

Pagi itu, Wulan bangun lebih awal dari biasanya. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kecil di belakang rumah. Taman itu adalah salah satu tempat favoritnya untuk menenangkan diri, jauh dari tatapan dingin Ana atau komentar sinis dari Bu Ratna. Saat embun pagi masih menggantung di daun-daun, Wulan membiarkan dirinya merenung, memikirkan kehidupan yang telah ia pilih.

Sejak pernikahannya dengan Dimas, Wulan merasakan adanya jarak yang tak kasat mata antara dirinya dan keluarga suaminya. Meskipun mereka tidak pernah secara langsung menunjukkan ketidaksukaan mereka di depan Dimas, Wulan selalu bisa merasakan ketidaknyamanan yang menggantung di udara. Di setiap interaksi, selalu ada kata-kata yang ditahan, pandangan yang tidak sepenuhnya tulus, dan senyum yang terasa dipaksakan.

Ketika Dimas tidak ada, sikap mereka berubah. Ana dan Bu Ratna tidak lagi berusaha menyembunyikan rasa ketidaksukaan mereka. Namun, meski Wulan sadar akan semua ini, ia memilih untuk tetap diam. Dia yakin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status