Ceysa berjalan menelusuri lorong hotel dengan senyum terkembang lebar. Bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang lorong yang dilewati, seakan menggambarkan hatinya yang sedang bahagia. Hari ini dia telah menjadi istri seorang Olsen Miller, pria yang akan membawanya keluar dari rumah yang sudah seperti neraka.âSekarang aku sudah bebas, hatiku seperti memiliki bersayap dan sayap itu sedang mengepak membawaku terbang meninggalkan kemalanganku,â gumamnya sambil terus berjalan dengan gaun pengantin elegan berwarna putih yang menyapu lantai marmer yang dilalui.Olsen memang bukan pria yang dia cintai, mereka juga tidak melalui proses pacaran seperti pasangan kekasih pada umumnya yang kemudian memutuskan untuk menikah karena saling mencintai. Pria itu adalah tiket baginya agar dia bisa keluar dari rumah papanya.Saat papanya mengenalkannya pada Olsen dan menjodohkannya karena kepentingan bisnis, Ceysa dengan senang hati setuju. Apa pun akan dia lakukan agar bisa menjauh dari papa yang dibenc
Olsen menyusul Ceysa ke kamar karena tidak sabar menunggu istrinya yang tak kunjung datang ke ballroom, tempat pesta pernikahan mereka berlangsung. Dia terkejut ketika tidak menemukan istrinya di sana.âCeysa ...!â panggil Olsen, namun tidak ada yang menyahut.âDi mana dirimu? Jangan bercanda, semua orang sudah menunggu kita untuk berdansa.ââCeysa ...!â panggilnya lagi dengan nada yang lebih tinggi.Olsen memeriksa setiap sudut kamar dan juga kamar mandi, tetapi tidak menemukan orang yang dia cari. Saat ingin keluar dari kamar, langkahnya tertahan karena kakinya menginjak sesuatu. Dia menurunkan tatapan dan terbelalak melihat foto-foto yang ada di bawah kaki.âShiiitt ...!â umpatnya keras sambil mengambil foto-foto tersebut.Dengan kemarahan memuncak, Olsen meremas foto tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Tangannya mengepal kuat hingga gemetar, matanya memerah dan rahangnya mengeras. Dia tidak akan membiarkan istrinya mempermalukan dirinya di depan semua rekan bisnis yang data
âHampir semua orang yang hidup di sini tidak berpendidikan tinggi, mereka pintar bertani dan beternak karena keahlian turun-temurun tetapi mereka tidak pintar berbisnis. Apakah kamu mengira mereka memiliki banyak uang dengan semua ladang yang mereka miliki?â balas Calvin.âTentu saja mereka banyak uang, bukankah panenan mereka juga banyak?â ujar Ceysa begitu yakin, tetapi Calvin menggeleng menyanggah.âHasil pertanian dan peternakan mereka dihargai sangat rendah oleh tengkulak karena itulah aku pergi ke kota untuk belajar bagaimana cara distribusi hasil pertanian yang baik sehingga aku bisa menaikkan kesejahteraan semua orang yang hidup di Greenland.ââImpianmu sangat keren, aku yakin kamu akan menjadi orang hebat pada saatnya nanti.ââTerima kasih untuk doamu,â balas Calvin dengan senyum hangat.âApakah rumahmu masih jauh?ââItu rumahku, sudah terlihat,â tunjuk Calvin ke arah rumah kayu sederhana yang tampak menyatu dengan alam.Awalnya Ceysa merasa khawatir akan tertolak oleh keluar
