Share

BAB 4 - Mama Arka

Author: Aster Diamond
last update Last Updated: 2025-04-09 14:52:22

Seharian ini Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya terus berputar pada satu hal—ulang tahun Arka yang semakin dekat.

Ia ingin tahu bagaimana kabar putranya. Ingin tahu apakah Arka baik-baik saja tanpa dirinya. Ingin tahu... apakah Arka masih mengingatnya.

Namun, semakin ia berpikir, semakin berat perasaannya. Ia dan Dirga sudah lama tidak berbicara di luar urusan pekerjaan. Menanyakan tentang Arka seakan menjadi hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.

Tapi hari ini, ia harus melakukannya.

Saat jam kerja sudah selesai, Kirana mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia berjalan ke arah ruangan Dirga, namun langkahnya melambat ketika melihat seseorang keluar lebih dulu—Arya, salah satu manager muda paling berprestasi di kantor mereka.

Arya menoleh dan tersenyum. “Oh, Kirana! Kamu mau ketemu Pak Dirga?” tanyanya santai.

Kirana balas tersenyum kecil. “Iya, ada yang mau saya tanyakan.”

“Wah, kebetulan. Aku juga baru ngobrol sama dia, tapi kayaknya mood-nya lagi kurang bagus.” Arya terkekeh. “Hati-hati aja, ya.”

Kirana hanya mengangguk sopan sebelum akhirnya mengetuk pintu ruangan Dirga.

“Masuk.”

Suara itu terdengar datar seperti biasa. Kirana masuk, menutup pintu di belakangnya, lalu berdiri di depan meja kerja Dirga. Pria itu tidak langsung menatapnya, seolah masih sibuk membaca dokumen di tangannya.

Kirana menggigit bibirnya. “Saya... ingin bertanya sesuatu.”

Dirga akhirnya mengangkat wajah, ekspresinya tetap dingin. “Apa?”

Ada jeda sesaat sebelum Kirana akhirnya menghembuskan napas pelan. “Bagaimana kabar Arka?”

Sekilas, Kirana melihat sesuatu berubah di wajah Dirga. Entah apa itu—kejutan, kemarahan, atau... kekecewaan?

Namun, hanya dalam hitungan detik, ekspresinya kembali tanpa emosi. Ia menyandarkan tubuh ke kursi, melipat tangannya di depan dada, lalu menatap Kirana dengan sorot mata tajam.

“Oh,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. “Jadi kamu masih ingat kalau punya anak?”

Darah Kirana seakan berhenti mengalir.

Dunia di sekitarnya mendadak terasa membeku.

Sakit.

Terlalu sakit.

Seakan ada sesuatu yang menghantam dadanya begitu keras hingga ia kesulitan bernapas.

Namun, ia tidak boleh terlihat lemah. Tidak di depan Dirga.

Kirana menegakkan punggung, menahan dirinya agar tak menunjukkan ekspresi apapun. “Saya selalu ingat.” Suaranya terdengar lebih pelan dari yang ia harapkan, tetapi cukup tegas. “Saya hanya ingin tahu apakah dia baik-baik saja.”

Dirga tidak langsung menjawab. Pria itu hanya menatapnya, lama, seakan menimbang sesuatu dalam pikirannya.

Dan Kirana benci itu.

Benci bagaimana Dirga memperlakukannya seolah ia ini bukan siapa-siapa. Seolah ia tidak berhak bertanya tentang anaknya sendiri.

Akhirnya, setelah keheningan yang begitu menyiksa, Dirga membuka mulut. “Dia baik-baik saja.”

Itu saja.

Tidak ada tambahan informasi. Tidak ada detail.

Hanya kalimat dingin yang seakan dibuat untuk mengakhiri pembicaraan.

Kirana merasakan matanya mulai panas, tapi ia tidak akan membiarkan air mata jatuh di ruangan ini.

Tidak akan.

