Tiba-tiba, dua mobil Hummer hitam datang persis di depan kuburan dengan membawa pasukan berseragam hitam putih yang berjumlah sepuluh orang termasuk orang kepercayaan Jibs, yaitu Alex. Salah satu dari mereka melangkah dengan cepat menghampiri Steven, lalu menodongkan pistol di punggungnya. Sementara Steven sedang menendang-nendang Paula. Mengetahui dirinya sedang tidak aman Steven bergeming sejenak dan berhenti menendang. Sementara dua orang lainnya juga Alex segera menyelamatkan Paula yang sudah hampir sekarat dan berdarah-darah.
Kekuatan Steven pun tiba-tiba menjadi semakin kuat, badannya berbalik lalu mendorong pria yang menodongnya dengan kencang. Membuat pria tersebut terhampas jauh ke belakang kurang lebih berjarak sepuluh meter.
Melihat itu, mereka segera menembakan pistolnya pada Steven berkali-kali. Akan tetapi itu tidak sama sekali berpengaruh pada tubuhnya, bahkan peluru pun tidak bisa menembus kulitnya. Membuat segerombolan pria itu behamburan, lalu masuk ke dalam mobil sambil membopong tubuh Paula yang tidak berdaya. Begitu pula pria yang terhempas tadi, dia pun tertatih-tatih menyelamatkan diri, kemudian masuk ke dalam mobil.
Kekuatan Steven memang seperti kerasukan oleh super power yang kuat. Akan tetapi setelah kepergian mereka dia pun kembali normal, bahkan tubuhnya sekarang tidak bertenaga kemudian ambruk tepat di dekat nisan Lyn.
Setelah beberapa saat beristirahat untuk mengumpulkan tenaga, Steven pun mencoba beranjak dan berdiri. Tetapi kekuatannya masih belum bisa menopang tubuhnya, dia pun akhirnya terjatuh tidak sadarkan diri.
Sementara di dalam mobil Paula meringis ngilu, “A-aduh, badanku….”
“Cepat! Bawa dia ke Mr. Jibs Chaudry!” ujar Alex sambil menepuk bahu temannya yang sedang mengemudi. Karena begitu banyak cedera Paula pun tidak sadarkan diri, pria-pria yang berseragam itu segera membawa Paula ke rumah sakit milik pribadi ayahnya.
-Beberapa jam yang lalu-
Sepeninggalnya Paula dari Sky Night Club, para bodyguardnya kebingungan karena yang dikawal menghilang begitu saja, sedangkan mobil Paula terparkir aman di parkiran.
Kemudian Alex segera menelpon Paula. Akan tetapi Paula tidak mengangkatnya, kendati demikian Alex mengetahui keberadaanya dari hasil melacak gps yang aktif pada handphonenya. Hingga akhirnya Paula ditemukan.***
Alex memarkirkan mobilnya di depan rumah yang mewah ini. Kemudian dia pun bergegas masuk ke dalam ruang kerja pemilik rumah yaitu, Jibs ayah dari Paula Cristian.
“Tuan...Tuan, Nona Paula ada di rumah sakit dan sudah mendapatkan perawat,” lapor Alex pada Jibs.
“Siapa yang menganiaya anakku?” tanya Jibs sangat marah.
Alex menghampiri lalu berbisik. Seketika wajah chaudry marah. “Teman kencan Paula?” Jibs terkejut.
“Menurut penyelidikan, dia bernama Steven Alessio!” jawab Alex.
“Dia itu pembisnis dunia dari segala penjuru, asetnya di mana-mana. Paula bertemu dengannya di kala ada meeting di Karachi. Dan, Paula putrimu sangat menyukainya!”
Jibs mendadak mendelik, matanya yang bulat membuat wajahnya semakin sangar dan tidak bersahabat. “Apa hubungan antara putriku dengannya, Alex?” tanya Jibs penasaran.
“Putrimu bukan hanya sekedar menyukai, tetapi dia juga terlibat atas pembunuhan istri dari Steven. Itulah yang membuat Steven sangat marah padanya!” jelas Alex tegas.
Mendengar penjelasan dari Alex, Jibs yang sudah mengetahui siapa putrinya dia hanya tersenyum dingin. “Paula memang selalu membawa masalah. Tapi karena dia putriku, lenyapkan Steven dan aku tidak ingin Paula menemuinya lagi!” titah Jibs garang.
“Tapi Tuan, Steven sudah ada di bawah naungan Agent Penyelidik dari Karachi, kami tidak bisa gegabah untuk melakukannya. Sedangkan team mereka sudah mengantongi semua riwayat Non Paula!” Alex menjelaskan semua kejadian.
