Langkah kaki itu semakin ke depan. Ke dalam kamar tepatnya. Tangannya menekan pintu yang dibelakangnya tumpukan kardus air mineral. Pintu ditekan dan hampir menjepit tubuh Dexe yang merebah dan tenggelam ke pojokan. “Ok. Sampai ketemu besok pagi!” ujar laki-laki yang sudah rutin memantau Jhon Rudolf. “Oh, ya. Saya malam ini mau makan banyak. Bawakan kambing panggang, nasi biryani, dan beberapa gulab janum. Jangan lupa salad juga buah. Satu liter sprite!” Permintaan Jhon membuat laki-laki itu mengangguk. Dia seolah paham kalau nafsu makannya baru menggugah seleranya karena kamar telah bersih dan wangi. Cetrek! Cetrek! Suara pintu terkunci dua kali oleh laki-laki yang di pinggangnya ada pistol membuat Dexe menarik napas lega. Dexe masih menunggu beberapa detik untuk memastikan lelaki tersebut tidak kembali. “Dia akan kembali nanti malam, itu pun pelayan yang akan membawakan makanan untukku. Kamu siapa?” Jhon sekarang duduk di pinggir tempat tidurnya dengan tatapan kedua matanya ke
Steven tidak menjawab yang Amie tanyakan. Dia bergegas meninggalkan apartemennya. “Steven….” Amie berteriak agak kencang, membuat lelaki berwajah sempurna itu menoleh dan menghentikan langkahnya, “Iya?” “Malam ini jangan lupa temui Aline! Dia berada di rumah….” Pemberitahuan itu terhenti ketika matanya melihat Rizwan yang masih menyamar menjadi cleaning service. “Ibu lagi di rumah mana?” Pertanyaan Steven membuat Amie gelisah karena dirinya merasakan kalau wajah cleaning service itu tak asing untuknya. Kemudian cepat sekali mendekat ke arah Steven. “Ibumu ada di rumahku yang ada di pinggir kota!” Ucapan itu hampir berbisik. Kemudian Amie pun menepuk bahu Steven. “Pergilah! Kamu hati-hati!” pungkasnya dengan mata masih melirik ke Rizwan. Akan tetapi itu membuat Steven penasaran serta mengartikan kalau itu adalah kode pemberitahuan. Dipanggilah cleaning service itu olehnya, “Permisi! Helo! Kamu!!” Sayangnya, Rizwan berpura-pura tidak mendengar seolah memahami kalau dirinya telah dicur
-Flashback on- Di atas jembatan panjang di United Kingdom. Catherine merasa tidak berguna, harga dirinya sudah diinjak-injak oleh kekasihnya sendiri. Pasalnya, setelah saling menikmati surga dunia. Pria yang akan berjanji untuk menikahinya pergi entah ke mana. Sebulan. Dua bulan berlalu. Catherine masih menunggu dan keadaannya sudah berbadan dua. Sakit hati, merasa tercampakan, frustasi, adalah perasaannya kini. Jembatan itu disusurinya tepat tengah malam, air matanya mengalir deras. Kedua orang tuanya pasti marah kalau mengetahui dirinya tengah mengandung, lebih parahnya kekasihnya itu pergi entah ke mana. Sedang tidak karuan datanglah Jibs Choudry, dia tengah mabuk. Mereka belum kenal satu sama lain. Terbersit di kepala Catherine untuk menjebaknya. Jibs sedang meracau tak karuan, dia memang pecandu alcohol, buatnya minuman itu sebagai penenang dirinya saat kalut dan stress. Memang dia tidak minum seperti layaknya peminum urakan di jalanan. Dia duduk manis di dalam mobilnya atau pun
"Cepat Nyonya, Nona...kalian harus segera keluar dari sini. Rumah ini akan dihuni oleh pemilik sebenarnya!" Marwa menggertak kasar dengan menggebrak pintu. "Siapa penghuni rumah ini?" Catherine penasaran. Tiba-tiba Jhon Rudolf, Steven dan Dexe datang dari ruangan bawah. Mereka memang sudah ada di sana setengah jam yang lalu. Steven membawa Jhon ke sini, padahal tadinya berpikiran untuk langsung ke rumah Amie, istrinya. Merasa kalau Jhon sudah sangat berhak di rumah yang semestinya ditempatinya sejak dahulu. "Bapak ini adalah pemilik rumah ini, Nyonya, Paula! Bapak ini yang telah dizolimi oleh istri juga, Jibs bapakmu!" ungkap Steven dengan tangan menepuk bahu Jhon. Catherine tersenyum tipis sembari mengangguk-angguk kepalanya. "Semoga Amie bisa menerima kenyataan pahit nantinya. Tuan tahu 'kan kenapa Tuan menikahinya dulu?" ungkap Catherine sedang mengompori. Steven mengerlingkan matanya mengarah pada Catherine. Dia ingin bertanya panjang lebar, akan tetapi merasa bukan saatnya se