Jadi ia hanya mengangguk pelan, lalu berkata, “Terima kasih.”

Kemudian, sebelum pertahanannya runtuh, ia berbalik dan melangkah keluar dengan cepat.

Meninggalkan Dirga yang masih menatapnya, ekspresinya kini sulit untuk ditebak.

…….

Kirana berjalan cepat keluar dari ruangan Dirga. Nafasnya pendek-pendek, tangan mengepal di sisi tubuhnya. Ia bahkan tidak peduli dengan tatapan beberapa karyawan yang masih ada di kantor. Ia hanya ingin pergi.

Begitu sampai di kamar mandi wanita, ia mendorong pintu dengan tergesa, lalu masuk ke bilik paling ujung dan menguncinya.

Begitu pintu tertutup, pertahanannya runtuh.

Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

"Oh, jadi kamu masih ingat kalau punya anak?"

Suara Dirga terus menggema di kepalanya, menikamnya lebih dalam dari yang ia kira.

Tangannya menutupi mulut, mencoba meredam isakan yang mendesak keluar. Tapi tubuhnya terlalu lemah untuk menahan semua ini. Dadanya sesak, perutnya mual.

Dan akhirnya, ia muntah habis-habisan.

Tubuhnya melemas, napasnya tersengal, kepalanya berdenyut. Dengan sisa tenaga yang tersisa dia menuju westafel.

Saat ia mendongak, bayangannya di cermin menatap balik—wajah pucat, mata sembab, bibir gemetar.

Ia terlihat mengerikan.

Kirana buru-buru membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia harus menenangkan diri. Ia harus terlihat baik-baik saja.

Namun, yang tidak ia sadari—

Pintu kamar mandi, yang tidak tertutup sempurna, menyisakan celah kecil.

Dan di luar sana, di koridor sepi, seseorang berdiri diam.

Dirga.

Ia melihat semuanya.

Dari awal Kirana masuk dengan langkah limbung, suara tangisnya yang tertahan, hingga bagaimana perempuan itu berusaha meredam segalanya sendirian.

Rahannya mengatup. Tangannya mengepal di saku celana.

Dadanya terasa aneh melihat Kirana seperti itu.

Ia seharusnya tidak peduli.

Seharusnya.

Namun, ketika Kirana terisak pelan di balik pintu, ada sesuatu dalam dirinya yang mencelos—perasaan yang bahkan tidak ingin ia akui.

Hening.

Lalu, dengan ekspresi tanpa emosi, Dirga berbalik dan pergi, tanpa suara.

Namun, di dalam kepalanya, bayangan Kirana yang hancur itu tidak bisa ia singkirkan.

….

Rumah minimalis moder itu sepi ketika Dirga membuka pintu. Lampu-lampu di ruang tengah sudah menyala, pertanda seseorang ada di dalam. Begitu ia melangkah masuk, suara langkah tergesa terdengar dari arah dapur.

“Malam, Pak,” sapa Mbak Rini, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja untuknya. “Arka baru tidur setengah jam yang lalu. Tadi makannya lahap, terus main sebentar, habis itu langsung ngantuk.”

Dirga mengangguk, melepas jasnya dan meletakkannya di sandaran sofa. “Nggak rewel?”

“Enggak, Pak.”

“Dia nanya sesuatu?”

Mbak Rini tampak ragu sejenak. “Tadi pas mau tidur, dia sempat tanya pertanyaan yang sama lagi pak... kenapa Mama-nya nggak pernah jemput dia, kayak mama teman-temannya.”

Dirga terdiam. Rahangnya mengatup, dan untuk sesaat, ia hanya menatap kosong.

“Terus Mbak jawab apa?” tanyanya akhirnya.

Mbak Rini menghela napas pelan. “Saya bilang Mama-nya ada di tempat yang jauh...”

Dirga mengangguk kecil, lalu berjalan menuju kamarnya. “Oke. Mbak istirahat aja.”

