Home / Romansa / Seatap dengan Mantan Suami / BAB 2 - Kembali Gadis

Share

BAB 2 - Kembali Gadis

Author: Aster Diamond
last update Last Updated: 2025-04-09 14:29:35

Di sela-sela pekerjaannya, Dirga duduk di balik meja besar di ruangannya, sibuk membaca laporan proyek yang sedang berjalan.

"Pak Dirga, maaf mengganggu. Ini dokumen tambahan untuk proyek yang dikerjakan Bu Kirana," ujar Reza, sekretarisnya sambil meletakkan map di meja.

Dirga hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi detik berikutnya, sekretarisnya menambahkan dengan nada sedikit jahil, "Oh iya, Pak, sepertinya Bu Kirana karyawan baru itu punya banyak penggemar di kantor ini."

Sudah seminggu yang lalu sejak kejadian dia membuat Kirana terluka di hari pertama pertemuan mereka. Apakah ejekan sarkasnya pada Kirana memang jadi kenyataan, kalau Kirana beneran kembali jadi gadis?

Mata Dirga akhirnya beralih dari dokumen. "Penggemar?"

Sekretarisnya terkikik. "Iya, Pak. Banyak yang diam-diam naksir. Bahkan ada anak magang yang terang-terangan ngasih kopi ke meja Bu Kirana setiap pagi."

Alis Dirga sedikit berkerut, tetapi matanya masih tertuju pada laporan. "Anak magang?"

Reza mengangguk, nada suaranya terdengar jenaka. "Iya, Pak. Masih muda sekali, tapi cukup berani. Saya dengar dia bilang Bu Kirana adalah tipe idealnya."

Dirga akhirnya meletakkan dokumen dan menatap Reza. "Brondong?"

Reza tertawa kecil. "Begitulah, Pak. Anak-anak gen Z sekarang memang lebih percaya diri. Apalagi melihat Bu Kirana yang, ya… semakin menarik. Oh ya Pak, saya kembali ke meja kerja dulu." Tanpa menunggu respons, Reza langsung keluar ruangan.

Dirga menatap pintu yang sudah tertutup rapat. Rahangnya sedikit mengeras, lalu tatapannya beralih ke dokumen proyek Kirana.

Beberapa menit kemudian, skretarisnya datang lagi. "Pak, rapat tim proyek sebentar lagi dimulai. Bapak mau ikutan?"

Dirga menutup map di tangannya. "Tentu. Saya ingin melihat langsung perkembangan proyek ini."

Dan begitu dia melangkah masuk ke ruang rapat, matanya langsung tertuju pada Kirana yang sedang berbicara dengan beberapa rekan kerja—termasuk si anak magang yang disebutkan sekretarisnya tadi.

……

Rapat berjalan lancar, dengan Kirana yang memimpin presentasi tentang tahapan proyek mereka. Semua orang tampak serius menyimak, kecuali satu orang—Dirga.

Bukan karena dia tidak peduli, justru sebaliknya. Sejak masuk ruangan, matanya terus saja tertuju pada satu sosok.

Kirana berdiri tegap di depan layar, menjelaskan dengan percaya diri. Rambutnya yang sekarang lebih panjang diikat rapi, kulitnya terlihat lebih cerah, dan meskipun lebih kurus, aura profesionalismenya semakin kuat.

Dan yang paling membuat Dirga kesal? Kirana sama sekali tidak melihat ke arahnya.

Seolah mereka tidak pernah berbagi hidup bersama.

"Pak Dirga, ada yang ingin ditambahkan?" suara salah satu manajer membuyarkan lamunannya.

Dirga tersentak kecil, lalu dengan cepat melirik layar presentasi. "Tidak," jawabnya datar. "Tapi saya harap semua orang di sini lebih fokus pada pekerjaan, bukan urusan pribadi."

Ucapan itu ditujukan ke semua orang, tapi Dirga tahu siapa target utamanya.

Kirana mengernyit sekilas, tetapi tidak menanggapi. Sementara beberapa orang di ruangan saling melirik, entah memahami maksud Dirga atau hanya bingung.