Semua yang ada di dalam ruangan mengarah ke arah Jibs dengan terheran-heran.Tidak untuk Dexe juga Mawar yang memang masih ada di dalam rumah, mereka dengan cepat memberitahukan kepada atasannya akan keberadaan Jibs di sini. "Bagaimana bisa lelaki ini ada di sini?" Dexe bergumam dan hampir bersamaan dengan Mawar. Jibs berjalan ke arah sofa, kemudian dengan santainya duduk disertai dengan menopang kaki. Matanya pada Amie, kemudian pada Jhon. Lama sekali pandangan mengarah pada lelaki bertubuh kurus itu. "Akhirnya, Kamu menghirup udara bebas juga setelah berpuluh tahun lamanya menjadi budakku!" Ucapan terlontar begitu saja dari mulut Jibs. "Pacarmu, aku rampas kehormatannya. Kepintaranmu pun, Aku yang dikenal banyak orang. Aku sudah puas menikmati semua milikmu. Jadi, tidak apa-apa jika sekarang giliran Kamu yang menikmatinya." tambahnya lantang. Jhon mengepalkan kedua tangannya, dia sangat marah begitu mendengar kejujuran dari Jibs. Namun, Steven mengelus halus pundaknya, memberikann
Pesawat China Airlines landing dengan tepat waktu. Wanita berwajah jelita, berkulit putih dengan tinggi semampai berjalan ke luar dari gedung airport negara 'Seribu Cahaya' lalu mengarah ke pintu arrival. “Welcome to Karachi!!” sapa seorang sopir yang menjemputnya.Wanita cantik dengan perkiraan usianya baru menginjak 25 tahun ini menyimpulkan senyuman terpaksa, “Thank you!” jawabnya dingin. Sepertinya ia tidak begitu suka kalau sopir mewakili suaminya.Gapah, ia pun masuk ke dalam mobil. Setelah duduk, kedua matanya menyorot pada kaca spion. “Pak, memangnya Steven lagi dimana?” tanyanya.“Nyonya Lyn, saya kurang tahu, Tuan lagi dimana, hanya saja beliau menyuruh untuk menjemput!” jawab sopir sambil mengarahkan pandangannya sehingga kedua mata mereka menyatu pada kaca spion.***Lyn Lyana adalah istri keempat dari Steven Aless
"Mister..." Perawat menepuk pundak Steven.Sedangkan pikiran Steven pada dua tahun silam.“Lyn, aku berjanji apa pun yang terjadi kelak, aku tak akan meninggalkanmu,” janji Steven sambil merengkuh wanita yang baru dinikahi.Sedangkan Lyn, dengan mesra melabuhkan satu ciuman di pipi Steven. Lyn sangat paham, lelaki yang dinikahinya ini bukan hanya untuk dirinya saja. Akan tetapi ia menerima itu karena sudah terlanjur mencintai dan terlebih lagi sudah ternodai. Sementara Steven menikahi Lyn karena besarnya nafsu yang tak bisa dikendalikan. Walaupun pada awalnya hanya ingin hubungan one night stand. Namun, setelahnya, Lyn terus mengejar ke mana pun Steven berada. Juga besarnya pengorbanan Lyn yang membuat lelaki ini menikahinya.Posisi Lyn sebagai anak yatim piatu membuatnya tak banyak tuntutan dari keluarga. Sehingga Lyn tak dapat nasehat atau pun dukungan. Namun, setelah sebulan menikah Lyn baru merasakan rasa bersalah pada dirinya. Ia pun mula
Baru saja Lyn hendak meraih gagang pintu, Steven dengan cepat menangkap tubuh Lyn. “Kamu mau ke mana?” tanyanya bernada genit.“Biarkan aku pulang,” Lyn memelas.Mendengar itu, Steven membujuk, “Jangan takut, aku akan menjagamu.” Tangan Steven meremas jemari Lyn sambil meraih badannya sangat kencang hingga membuatnya jatuh ke dalam pelukannya.-Flashback off-“Tuan, cepat ikut aku!” gertak Nurse yang berdiri di depan pintu.Dengan malas Steven pun beranjak dari duduknya. Lalu, ke luar dari kamar dan berjalan mengikuti kru ambulans yang sudah pergi terlebih dahulu.Sesampainya di rumah sakit, suasana menjadi sangat riuh karena polisi sudah berjaga di sana. Ternyata setelah ambulans datang petugas rumah sakit bergegas memanggil polisi. Steven pun akhirnya dijaga ketat karena dialah satu-satunya orang terdekat Lyn juga saksi akan kematiannya.Hampir lebih dari dua belas jam jenazah Lyn dipe