Begitu pintu tertutup di belakangnya, Dirga melempar dasinya ke meja dan duduk di tepi ranjang. Ia mencoba mengusir rasa lelah yang tiba-tiba terasa dua kali lipat lebih berat.

Arka semaikn sering bertanya tentang mamanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 5 - Bertemu Arka

    Dirga melirik jam tangannya begitu mobilnya berhenti di depan sekolah Arka. Panggilan dari pihak sekolah pagi tadi membuatnya terpaksa menyelipkan waktu di antara jadwal meetingnya yang padat.Begitu dia masuk ke ruang guru, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya. “Selamat siang, Pak Dirga. Saya Bu Lita, wali kelas Arka. Silakan duduk.”Dirga mengangguk singkat dan menarik kursi di hadapan sang guru. “Ada apa dengan Arka, Bu?”Bu Lita tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. “Begini, Pak. Kami memperhatikan ada perubahan dalam sikap Arka belakangan ini. Biasanya dia aktif dan ceria, tapi sekarang dia sering menyendiri. Dia jarang bermain dengan teman-temannya, lebih banyak melamun saat pelajaran, dan terkadang terlihat gelisah.”Dirga menegakkan punggungnya, ekspresinya tetap dingin meski pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. “Maksud Ibu, dia mengalami kesulitan belajar?”“Bukan hanya itu.” Bu Lita mengusap kedua tangannya. “Beberapa kali, dia terlihat seperti an

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 6 - Bertemu Arka (2)

    Kirana menelan ludah saat berdiri di samping mobil hitam yang mengilap itu. Mercedes-Benz GLC. Bukan sekadar mobil, ini adalah kendaraan mewah yang rasanya lebih cocok buat pejabat atau orang-orang elit di drama Korea yang biasa ia tonton.Tangannya sedikit gemetar saat meraih handle pintu. Begitu pintu terbuka, aroma khas interior kulit langsung menyapa penciumannya, disusul dengan tampilan dashboard yang penuh layar digital. Astaga, ini mobil atau kokpit pesawat?Dengan hati-hati, Kirana duduk di balik kemudi. Joknya empuk, terlalu nyaman dibandingkan mobil mungilnya yang biasa ia bawa ke mana-mana. Ia mencoba menyesuaikan posisi duduk, tapi malah salah pencet tombol di sisi kursi, membuatnya tiba-tiba terdorong maju hingga hampir menempel ke setir."Astagaaa..." Kirana buru-buru menekan tombol lain dan mundur sedikit. Jantungnya sudah berdetak cepat sebelum ini, tapi sekarang makin menggila.Deg-degan. Antara mau ketemu Arka dan harus nyetir mobil yang harganya bisa buat beli rumah

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 7 - Kirana Menangis

    Kirana duduk di lantai kamar Arka, mengamati betapa cerianya anak itu saat menyusun balok-balok warna-warni menjadi menara tinggi. Sesekali, Arka tertawa riang, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tangannya yang mungil dengan lincah menyusun satu demi satu balok, lalu menoleh ke Kirana dengan senyum lebarnya."Tante Kirana lihat! Tinggi banget, kan?" Arka berseru bangga.Kirana menelan ludah, berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Matanya mulai basah, tapi ia tersenyum lebar, mengusap kepala Arka dengan lembut. "Iya, tinggi sekali! Arka pintar banget. Hati-hati, jangan sampai roboh, ya."Arka mengangguk antusias, lalu buru-buru mengambil balok lain untuk menambah ketinggian menaranya. Tawa kecilnya menggema di ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang begitu sederhana namun mendalam.Tanpa mereka sadari, di ambang pintu, Dirga berdiri diam. Matanya mengamati setiap gerakan Kirana dan Arka. Wajahnya tetap datar, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit dijela

    Last Updated : 2025-04-24
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 1 - Kembali Terluka