âAku mencarimu ke mana-mana, ternyata ada di sini,â ujar Calvin saat menemukan Ceysa sedang duduk termenung di pinggir irigasi pertanian.âBerita tentangku dan Olsen ternyata tengah memanas, kenapa kamu tidak memberitahuku akan hal ini?â balas Ceysa dengan mata nanar dan berkabut karena air mata yang hendak menetes.âBukankah kamu bilang kamu butuh tempat untuk menenangkan diri? Aku sengaja tidak memberitahumu agar kamu tidak banyak pikiran. Aku tidak ingin membuatmu cemas dan khawatir.ââOlsen pasti sangat marah padaku, dia menanggung malu karena aku pergi meninggalkannya di hari pernikahan kami.ââApakah kamu menyesal melakukannya? aku rasa dia pantas mendapatkan perlakuan itu darimu karena telah menodai pernikahan kalian. Jika dia masih memiliki hubungan dengan Fania, untuk apa dia menikahimu? Apakah tidak lebih baik dia menikahi kekasihnya yang sedang mengandung?âAir mata yang dari tadi Ceysa tahan, akhirnya menetes keluar. âBetapa bodoh diriku yang mengira jika Olsen adalah jala
Setelah Ceysa duduk di sebelahnya, Calvin menunjuk ke sebuah tempat. âLihat tempat itu!âMata Ceysa mengikuti arah jari telunjuk Calvin. âBukankah itu tanah keluarga Nelson, tanahmu?ââSaat aku sampai di sini, papa langsung mengajakku bicara. Dia menyerahkan semua tanah itu untuk aku kelola. Papa bilang, dia sudah terlalu tua untuk mengelola tanah yang dimiliki, sudah saatnya dia menikmati masa tua dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama mama.ââAku yakin kamu bisa mengelola dengan baik, keputusanmu untuk pulang dan kembali ke tempat kelahiranmu adalah keputusan yang tepat,â Ceysa ikut bahagia dengan masa depan cerah yang menanti Calvin.âAku tidak cukup percaya diri mendapat tanggung jawab itu, aku khawatir akan mengecewakan mereka.ââAku yakin kamu tidak akan mengecewakan orang tuamu, kamu pria yang gigih dan ulet, meski mungkin kamu belum punya banyak pengalaman untuk mengelola tanah orang tuamu, tetapi aku yakin kamu akan cepat belajar. Percaya saja jika kamu mampu memikul
âKekasih?â gumam Ceysa terlihat bingung dengan status yang Olsen berikan pada Calvin.âLalu apa yang harus aku pikirkan tentang kalian?â ujar Olsen.âKarena aku tinggal di rumahnya, bukan berarti Calvin kekasihku. Dia adalah sahabatku, satu-satunya orang yang mengerti tentang aku. Lagi pula di sini aku bekerja dan bisa mengaplikasikan pendidikanku untuk hal yang berguna,â terang Ceysa.âJangan memuji pria itu di hadapanku atau aku akan benar-benar membunuhnya,â ancam Olsen yang tidak mau mendengar penjelasan istrinya.âKamu sangat menakutkan Olsen, aku tidak mengira jika kamu suka kekerasan. Aku memimpikan suami yang lembut dan penuh kehangatan, bukan suami kasar dan dingin sepertimu. Aku rasa keputusanku untuk menikah denganmu adalah sebuah kesalahan.âPerkataan Ceysa seperti pisau yang menusuk hati Olsen. Darahnya mendidih karena kemarahan yang ingin meledak. Matanya memerah menatap istrinya.âKesalahan?â ulangnya dengan seringai sinis, âlalu apa yang kamu mau?â geram Olsen.âKita b
Ceysa merasa bersalah ketika Cameron, mama Calvin terus menangis melihat keadaan putranya. âOrang kejam seperti apa yang tega membuatmu seperti ini?â serunya di tengah isak tangis.âSudahlah Ma, aku baik-baik saja,â ucap Calvin sambil menahan rasa sakit.âKamu harus melaporkan tindak kekerasan ini ke pihak berwenang,â desak Cameron, tidak terima anaknya diperlakukan semena-mena.âIni hanya kesalahpahaman, aku sudah memaafkan orang itu,â balas Calvin.Ceysa berdiri di depan pintu kamar sambil menatap dan mendengarkan pembicaraan kedua orang tersebut. Jika saja dia tidak datang ke keluarga Nelson, sahabatnya itu tidak akan terluka seperti sekarang ini.Ketika Cameron keluar dari kamar untuk membuatkan makanan untuk putranya, Ceysa ganti mendekati Calvin. âMaafkan aku. Olsen sangat marah karena aku bersamamu.âCalvin menatap Ceysa dengan lembut. âKamu tidak perlu meminta maaf, semua ini bukan salahmu. Aku malah bersyukur hal ini menimpaku.ââAku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.ââ