Jibs menoleh pada Alex. Dia pun berbicara sangat kasar, “Untuk apa aku bayar kalian, kalau tidak bisa menyelesaikan itu?”
Alex menunduk. Dia mengerti Jibs adalah seorang yang tidak peduli dengan hal apa pun dan bisa dikatakan kalau dirinya adalah pembunuh berdarah dingin tanpa rasa takut terjerat hukum. Kemudian Alex menoleh kepada bawahannya yang ada di sampingnya, dia pun berbisik, "Cari tahu keberadaan Steven dan pantau Paula!" Setelah itu bawahannya langsung pergi meninggalkan Alex dan Jibs.
Alex hendak melangkah, namun Jibs menghentikannya, “Alex, aku tidak ingin Paula pergi ke mana-mana setelah dia sembuh. Perhatikan gerak-geriknya! Tidak boleh lengah!”
Alex hanya mengangguk, dia pun segera ke luar dari ruangan.-Cemetery Beijing-
Steven masih tertidur di atas kuburan Lyn, hingga penjaga kuburan membangunkannya, “Tuan...Tuan...kamu baik-baik saja?”
Steven menggercapkan kedua matanya dengan pelan, lalu dia pun duduk agak sedikit menyender pada batu nisan Lyn. Badannya masih sangat lemas, sedangkan matanya menyisir ke sekeliling kuburan. Dia pun bingung dan bertanya, “Pak, Bapak penjaga kuburan?”
Bapak tua mencoba membantu membangunkan badan Steven, dia pun memapahnya ke tempat duduk yang ada di pendopo tempat berteduh untuk para peziarah. Mereka pun duduk berdampingan.
“Betul, Bapak adalah penjaga kuburan di sini dan sudah lama, nama Bapak, Chen.” Jawab Bapak tua yang mengaku bernama Chen ini.
Seketika pikiran Steven pada Bapak yang mengaku bahwa dirinya adalah penjaga kuburan, dia pun berusaha sangat keras untuk mengingat namanya.
“Bapak kenal dengan nama...nama.....""...A-apa ya?" ungkap Steven yang masih berusaha mengingatnya.
"Yeah, An Toan!" ucap Steven dengan yakin.
Chen terkejut mendengar nama itu, “Bagaimana kamu bisa tahu nama dia?” tanyanya sangat heran.
Steven balik bertanya, “Bapak tahu dia? Katanya dia adalah penjaga kuburan, Bapak kenal dia?”
Chen menatap wajah Steven penuh arti namun tidak diungkapkan, dia pun beranjak dari tempat duduknya lalu dengan cepat pergi meninggalkan Steven yang masih kebingungan serta penasaran akan jati diri An Toan. Melihat Chen pergi begitu saja dia pun mencoba berdiri dan hendak mengejarnya, tetapi Chen berjalan begitu cepat, sedangkan kaki Steven masih sangat lemah. Akhirnya dia hanya memandang Chen dengan isi kepala penuh pertanyaan. Siapa An Toan ini? Siapa dia? Kenapa aku mendadak seperti memiliki kekuatan yang sangat luar biasa? Apa yang sebenar telah terjadi?
Steven pun berusaha berjalan. Lalu, melangkah menuju ke mobilnya yang tiba-tiba sudah terparkir di depan pintu masuk kuburan. Padalah semalam tidaklah demikian, mobilnya berhenti persis di depan kuburan Lyn. Itu semua membuat Steven semakin dibuat gila karenanya. Kendati masih bingung, tangannya meraih gagang pintu BWM 6i, lalu langsung duduk di atas jok dan menstarter mobilnya. Akan tetapi tidak segera melajukannya, dia menyender sejenak, sementara tangannya meraba saku kemejanya dan mengambil kayu yang panjangnya berukuran 3 Inch dengan lebar 1 inch ini. Sejenak matanya memperhatikan dengan seksama tulisan yang tertera, sayangnya Steven tidak mengerti apa pun yang tertulis. Dia pun segera memasukannya kembali ke dalam saku, lalu segera melajukan mobilnya untuk pergi ke apartemennya.
***
Seminggu telah berlalu dari kejadian menakutkan itu. Paula pun sudah berangsur pulih dan mulai kembali beraktivitas seperti biasanya. Akan tetapi ketika dia hendak pergi ke luar dari rumah penjaga mencegahnya, “Nona tidak boleh ke luar dulu!”
Paula menepisnya, “Jangan halangi aku, atau aku tabrak pintu itu!” gertaknya sambil menstarter dan menancap gas mustangnya dengan cepat.
BRAK!
Paula menabrak pintu gerbang hingga menjadi beberapa bagian.
“Pak Alex! Nona Paula kabur!” lapor penjaga pada talkie walkie yang ada di tangannya.