    Suasana ruang meeting terasa tegang. Kirana merapikan catatan di tangannya, memastikan semua poin presentasinya tersusun rapi. Sudah sebulan ia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya ia harus mempresentasikan strategi marketing langsung di hadapan CEO—sosok misterius yang selama ini belum pernah ia temui."Jangan gugup," bisik Aulia, rekan kerjanya. "Katanya CEO kita tuh visioner banget, tapi agak dingin. Kalau idemu bagus, dia pasti suka."Kirana mengangguk, berusaha meyakinkan diri. Toh, ia sudah terbiasa menghadapi atasan yang perfeksionis. Lagipula, ini hanya presentasi biasa, bukan sesuatu yang harus ditakuti.Pintu terbuka. Seorang pria memasuki ruangan dengan langkah tenang, jasnya rapi, auranya mendominasi seketika.Kirana yang awalnya berdiri siap untuk memulai presentasi, mendadak membeku. Napasnya tercekat.Pria itu.Mantan suaminya.Dirga.Dada Kirana berdegup kencang. Ia ingin percaya bahwa ini hanya ilusi—bahwa sosok yang kini berdiri di hadapannya, dengan tatapan taja

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 2 - Kembali Gadis

    Di sela-sela pekerjaannya, Dirga duduk di balik meja besar di ruangannya, sibuk membaca laporan proyek yang sedang berjalan."Pak Dirga, maaf mengganggu. Ini dokumen tambahan untuk proyek yang dikerjakan Bu Kirana," ujar Reza, sekretarisnya sambil meletakkan map di meja.Dirga hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi detik berikutnya, sekretarisnya menambahkan dengan nada sedikit jahil, "Oh iya, Pak, sepertinya Bu Kirana karyawan baru itu punya banyak penggemar di kantor ini."Sudah seminggu yang lalu sejak kejadian dia membuat Kirana terluka di hari pertama pertemuan mereka. Apakah ejekan sarkasnya pada Kirana memang jadi kenyataan, kalau Kirana beneran kembali jadi gadis?Mata Dirga akhirnya beralih dari dokumen. "Penggemar?"Sekretarisnya terkikik. "Iya, Pak. Banyak yang diam-diam naksir. Bahkan ada anak magang yang terang-terangan ngasih kopi ke meja Bu Kirana setiap pagi."Alis Dirga sedikit berkerut, tetapi matanya masih tertuju pada laporan. "Anak magang?"Reza mengangguk, nada s

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 3 - Mulai Terusik

    Ruang rapat dipenuhi suara gumaman ketika Kirana selesai memaparkan hasil analisisnya. Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, sementara beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting yang ia sampaikan. Kirana menutup presentasi dengan mantap, tangannya tetap terlipat di depan dada, menunggu reaksi.Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak terbaca. "Jadi, menurutmu strategi kita saat ini tidak cukup kompetitif?"Kirana menatapnya tanpa gentar. "Saya hanya menunjukkan data dan perbandingan di lapangan. Jika ingin mendominasi pasar, kita perlu menyesuaikan pendekatan."Salah satu manajer pemasaran mengangguk setuju. "Analisisnya masuk akal, Pak Dirga. Kompetitor memang lebih agresif dalam strategi digital mereka."Alih-alih mengakui, Dirga malah menyilangkan tangan dan menatap Kirana dengan tatapan menilai. "Kalau begitu, coba buktikan. Buat strategi pemasaran yang bisa mengungguli mereka. Saya ingin proposal yang konkret dalam waktu satu minggu."Beberapa orang di

