Share

Bab 6. Berubah pikiran

“Kamu!” seru Aisa keras sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Alan.

Kedua mata Aisa melotot tajam, terlihat jelas raut wajah kebencian saat menatap Alan.

Merlin mengernyitkan dahi, dia bingung dengan situasi saat ini. Gadis yang ingin dikenalkan dengan anaknya ternyata sudah mengenal anaknya.

Bagaimana mereka bisa saling mengenal? Kenapa aku gak tau kalau Alan dekat dengan seorang wanita?

Alan berjalan mendekati Aisa. Dia juga sama terkejutnya seperti Aisa, karena bisa bertemu dengan gadis yang sangat dibencinya di rumahnya sendiri.

Alan menatap wajah Aisa dengan sangat tajam, kedua tangannya mengepal erat. Dia teringat dengan kejadian saat Aisa menghinanya bahkan berani menggigit tangannya.

“Mau apa kamu ke rumahku? Apa kamu ingin meminta kompensasi atas kejadian waktu itu?” tuduh Alan dengan nada mengejek.

“Tutup mulut kamu!” seru Aisa dengan nada keras. Dia tak terima dengan tuduhan Alan terhadapnya.

Merlin semakin mengernyitkan dahinya.

Kenapa semua menjadi seperti ini?

Mereka bahkan berseteru sebelum mereka sah menjadi suami istri. Tapi ada satu hal yang membuat Merlin semakin tertegun, yaitu sikap putranya yang malah mendekati Aisa, bukannya menghindarinya. Karena setahu Merlin, putranya itu tidak bisa dekat dengan wanita manapun selain dirinya.

Terlihat kedua sudut bibir Merlin tertarik membentuk sebuah senyuman, senyuman kebahagian. Keputusannya ternyata tidak salah dengan memilih Aisa sebagai calon istri Alan.

Merlin berjalan mendekati Alan dan Aisa. Dia tidak ingin pertengkaran mereka semakin menjadi-jadi. Dia takut pernikahan yang sudah direncanakannya akan gagal nantinya.

“Alan, dengarkan Mama. Aisa ini calon istri kamu, jadi kamu harus menghormatinya,” pintanya.

Alan membulatkan kedua matanya, dia menatap tajam ke arah Aisa.

“Apa, Ma! Alan gak salah dengarkan? Calon istri?” Dahi Alan mengernyit, masih belum bisa memahami ucapan mamanya.

Aisa menelan ludah dengan susah payah, lalu menatap ke arah Merlin. “Nyonya, apa saya boleh membatalkan ....”

Merlin menatap tajam ke arah Aisa. Tatapannya seakan menjawab apa yang tadi ingin Aisa katakan padanya.

“Alan, Aisa ini adalah gadis yang baik. Mama sudah mengenal Aisa lama. Jadi, Mama ingin menjodohkan kalian,” ucap Merlin sambil mengusap lengan putranya.

Aisa hanya sanggup menundukkan kepalanya. Dia tidak menyangka, pria yang akan dinikahi ternyata pria yang sombong dan dingin, bahkan Aisa pikir, pria itu tidak mempunyai hati.

Lalu ... bagaimana dengan pernikahannya nanti? Apa pria itu akan menyiksanya setiap hari? Aisa bahkan tidak sanggup untuk membayangkannya.

Alan menatap tajam ke arah Aisa yang terus menundukkan kepalanya. Dia tidak menyangka mamanya akan menjodohkannya dengan gadis yang sangat dibencinya.

Alan masih menatap Aisa yang masih betah menunduk, dia lalu menyungingkan senyumannya, seakan mempunyai ide untuk membalaskan dendamnya. Dendam yang sudah melukai harga dirinya.

“Ma,” panggil Alan tanpa mengalihkan tatapannya dari Aisa.

Alan lalu menggerakkan tangan kanannya untuk mendongakkan wajah Aisa.

Kedua mata Merlin membulat seketika, saat melihat tangan putranya menyentuh dagu Aisa. Dia semakin tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

‘Alan! Kamu ... kamu menyentuh kulit Aisa? Bukankah kamu selama ini sangat gak suka menyentuh wanita manapun selain Mama? Tapi ini ... Apa Aisa benar-benar gadis yang ditakdirkan untuk membantu kamu, Sayang?’ gumamnya dalam hati.

“Aku akan menyetujui permintaan Mama. Aku akan menikah dengan gadis ini. Em ... siapa tadi nama kamu?” tanya Alan pada Aisa.

Aisa hanya diam sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Dia seakan tengah menyesali keputusannya.

“Jawab! Apa kamu bisu!” seru Alan saat Aisa hanya diam dan tak menjawab pertanyaannya.

“Aisa,” sahut Aisa pelan.

Alan menurunkan tangannya dari dagu Aisa. Dia lalu menyunggingkan senyumannya. Senyuman sinis, bahkan saat ini dia tengah memikirkan rencana untuk membalaskan dendamnya kepada Aisa.

“Mama senang akhirnya kamu mau menikah. Mama akan segera mengurus pernikahan kalian,” ucap Merlin sambil menyatukan tangan Alan dan Aisa.

Merlin semakin bahagia, karena Alan sama sekali tidak menepis tangannya dan membiarkannya menyatukan tangannya dengan tangan Aisa. Tapi, itu tidak membuktikan jika putranya sudah benar-benar sembuh dari traumanya.

Merlin lalu memanggil asisten rumah tangganya.

Bibi Marni yang merasa terpanggil berjalan menghampiri majikannya.

Merlin ingin menguji putranya, apa dia sudah sembuh dari traumanya atau belum. “Bibi Marni, mendekatlah.”

Dengan perlahan Bibi Marni berjalan mendekati kedua majikannya. Tapi tidak di sangka, Alan langsung melangkah mundur saat jarak Bibi Marni tinggal beberapa inci darinya.

“Maaf, Tuan,” ucap Bibi Marni sambil membungkukkan tubuhnya.

Merlin menghela nafas panjang, ternyata putranya belum benar-benar sembuh. Dia lalu menyuruh Bibi Marni untuk memasak makanan yang spesial untuk makan malam, karena hari ini adalah hari yang membahagiakan untuknya.

Bibi Marni membungkukkan tubuhnya dan pamit undur diri.

Aisa masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang kelainan yang Merlin ceritakan tentang Alan.

‘Kalau dia benar-benar trauma dengan wanita, tapi kenapa dia malah menyentuhku, bahkan dia malah berjalan mendekatiku, bukan menjauhiku?’ gumam Aisa dalam hati.

Merlin membiarkan Aisa bersama dengan putranya, dia berharap mereka bisa saling mengenal dan memahami.

Tapi Merlin tidak tau, jika keputusannya meninggalkan Aisa dengan Alan adalah salah. Bukannya saling mengenal dan memahami, tapi mereka melanjutkan adu mulut mereka yang sempat tertunda.

Rendy yang sedari tadi mengamati dari jauh hanya mampu menggelengkan kepalanya.

Setelah sekian lama, akhirnya Rendy bisa melihat sahabat atau majikannya beradu mulut dengan seorang gadis. Padahal sebelumnya, untuk sekedar dekat dengan seorang gadis, Alan begitu enggan. Alan memilih menghindar menjauh.

Aisa yang sudah tidak sanggup menahan emosinya, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Alan.

Alan bersumpah, dia tidak akan tinggal diam, dia akan memberikan Aisa balasan yang setimpal.

“Kita lihat saja nanti, sampai berapa lama kamu akan bisa bertahan tinggal disini. Aku akan buat hidup kamu menderita seperti di dalam neraka,” ucap Alan dengan menyunggingkan senyumannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status