Setelah rapat selesai, Dirga berjalan keluar dengan langkah cepat. Dia tidak mau berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan Kirana lebih dari yang diperlukan.

Tapi saat melewati kaca besar di luar ruang rapat, matanya kembali menangkap bayangan Kirana.

Dia sudah kembali ke meja kerjanya, tersenyum kecil saat menerima secangkir kopi dari anak magang yang disebut sekretaris tadi.

Dirga mendengus pelan. "Apa-apaan ini? Kantor tempat kerja, bukan tempat main-main. Kalau begini, bagaimana profesionalismenya?"

Dia mempercepat langkahnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa rasa terganggunya ini semata-mata karena aturan kantor, bukan karena hal lain.

……..

Kirana menghela napas dalam saat membaca email yang baru saja masuk. Deadline laporan analisis strategi pemasaran kompetitor yang tadinya dijadwalkan minggu depan, tiba-tiba dimajukan menjadi besok pagi. Dan tentu saja, pengirim email itu bukan siapa-siapa selain Dirga Mahardika.

Tangannya mengepal di atas meja. Dia tahu betul ini bukan kebetulan. Dirga sedang mencoba menjatuhkannya, atau setidaknya membuatnya kewalahan. Tapi Kirana bukan perempuan lemah yang akan mengeluh. Tanpa protes, dia mulai membuka data dan menyusun analisisnya.

Hampir pukul sebelas malam ketika pintu ruangannya terbuka tanpa diketuk. Langkah kaki yang familier terdengar mendekat.

“Kira-kira bisa selesai tepat waktu, nggak?” suara itu terdengar santai, hampir mengejek.

Kirana tetap menatap layar laptopnya. “Kalau tidak, saya yakin Pak Dirga sudah menyiapkan hukuman, kan?” jawabnya datar.

Dirga tersenyum licik. “Kamu mulai paham cara kerja di sini.”

Kirana mengetik tanpa henti. “Kalau tidak ada hal lain, saya harus menyelesaikan tugas yang Anda berikan.”

Alih-alih pergi, Dirga malah berjalan mengitari meja, bersandar di pinggirnya. “Dulu kamu nggak segini dinginnya, Kirana.”

Kirana akhirnya menoleh, matanya tanpa emosi. “Dulu saya juga nggak segini muaknya sama seseorang.”

Dirga terdiam sejenak, lalu menyilangkan tangan di dada, ekspresinya berubah lebih serius. "Di tempat kerja, nggak boleh bawa masalah pribadi," ujarnya tenang, tapi tajam.

Kirana mendengus pelan, menatapnya dengan datar. "Lucu juga dengar itu dari orang yang sengaja ngasih tugas lembur buat bikin saya susah."

Senyum tipis terangkat di sudut bibir Dirga. "Saya cuma memastikan karyawan baru bisa mengikuti ritme kerja di sini," balasnya santai. "Kalau kamu merasa susah, mungkin memang belum terbiasa."

Kirana tidak menjawab, memilih kembali mengetik tanpa memperdulikan kehadiran Dirga.

Dirga mengamati wajahnya beberapa detik, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan melangkah pergi.

Begitu Dirga pergi, Kirana menghela napas dalam-dalam. Dadanya terasa sesak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 3 - Mulai Terusik

    Ruang rapat dipenuhi suara gumaman ketika Kirana selesai memaparkan hasil analisisnya. Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, sementara beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting yang ia sampaikan. Kirana menutup presentasi dengan mantap, tangannya tetap terlipat di depan dada, menunggu reaksi.Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak terbaca. "Jadi, menurutmu strategi kita saat ini tidak cukup kompetitif?"Kirana menatapnya tanpa gentar. "Saya hanya menunjukkan data dan perbandingan di lapangan. Jika ingin mendominasi pasar, kita perlu menyesuaikan pendekatan."Salah satu manajer pemasaran mengangguk setuju. "Analisisnya masuk akal, Pak Dirga. Kompetitor memang lebih agresif dalam strategi digital mereka."Alih-alih mengakui, Dirga malah menyilangkan tangan dan menatap Kirana dengan tatapan menilai. "Kalau begitu, coba buktikan. Buat strategi pemasaran yang bisa mengungguli mereka. Saya ingin proposal yang konkret dalam waktu satu minggu."Beberapa orang di