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 7 - Kirana Menangis

    Kirana duduk di lantai kamar Arka, mengamati betapa cerianya anak itu saat menyusun balok-balok warna-warni menjadi menara tinggi. Sesekali, Arka tertawa riang, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tangannya yang mungil dengan lincah menyusun satu demi satu balok, lalu menoleh ke Kirana dengan senyum lebarnya."Tante Kirana lihat! Tinggi banget, kan?" Arka berseru bangga.Kirana menelan ludah, berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Matanya mulai basah, tapi ia tersenyum lebar, mengusap kepala Arka dengan lembut. "Iya, tinggi sekali! Arka pintar banget. Hati-hati, jangan sampai roboh, ya."Arka mengangguk antusias, lalu buru-buru mengambil balok lain untuk menambah ketinggian menaranya. Tawa kecilnya menggema di ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang begitu sederhana namun mendalam.Tanpa mereka sadari, di ambang pintu, Dirga berdiri diam. Matanya mengamati setiap gerakan Kirana dan Arka. Wajahnya tetap datar, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit dijela

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 6 - Bertemu Arka (2)

    Kirana menelan ludah saat berdiri di samping mobil hitam yang mengilap itu. Mercedes-Benz GLC. Bukan sekadar mobil, ini adalah kendaraan mewah yang rasanya lebih cocok buat pejabat atau orang-orang elit di drama Korea yang biasa ia tonton.Tangannya sedikit gemetar saat meraih handle pintu. Begitu pintu terbuka, aroma khas interior kulit langsung menyapa penciumannya, disusul dengan tampilan dashboard yang penuh layar digital. Astaga, ini mobil atau kokpit pesawat?Dengan hati-hati, Kirana duduk di balik kemudi. Joknya empuk, terlalu nyaman dibandingkan mobil mungilnya yang biasa ia bawa ke mana-mana. Ia mencoba menyesuaikan posisi duduk, tapi malah salah pencet tombol di sisi kursi, membuatnya tiba-tiba terdorong maju hingga hampir menempel ke setir."Astagaaa..." Kirana buru-buru menekan tombol lain dan mundur sedikit. Jantungnya sudah berdetak cepat sebelum ini, tapi sekarang makin menggila.Deg-degan. Antara mau ketemu Arka dan harus nyetir mobil yang harganya bisa buat beli rumah

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 5 - Bertemu Arka

    Dirga melirik jam tangannya begitu mobilnya berhenti di depan sekolah Arka. Panggilan dari pihak sekolah pagi tadi membuatnya terpaksa menyelipkan waktu di antara jadwal meetingnya yang padat.Begitu dia masuk ke ruang guru, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya. “Selamat siang, Pak Dirga. Saya Bu Lita, wali kelas Arka. Silakan duduk.”Dirga mengangguk singkat dan menarik kursi di hadapan sang guru. “Ada apa dengan Arka, Bu?”Bu Lita tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. “Begini, Pak. Kami memperhatikan ada perubahan dalam sikap Arka belakangan ini. Biasanya dia aktif dan ceria, tapi sekarang dia sering menyendiri. Dia jarang bermain dengan teman-temannya, lebih banyak melamun saat pelajaran, dan terkadang terlihat gelisah.”Dirga menegakkan punggungnya, ekspresinya tetap dingin meski pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. “Maksud Ibu, dia mengalami kesulitan belajar?”“Bukan hanya itu.” Bu Lita mengusap kedua tangannya. “Beberapa kali, dia terlihat seperti an

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 4 - Mama Arka

    Seharian ini Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya terus berputar pada satu hal—ulang tahun Arka yang semakin dekat.Ia ingin tahu bagaimana kabar putranya. Ingin tahu apakah Arka baik-baik saja tanpa dirinya. Ingin tahu... apakah Arka masih mengingatnya.Namun, semakin ia berpikir, semakin berat perasaannya. Ia dan Dirga sudah lama tidak berbicara di luar urusan pekerjaan. Menanyakan tentang Arka seakan menjadi hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.Tapi hari ini, ia harus melakukannya.Saat jam kerja sudah selesai, Kirana mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia berjalan ke arah ruangan Dirga, namun langkahnya melambat ketika melihat seseorang keluar lebih dulu—Arya, salah satu manager muda paling berprestasi di kantor mereka.Arya menoleh dan tersenyum. “Oh, Kirana! Kamu mau ketemu Pak Dirga?” tanyanya santai.Kirana balas tersenyum kecil. “Iya, ada yang mau saya tanyakan.”“Wah, kebetulan. Aku juga baru ngobrol sama dia, tapi kayaknya mood-nya lagi kura