Di ujung talkie walkie Alex menjawab, "Cepat kejar dia!"
Cepat sekali Paula melajukan mustang merahnya, dia seperti sedang balapan serta dirinya tidak kapok untuk bertemu kembali dengan Steven. Jelasnya seperti dihipnotis oleh daya tarik Steven. Padahal Steven kini sedang menuju ke bandara untuk kembali mengerjakan perojectnya yang ada di Karachi.Mustang berhenti di depan rumah mewah dengan ornamen asli chinese dengan ciri khas pohon bambu yang mengelilingi halaman dan pintu masuk. Inilah rumah Steven yang ada di China dan ditempati Lyn semasa hidupnya. Paula ke luar dari mobil, lalu berjalan ke arah pintu dan mengetuknya berkali-kali. Dari dalam asisten rumah tangga yang menjaga rumah membuka pintu. "Iya, ada apa?" tanyanya sangat sopan sambil tersenyum."Aku mau bertemu Steven!" Jawab Paula sambil menerobos masuk dan mendorong paksa badan ART ini."T-tuan, akan kembali ke Karachi, baru saja beliau pergi ke bandara!" tutur ART agak sedikit kelagapan.Mendengar itu, Paula dengan setengah berlari ke luar dari r
Alex yang sudah lama ingin mencicipi tubuh Paula pun memutar haluan. Dia segera menyuruh anak buahnya turun dari mobilnya. "Kamu turun di sini, aku akan membawa Nona ke rumah pribadi Tuan Jibs," titahnya dengan tegas dan tanpa curiga. Anak buahnya pun turun dan percaya saja akan apa yang Alex tuturkan, karena Alex sudah bekerja dengan Jibs sudah hampir 20 tahun lamanya.Alex melajukan mobilnya ke arah dusun terpencil dimana dia sering menghabiskan waktunya sendirian dan Alex ini seorang perjaka tua yang telah menaksir anak bossnya dari usia Paula 17 tahun. 'Aku mencintaimu Paula dan tidak bisa menahan gejolak kelelakianku kali ini. Aku harus mencicipimu!' gumamnya sambil memarkirkan Ford miliknya di sudut halaman rumahnya.Tangan kekar Alex membopong Paula yang sudah terlelap, lalu dia pun menidurkannya di tempat tidur rustic miliknya. Sebelum melakukan hal lainnya Alex pun mengirimkan pesan pada Jibs. "Tuan, Paula bersamaku dan aku kelelahan." Isi pesan diterima
Paula menjadi budak nafsu pengawalnya hingga ayahnya kembali. "Iya Tuan, aku akan menjemputmu, setelah mengantar Non Paula," jawab Alex di ujung telepon karena Jibs menelponnya.Sedangkan di tempat penyidik yang tempatnya tidak jauh dari kediaman Paula, Steven dan Michael sedang merencanakan bagaimana menangkap Paula. "Aku harus pergi ke Karachi, kalau begitu?" ucap Steven karena mendapat kabar kalau Paula akan ke sana mendampingi Jibs.Paula memelas pada Jibs agar ikut bersamanya ke Karachi demi untuk menghindar dari Alex, karena bagaimana pun Alex sudah mengetahui semua hal tentang keluarganya dan tidak mudah bagi Paula memberitahu apa yang telah dilakukan oleh Alex. Serta Alex sendiri bukanlah anak kemarin sore yang tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan Jibs dan terlebih lagi Paula sudah mengisi relung hatinya."Ya sudah, ikut Ayah... tapi ingat jangan cari- cari masalah lagi!" ucap Jibs sambil memanggil anak buahnya untuk menyiapkan jet pribadinya.