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 4 - Mama Arka

    Seharian ini Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya terus berputar pada satu hal—ulang tahun Arka yang semakin dekat.Ia ingin tahu bagaimana kabar putranya. Ingin tahu apakah Arka baik-baik saja tanpa dirinya. Ingin tahu... apakah Arka masih mengingatnya.Namun, semakin ia berpikir, semakin berat perasaannya. Ia dan Dirga sudah lama tidak berbicara di luar urusan pekerjaan. Menanyakan tentang Arka seakan menjadi hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.Tapi hari ini, ia harus melakukannya.Saat jam kerja sudah selesai, Kirana mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia berjalan ke arah ruangan Dirga, namun langkahnya melambat ketika melihat seseorang keluar lebih dulu—Arya, salah satu manager muda paling berprestasi di kantor mereka.Arya menoleh dan tersenyum. “Oh, Kirana! Kamu mau ketemu Pak Dirga?” tanyanya santai.Kirana balas tersenyum kecil. “Iya, ada yang mau saya tanyakan.”“Wah, kebetulan. Aku juga baru ngobrol sama dia, tapi kayaknya mood-nya lagi kura

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 5 - Bertemu Arka

    Dirga melirik jam tangannya begitu mobilnya berhenti di depan sekolah Arka. Panggilan dari pihak sekolah pagi tadi membuatnya terpaksa menyelipkan waktu di antara jadwal meetingnya yang padat.Begitu dia masuk ke ruang guru, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya. “Selamat siang, Pak Dirga. Saya Bu Lita, wali kelas Arka. Silakan duduk.”Dirga mengangguk singkat dan menarik kursi di hadapan sang guru. “Ada apa dengan Arka, Bu?”Bu Lita tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. “Begini, Pak. Kami memperhatikan ada perubahan dalam sikap Arka belakangan ini. Biasanya dia aktif dan ceria, tapi sekarang dia sering menyendiri. Dia jarang bermain dengan teman-temannya, lebih banyak melamun saat pelajaran, dan terkadang terlihat gelisah.”Dirga menegakkan punggungnya, ekspresinya tetap dingin meski pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. “Maksud Ibu, dia mengalami kesulitan belajar?”“Bukan hanya itu.” Bu Lita mengusap kedua tangannya. “Beberapa kali, dia terlihat seperti an

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 6 - Bertemu Arka (2)

    Kirana menelan ludah saat berdiri di samping mobil hitam yang mengilap itu. Mercedes-Benz GLC. Bukan sekadar mobil, ini adalah kendaraan mewah yang rasanya lebih cocok buat pejabat atau orang-orang elit di drama Korea yang biasa ia tonton.Tangannya sedikit gemetar saat meraih handle pintu. Begitu pintu terbuka, aroma khas interior kulit langsung menyapa penciumannya, disusul dengan tampilan dashboard yang penuh layar digital. Astaga, ini mobil atau kokpit pesawat?Dengan hati-hati, Kirana duduk di balik kemudi. Joknya empuk, terlalu nyaman dibandingkan mobil mungilnya yang biasa ia bawa ke mana-mana. Ia mencoba menyesuaikan posisi duduk, tapi malah salah pencet tombol di sisi kursi, membuatnya tiba-tiba terdorong maju hingga hampir menempel ke setir."Astagaaa..." Kirana buru-buru menekan tombol lain dan mundur sedikit. Jantungnya sudah berdetak cepat sebelum ini, tapi sekarang makin menggila.Deg-degan. Antara mau ketemu Arka dan harus nyetir mobil yang harganya bisa buat beli rumah

    Last Updated : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 7 - Kirana Menangis