Calvin pulang dari bank dengan wajah sumringah, dia merasa senang karena berhasil menyakinkan bank untuk memperpanjang pelunasan hutang papanya. Tadi dia berpikir akan butuh kerja keras untuk meyakinkan bank tentang keuangan keluarganya yang telah stabil sehingga mampu membayar angsuran hutang. Beruntung dengan mudah, bank mempercayainya dan meloloskan pengajuannya.Roger menyambut kabar itu dengan hati gembira, masalah di peternakan akhirnya terselesaikan dengan baik. Keceriaan dan tawa bahagia kembali hadir di rumah tersebut, hal itu membuat Ceysa ikut merasa senang meski ada sesuatu yang dia sembunyikan dari keluarga Nelson.Setelah malam siang bersama, Ceysa undur diri dan masuk ke kamar. Dia mengemasi semua karena harus pergi meninggalkan rumah yang selama ini membuatnya nyaman. Pembicaraannya dengan Olsen hari sebelumnya, menghasilkan kekalahan bagi dirinya.âBaiklah, aku akan ikut denganmu tetapi tidak hari ini. Aku harus memastikan jika kamu tidak berbohong padaku,â ujar Ceysa
Perkataan Calvin bukan hanya sebatas ancaman, siksaan itu dimulai ketika sesuatu merayap menyentuh tempat berharga dimana harta karun Kenny tersembunyi. Mata sayu Kenny menatap manik mata Calvin yang berbaring miring di sebelahnya.Desahan kecil terus lolos dari bibir Kenny tanpa bisa ditahan, ketika jari suaminya menelusup masuk menyentuh dinding sensitifnya. Tubuhnya menggeliat seirama dengan gerakan tangan Calvin yang menari di dalamnya.Goncangan, gesekan dan hentakan menjadi perpaduan yang sempurna yang mampu membawa Kenny ke puncak yang dirindukan. Tidak ada pria manapun yang bisa menyentuhnya seperti Calvin menyentuhnya saat ini karena dirinya hanya milik pria itu.Denyutan muncul, ketika dirinya tak mampu lagi membendung ledakan gairah. Tangannya mencengkeram bahu Calvin menyambut ledakan tersebut, tubuhnya melengkung indah diakhiri dengan teriakan siksa nikmat ketika gelombang itu datang.Tubuh Kenny terkulai lemas dengan nafas tersengal, pemandangan tersebut memberi fantasi
âAda hal yang selama ini belum aku ceritakan padamu yang mungkin akan membuatmu berpikir ulang tentang pernikahan kita,â ujar Kenny memulai pembicaraan.âAku rasa hal tersebut sangat membebanimu sehingga kamu berpikiran seperti itu. Katakan tentang hal yang membuatmu harus berpikir lama sebelum memberitahukannya padaku!â pinta Calvin.Kenny meremas jari tangan, tanda jika dirinya cemas dan gugup. Melihat hal itu, Calvin menggenggam tangan itu untuk memberi kekuatan dan dukungan.Dengan berkaca-kaca, Kenny menatap mata Calvin dan berkata, âSelama aku terapi di rumah sakit, aku memeriksakan kandungan karena mamamu berharap banyak padaku. Dokter menyatakan jika aku akan sulit untuk hamil karena bermasalah dengan rahim dan gangguan hormon.âUntuk sesaat Calvin membeku mendengarnya, membuat Kenny yakin jika pria itu tidak akan menerimanya. Air matanya menetes keluar dan semakin deras, membuatnya menangis terisak.Calvin memeluk dan mengusap punggungnya, berusaha menenangkan. âKenapa selama