Paula pun bercerita pada Steven tentang diri Alex dan tentang apa yang dilakukannya. Mendengar itu Steven terperanjat, "Itu orang kepercayaanmu?" "Alex bukan hanya orang kepercayaan ayah, dia pun sudah mengetahui seluk beluk pekerjaan pentingnya. Bahkan kunci rahasia gudang penyimpanan senjata serta semua brankas Alex sudah hapal. Makanya aku tidak ingin membicarakan semua ini pada ayah, karena ayah tidak akan mempercayainya." Jelas Paula sambil bersandar di bahu Steven. Steven merasa iba pada Paula, dia pun tidak berkata apa-apa. Tetapi seperti ada kekuatan untuk mencederai diri Paula. Tangannya meraih lengan Paula kemudian membantingnya ke sudut pintu, melihat reaksi Steven seperti itu Paula dengan cepat meraih gagang pintu lalu membukannya. Cepat sekali, dia kabur dari apartemen serta langsung melajukan mobilnya ke arah rumah Hamid. Karena beberapa menit lalu dia meneleponnya. Dalam hitungan menit Paula pun sudah sampai di depan rumah Hamid, begitu tangan
"Bu, dia tidak ada sangkut paut dengan ayahnya. Alex mencintainya...." bujuk Alex pada ibunya sambil meraih tangan Paula dan menggenggamnya erat. Amie memang sudah mengetahui perasaan anaknya pada Paula, reaksinya hanya mendengus dan berlalu masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu kamarnya sangat keras. Paula menatap wajah Alex sedangkan tangannya meraih senderan kursi. "Itu ibumu?" tanyanya. Alex pun ikut duduk dan menjawab pertanyaan Paula, "Dia ibu yang tabah...hanya saja dia kurang suka keluargamu!" Paula menyadari siapa keluarganya terlebih lagi dirinya. Jadi, kalau Amie tidak menyukainya sangat wajar. "Ayo, aku tunjukan kamar kita berdua...aku akan memenuhi janjimu...." Ajak Alex sambil meraih lengan Paula. Paula menepisnya. "Aku lapar!" ucapnya sambil mengambil roti tawar dan membuka tutup botol keju cream. Alex tertawa kecil dan kembali duduk yang kini berhadapan dengan wanita yang telah lama diincarnya, kenda
Paula memang sudah merancang strategi sendiri, dia akan mendekati Alex dengan cara membalas cintanya kendati harus bersandiwara. Mendengar jawaban dari Paula seperti itu Alex tersenyum merekah sambil membaca pesan masuk satu persatu. "Orang yang mencintaimu akan mencoba melindungimu dari segala hal, dan aku tahu isi pesan-pesan itu bukan hanya dari ayahmu saja." Ucapnya membela diri. Amie pun ikut berbicara, "Paula sayang, kamu ini bukan orang biasa. Semua orang akan mendekatimu demi kekayaan ayahmu." Pembicaraan Amie diakhiri dengan menyendok pasta dan menaruhnya di atas piring yang ada di depan Paula. Seketika bibir Paula mengulas senyuman terpaksa namun nampak menawan di mata Amie. Sementara Alex merasa gusar akan isi pesan yang dikirim oleh Steven karena menginginkan photo dirinya. Apalagi diketahui kalau Paula sudah bercerita akan dirinya pada Steven. Alex pun sudah berkeputusan untuk mengganti nomor handphone Paula dan memperketat gerak-geriknya. Tanpa
Arman menanggapi semua yang dipaparkan Steven dengan cermat lalu diketik di dalam laptopnya untuk dijadikan bukti. Bukti untuk dia tindak lanjuti lalu mengikuti akal busuknya dan padahal dia sendiri tidak peduli akan keadilan. Tiba-tiba handphone Steven berdering memecahkan diskusi antara dirinya dengan Arman. Tangan Steven pun mengambil handphone yang diletakan di dalam saku celana lalu dengan cepat menjawabnya, "Hello!" Terdengar di ujung telepon suara nyaring perempuan, "Hati-hati pada orang yang ada di sekelilingmu." Si Penelpon langsung mematikan telponnya tanpa memberi kesempatan Steven untuk berbicara. Dahi Steven mengernyit, sedangkan matanya melihat pada layar handphone lalu memeriksa nomor tersebut. Diketahui Si Penelpon bukan berasal dari dalam Karachi melainkan dari London, dia pun terdiam sejenak dan berusaha mengingat suara tersebut karena memang tidak asing buatnya. Arman yang memperhatikannya bertanya, "Ada apa?" Steven menggelengkan
Alex menjawab sambil tertawa, namun tangan kirinya dengan cepat menodongkan pistol pada perut Paula, "Tuan, putri anda memang sedang tidak beres belakang ini, tapi Tuan tidak perlu khawatir aku akan mengatasinya." "Ajaklah dia pulang, nanti malam ibunya akan ke sini!" perintah Jibs sambil menutup teleponnya. Alex menghentikan mobilnya lalu mengirim pesan dari handphone milik Paula, "Tuan, ini nomor Paula! Handphoneku baterynya mati, aku dan Paula akan pulang besok karena Paula perlu menenangkan dirinya." Ting! Balasan pesan dari Jibs terdengar. "Ok!" balasnya singkat. Alex menyimpulkan senyuman merekah, "Kita malam ini harus segera menikah!" ucapnya lalu dengan cepat melajukan mobil ke arah rumah temannya. Dia seorang pendeta di gereja tengah kota. Tetapi sebelumnya Alex mengajak ke butik untuk membeli beberapa pakaian. "Ayo sayang cepat masuk!" ajak Alex pada Paula yang masih terpaku di depan butik yang cukup besar ini. Paula pun ters