Share

Bab 7. Gejala itu lagi

Sementara itu, Merlin sedang berbicara dengan suaminya lewat  telepon.

"Papa bisa pulang kan? Mama sudah menemukan gadis yang cocok menjadi istri Alan."

"Apa gadis itu tau tentang kelainan yang Alan miliki?"

"Mama sudah menceritakan semuanya kepada gadis itu, dan dia mau menerima dan membantu Alan untuk sembuh. Papa juga akan terkejut jika melihatnya langsung, karena dengan gadis itu, Alan tidak menjauh, tapi malah mendekatinya, bahkan bersentuhan dengannya langsung."

Ferdi tercengang mendengar penjelasan istrinya. Dia semakin penasaran dengan gadis pilihan istrinya.

"Baiklah, besok Papa akan pulang. Papa akan melihat, seperti apa gadis itu sampai mau membantu Alan untuk sembuh."

“Mama tunggu, Pa. Alan pasti senang saat Papa pulang nanti.” Merlin lalu mengakhiri panggilan itu.

***

Saat ini Merlin sedang disibukkan dengan rencana pernikahan Alan dan Aisa. Pernikahan mereka akan digelar tiga hari lagi. Dia terlihat begitu bahagia, akhirnya anak semata wayangnya akan segera menikah.

Alan menatap langit-langit ruangannya. Dia kini tengah memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan untuk membalaskan dendamnya kepada Aisa. Dia ingin membuat hidup Aisa seperti di neraka.

Rendy yang sejak tadi mengamati gerak-gerik Alan merasa terheran-heran. Ini pertama kalinya dia melihat Alan dengan wajah seserius itu.

Apa sebenarnya yang tengah dia pikirkan? Apa dia menyesali keputusannya untuk menikahi Aisa? Apa dia sudah menyadari jika hanya dengan Aisa dia bisa bersikap selayaknya pria normal?

Alan memanggil Rendy untuk mendekat. Dia menyuruh Rendy untuk membelikan sesuatu yang membuat Rendy mengernyitkan dahi.

"Untuk apa, Tuan?" tanyanya Rendy penasaran.

"Kamu tidak perlu tau, sekarang pergilah." Alan lalu mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Rendy untuk pergi dari hadapannya.

Rendy membungkukkan tubuhnya lalu berjalan keluar dari ruangan Alan.

"Dia nanti pasti akan terkejut. Aku sudah gak sabar ingin melihat reaksinya seperti apa nanti." Alan tertawa sarkas, keinginannya untuk membalaskan dendamnya begitu besar.

Alan mendengar suara dering ponselnya, dia lalu mengambil ponselnya dari atas mejanya.

"Halo, Ma," sahut Alan saat panggilan itu mulai tersambung.

"Alan, apa kamu bisa pulang sekarang?"

"Ada apa, Ma?" tanya Alan penasaran.

"Temani Aisa untuk memilih gaun pengantin, sekalian kamu juga lihat jas yang sudah Mama pesan buat kamu pakai nanti di pernikahan kamu."

Alan mempunyai rencana baru lagi, dia lalu menyunggingkan senyumannya, sepertinya di kepalanya banyak sekali rencana untuk membuat Aisa menderita.

“Baik, Ma. Alan akan segera pulang ke rumah.”

“Jangan lama-lama, jangan buat Aisa menunggu.”

“Ok.” Alan lalu mengakhiri panggilan itu.

Alan lalu mengirimi pesan kepada Rendy untuk segera kembali ke kantor.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan oleh Alan, Rendy bergegas kembali ke kantor.

“Ini pesanan Tuan,” ucap Rendy sambil memberikan paper bag kepada Alan.

Alan menerima paperbag itu, lalu membukanya.

Rendy melihat Alan yang menyunggingkan senyuman saat melihat isi paper bag itu.

Sebenarnya apa yang sedang Alan rencanakan dengan benda itu?

"Sekarang kita pulang," ajak Alan lalu keluar dari ruangannya.

Rendy mengikuti Alan dibelakangnya.

Saat di depan lobby tiba-tiba ada seorang gadis menabrak Alan. Seketika tubuh Alan gemetar karena  terkejut. Kejadian itu terjadi begitu cepat, Alan bahkan tidak sempat untuk menghindar.

Rendy menarik gadis itu dan langsung memaki-makinya dengan kata-kata yang begitu menyakitkan.

Gadis itu meminta maaf. Tapi tak ada kata maaf untuknya.

Rendy menyuruh security untuk menyeret gadis itu keluar. Lebih parahnya lagi gadis itu langsung dipecat dari pekerjaannya secara tidak hormat.

Rendy memang terkenal kejam jika itu bersangkutan dengan Alan. Tak ada seorang gadis pun yang berani mendekati Rendy. Padahal jika dilihat-lihat, Rendy adalah pria yang sangat tampan. 11-12 dengan Alan. Tapi, sebelum mendekat, para gadis sudah mundur secara teratur setelah mendengar kebengisan Rendy.

Rendy bergegas membawa Alan ke mobil. Dia merasa telah gagal menjaga Alan.

"Maaf kan saya, Tuan." Rendy begitu menyesal.

"Sudah lah, itu juga bukan salah kamu, gadis itu saja yang jalannya gak pakai mata." Alan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi penumpang, mencoba untuk memejamkan kedua matanya.

Rendy menyuruh supir untuk melajukan mobilnya. Seluruh karyawan kantor sudah mengetahui kelainan yang diidap oleh atasan mereka. Tak ada seorangpun yang berani mendekati ruangan sang CEO.

Jika mereka mempunyai keperluan penting dengan atasan mereka, mereka akan menyerahkannya lewat asisten pribadi Alan, yang tak lain adalah Rendy.

Sungguh naas nasib gadis itu, hanya karena hal yang tidak dia sengaja, dia harus kehilangan pekerjaannya, bahkan dia tak dapat pesangon sepeserpun.

Rendy memapah tubuh Alan masuk ke dalam rumah.

Merlin terkejut melihat anaknya yang begitu lemas dalam papahan Rendy.

"Ada apa ini?" tanya Merlin terkejut.

"Maaf kan saya, Nyonya. Tadi ada insiden yang tak terduga di kantor," sahut Rendy.

Sebelum Rendy menjelaskan secara detail, Merlin sudah tau apa yang sebenarnya terjadi, karena gejala yang anaknya alami akan muncul jika dia bersentuhan dengan wanita. Merlin lalu menyuruh Rendy untuk membawa Alan ke kamarnya, sedangkan Merlin berjalan menuju kamar Aisa.

Merlin berniat menyuruh Aisa untuk menemani Alan, karena hanya dengan Aisa, Alan bisa bersikap layaknya pria normal. Bahkan traumatis yang Alan alami tak berpengaruh pada Aisa.

Merlin mengetuk pintu kamar Aisa.

Aisa yang tengah duduk sambil membaca buku, seketika langsung menutup buku yang ia baca, lalu ia letakkan diatas meja.

“Masuk,” sahutnya kemudian.

Pintu terbuka dengan perlahan. Merlin muncul dari balik pintu itu dan melangkah masuk ke dalam kamar Aisa.

Aisa lalu beranjak dari duduknya. “Nyonya.”

“Apa saya sudah mengganggumu?” tanya Merlin sambil melangkah mendekati Aisa.

Aisa menggelengkan kepalanya. “Apa ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanyanya.

Aisa tau, jika ada yang ingin calon mama mertuanya itu minta darinya.

“Saya ingin kamu menemani Alan di kamarnya,” ucap Merlin, membuat kedua mata Aisa membukat dengan sempurna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status