âKamu mengingat semuanya?â Kenny kembali memastikan.âYa, terutama tentang kecemburuanmu terhadap Ceysa,â ungkit Calvin.âHarus aku bilang berapa kali, aku tidak cemburu,â kilah Kenny sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya tetapi rengkuhan Calvin semakin erat sehingga usahanya sia-sia saja.âJika terus bergerak di atas tubuhku seperti ini, kamu tahu siapa yang sedang kamu bangunkan.â Peringatan dari Calvin membuat Kenny seketika membeku, bahkan kini dia bisa merasakan sesuatu mendesak bagian bawah tubuhnya.Melihat ekspresi menggemaskan istrinya, Calvin tersenyum lalu mengecup singkat bibir Kenny.âLepaskan aku, Calvin! Ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan,â Kenny membuat alasan.âSekarang aku tahu bagaimana seorang pria harus berjuang demi cintanya,â ucap Calvin membuat mata Kenny menatap penuh arti.âCinta âĶ?â gumam Kenny sangat pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Calvin.âAku hidup dalam tatanan sopan santun yang kental, menghargai hak setiap orang dan tid
Setelah kejadian tersebut, Calvin dan Kenny seakan saling menghindar. Mereka sadar jika saat berdekatan, kendali diri mereka menjadi sangat tipis.Calvin menyibukkan diri dengan kerja sama baru yang dirintis dengan Olsen, sering pulang malam sehingga hanya punya waktu sebentar untuk melihat Kenny dan itu sangat menyiksa.Sedangkan Kenny selalu menunggu Calvin pulang dan berujung kecewa karena sikap pria itu berubah dingin. Hingga suatu malam, Calvin pulang telat dalam keadaan mabuk.Kenny membuka pintu untuk pria itu dan mendapati mobil Ceysa berhenti di depan mansion. Setelah Calvin masuk, mobil itu memutar balik lalu pergi begitu saja.âApakah Ceysa mengantarmu pulang? Di mana mobilmu?â cecar Kenny dengan sikap cemburu seorang istri, padahal selama ini dia sendiri yang selalu menegaskan jika posisinya adalah sebagai karyawan Miller.Kening Calvin berkerut sambil menahan rasa berdenyut di kepala. âAku tidak mengerti arah pertanyaanmu.ââApakah kamu belum melupakannya? Apakah kamu mas
Berusaha menjauh dari jangkauan Calvin, Kenny menyibukkan diri di dapur. Setelah menyiapkan makan malam, dia memasukkan semua alat dapur yang kotor ke wastafel dan mencucinya. Ketenangannya terganggu ketika Calvin tiba-tiba muncul dari belakang dan mengambil sarung tangan karet untuk membantunya mencuci.âBiar aku saja yang melakukannya, kamu tamu di sini,â larang Kenny.âApakah salah jika aku membantumu?â ujar Calvin masih sibuk menggosok alat dapur dengan sabun.âKita harus tahu batasan, aku yang bertanggung jawab atas rumah ini dan kebutuhanmu, sedangkan kamu tamu di sini. Aku yakin kamu tidak akan membantu jika yang ada di sini bukanlah aku.â Kenny memasang dinding pembatas untuk mengingatkan status mereka.Ekspresi Calvin berubah kesal, dia melepaskan sarung tangan dan pergi menjauh.âBukankah kamu juga bertanggung jawab atas kebutuhanku? Sekarang aku ingin mandi, siapkan bajuku dan rapikan koper yang aku bawa, aku belum sempat memasukkan pakaian yang kubawa ke lemari,â ujarnya s
Kenny merasa resah, duduk di ruang ganti baju sambil melamun. Dadanya terasa sesak mengingat kedekatan Calvin dengan Ceysa, mungkinkah pertemuan mereka yang semakin intens akan membuat Calvin semakin tak bisa melepaskan Ceysa? Padahal wanita itu sudah bahagia bersama suaminya.Sedalam apa perasaan Calvin sehingga tidak bisa menerima jika Ceysa sudah menikah? Wanita manapun tidak akan bisa meruntuhkan hati Calvin jika pria itu terus memasang dinding tebal.Pikiran itu terus berkecamuk, Kenny tenggelam dalam persepsinya sendiri, menyimpulkan apa yang dilihat.Semua kejadian beruntun terkait Calvin membuat mental dan emosi Kenny terganggu, dia berpikir, mungkin akan jauh lebih baik jika mengundurkan diri dari pekerjaan serta menjauh dari pria yang pernah dinikahinya itu.Helaan nafas terdengar berat menggema di dinding ruangan, ada hal lain yang mengganjal di hati sehingga dia tidak bisa serta merta meninggalkan pekerjaannya saat ini.Pertama karena Olsen sudah menolongnya, dia masih mem