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 3 - Mulai Terusik

    Ruang rapat dipenuhi suara gumaman ketika Kirana selesai memaparkan hasil analisisnya. Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, sementara beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting yang ia sampaikan. Kirana menutup presentasi dengan mantap, tangannya tetap terlipat di depan dada, menunggu reaksi.Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak terbaca. "Jadi, menurutmu strategi kita saat ini tidak cukup kompetitif?"Kirana menatapnya tanpa gentar. "Saya hanya menunjukkan data dan perbandingan di lapangan. Jika ingin mendominasi pasar, kita perlu menyesuaikan pendekatan."Salah satu manajer pemasaran mengangguk setuju. "Analisisnya masuk akal, Pak Dirga. Kompetitor memang lebih agresif dalam strategi digital mereka."Alih-alih mengakui, Dirga malah menyilangkan tangan dan menatap Kirana dengan tatapan menilai. "Kalau begitu, coba buktikan. Buat strategi pemasaran yang bisa mengungguli mereka. Saya ingin proposal yang konkret dalam waktu satu minggu."Beberapa orang di

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 2 - Kembali Gadis

    Di sela-sela pekerjaannya, Dirga duduk di balik meja besar di ruangannya, sibuk membaca laporan proyek yang sedang berjalan."Pak Dirga, maaf mengganggu. Ini dokumen tambahan untuk proyek yang dikerjakan Bu Kirana," ujar Reza, sekretarisnya sambil meletakkan map di meja.Dirga hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi detik berikutnya, sekretarisnya menambahkan dengan nada sedikit jahil, "Oh iya, Pak, sepertinya Bu Kirana karyawan baru itu punya banyak penggemar di kantor ini."Sudah seminggu yang lalu sejak kejadian dia membuat Kirana terluka di hari pertama pertemuan mereka. Apakah ejekan sarkasnya pada Kirana memang jadi kenyataan, kalau Kirana beneran kembali jadi gadis?Mata Dirga akhirnya beralih dari dokumen. "Penggemar?"Sekretarisnya terkikik. "Iya, Pak. Banyak yang diam-diam naksir. Bahkan ada anak magang yang terang-terangan ngasih kopi ke meja Bu Kirana setiap pagi."Alis Dirga sedikit berkerut, tetapi matanya masih tertuju pada laporan. "Anak magang?"Reza mengangguk, nada s

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 1 - Kembali Terluka

    Suasana ruang meeting terasa tegang. Kirana merapikan catatan di tangannya, memastikan semua poin presentasinya tersusun rapi. Sudah sebulan ia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya ia harus mempresentasikan strategi marketing langsung di hadapan CEO—sosok misterius yang selama ini belum pernah ia temui."Jangan gugup," bisik Aulia, rekan kerjanya. "Katanya CEO kita tuh visioner banget, tapi agak dingin. Kalau idemu bagus, dia pasti suka."Kirana mengangguk, berusaha meyakinkan diri. Toh, ia sudah terbiasa menghadapi atasan yang perfeksionis. Lagipula, ini hanya presentasi biasa, bukan sesuatu yang harus ditakuti.Pintu terbuka. Seorang pria memasuki ruangan dengan langkah tenang, jasnya rapi, auranya mendominasi seketika.Kirana yang awalnya berdiri siap untuk memulai presentasi, mendadak membeku. Napasnya tercekat.Pria itu.Mantan suaminya.Dirga.Dada Kirana berdegup kencang. Ia ingin percaya bahwa ini hanya ilusi—bahwa sosok yang kini berdiri di hadapannya, dengan tatapan taja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status