âKenny, tolong antarkan handuk ini ke kamar nomor 1005,â ujar rekan kerja Kenny.Meski pikirannya sedang berkecamuk dan tubuhnya semakin lemah karena pertemuannya dengan Calvin, tapi Kenny sadar jika harus bersikap profesional terhadap pekerjaan. Tanpa bantahan, dia mengambil handuk itu lalu pergi untuk mengantarnya.Dia menempelkan kartu ke pintu kamar untuk membukanya karena rekan kerjanya bilang dia hanya perlu menaruh handuk itu dan pergi secepatnya agar tidak mengganggu tamu yang menginap di kamar tersebut.Kemungkinan tamu itu belum ada di kamar karena masih ada urusan bisnis dengan rekannya.Tak ingin membuat masalah, Kenny secepat mungkin menaruh handuk ke atas ranjang sebelum tamu itu kembali ke kamar. Dia membalikkan badan hendak pergi, tetapi tubuhnya membeku ketika pintu kamar mandi di depannya terbuka dan keluar seorang pria yang sangat ingin dia hindari.âKe-kenapa kamu di sini?â racau Kenny gugup menatap Calvin hanya memakai handuk kecil untuk menutup area sensitifnya,
âMaaf jika aku mengganggu kalian, aku akan segera keluar setelah menyiapkan makanannya,â ujar Kenny sopan.Bukannya merespon perkataan Kenny, wanita itu malah menatap suaminya lalu berkata, âApakah karyawan ini yang kamu ceritakan?âKenny tertegun mendengar suami istri itu membicarakannya. âApa yang kalian bicarakan tentangku?âNada Kenny mengisyaratkan ketidaksukaan karena kehidupan pribadinya dijadikan bahan gosip.âJangan berpikir macam-macam, suamiku hanya menceritakan apa yang kamu alami. Aku kagum dan bersyukur karena kamu bisa pulih dari trauma dengan cepat. Aku tahu apa yang kamu alami tidak mudah,â ujar istri Olsen yang membuat hati Kenny luluh karena apa yang diucapkan wanita itu terasa begitu tulus.âTerima kasih atas simpatinya, jika tidak ada Tuan Miller yang membantuku, mungkin masa depanku sudah hancur,â ucap Kenny.âSiapa namamu? Namaku Ceysa,â ujar wanita itu sambil mengulurkan tangan.Kenny segera membersihkan tangan yang kotor karena makanan lalu menjabat tangan Cey
Kenny tidak menyangka dirinya kini sedang berhadapan dengan pria tampan yang menyelamatkan nyawa dan kehormatannya. Pria itu menyodorkan kwitansi pelunasan hutang yang dibayarkan untuk menembus dirinya.âIni total uang yang aku keluarkan untukmu dan sebagai seorang pengusaha, aku tidak ingin dirugikan untuk masalahmu. Jadi apa yang bisa kamu berikan untuk bisa membayar hutangmu?â tuntut pria itu.Mata Kenny terbelalak kaget dengan nominal yang dibayarkan pria itu, sebanyak itukah papanya menjualnya? Bahkan seumur hidup pun dia tidak akan mampu melunasi hutangnya.âKamu bilang jika hotel ini milikmu, izinkan aku bekerja di sini dan kamu bisa mengambil seluruh gajiku untuk melunasi hutangku,â ujar Kenny dengan solusi yang cerdas.Pria itu tampak memikirkan usul Kenny dan terlihat setuju dengan hal itu.âTidak mungkin aku mengambil semua gajimu, aku akan memotong 50 persen dari gajimu sebagai cicilan pelunasan hutang. Sebagai gantinya kamu akan mendapat asrama gratis, sehingga kamu bisa