    Kirana duduk di lantai kamar Arka, mengamati betapa cerianya anak itu saat menyusun balok-balok warna-warni menjadi menara tinggi. Sesekali, Arka tertawa riang, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tangannya yang mungil dengan lincah menyusun satu demi satu balok, lalu menoleh ke Kirana dengan senyum lebarnya."Tante Kirana lihat! Tinggi banget, kan?" Arka berseru bangga.Kirana menelan ludah, berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Matanya mulai basah, tapi ia tersenyum lebar, mengusap kepala Arka dengan lembut. "Iya, tinggi sekali! Arka pintar banget. Hati-hati, jangan sampai roboh, ya."Arka mengangguk antusias, lalu buru-buru mengambil balok lain untuk menambah ketinggian menaranya. Tawa kecilnya menggema di ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang begitu sederhana namun mendalam.Tanpa mereka sadari, di ambang pintu, Dirga berdiri diam. Matanya mengamati setiap gerakan Kirana dan Arka. Wajahnya tetap datar, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit dijela

    Last Updated : 2025-04-24
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 1 - Kembali Terluka

    Suasana ruang meeting terasa tegang. Kirana merapikan catatan di tangannya, memastikan semua poin presentasinya tersusun rapi. Sudah sebulan ia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya ia harus mempresentasikan strategi marketing langsung di hadapan CEO—sosok misterius yang selama ini belum pernah ia temui."Jangan gugup," bisik Aulia, rekan kerjanya. "Katanya CEO kita tuh visioner banget, tapi agak dingin. Kalau idemu bagus, dia pasti suka."Kirana mengangguk, berusaha meyakinkan diri. Toh, ia sudah terbiasa menghadapi atasan yang perfeksionis. Lagipula, ini hanya presentasi biasa, bukan sesuatu yang harus ditakuti.Pintu terbuka. Seorang pria memasuki ruangan dengan langkah tenang, jasnya rapi, auranya mendominasi seketika.Kirana yang awalnya berdiri siap untuk memulai presentasi, mendadak membeku. Napasnya tercekat.Pria itu.Mantan suaminya.Dirga.Dada Kirana berdegup kencang. Ia ingin percaya bahwa ini hanya ilusi—bahwa sosok yang kini berdiri di hadapannya, dengan tatapan taja

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 7 - Kirana Menangis

    Kirana duduk di lantai kamar Arka, mengamati betapa cerianya anak itu saat menyusun balok-balok warna-warni menjadi menara tinggi. Sesekali, Arka tertawa riang, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tangannya yang mungil dengan lincah menyusun satu demi satu balok, lalu menoleh ke Kirana dengan senyum lebarnya."Tante Kirana lihat! Tinggi banget, kan?" Arka berseru bangga.Kirana menelan ludah, berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Matanya mulai basah, tapi ia tersenyum lebar, mengusap kepala Arka dengan lembut. "Iya, tinggi sekali! Arka pintar banget. Hati-hati, jangan sampai roboh, ya."Arka mengangguk antusias, lalu buru-buru mengambil balok lain untuk menambah ketinggian menaranya. Tawa kecilnya menggema di ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang begitu sederhana namun mendalam.Tanpa mereka sadari, di ambang pintu, Dirga berdiri diam. Matanya mengamati setiap gerakan Kirana dan Arka. Wajahnya tetap datar, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit dijela

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 6 - Bertemu Arka (2)

    Kirana menelan ludah saat berdiri di samping mobil hitam yang mengilap itu. Mercedes-Benz GLC. Bukan sekadar mobil, ini adalah kendaraan mewah yang rasanya lebih cocok buat pejabat atau orang-orang elit di drama Korea yang biasa ia tonton.Tangannya sedikit gemetar saat meraih handle pintu. Begitu pintu terbuka, aroma khas interior kulit langsung menyapa penciumannya, disusul dengan tampilan dashboard yang penuh layar digital. Astaga, ini mobil atau kokpit pesawat?Dengan hati-hati, Kirana duduk di balik kemudi. Joknya empuk, terlalu nyaman dibandingkan mobil mungilnya yang biasa ia bawa ke mana-mana. Ia mencoba menyesuaikan posisi duduk, tapi malah salah pencet tombol di sisi kursi, membuatnya tiba-tiba terdorong maju hingga hampir menempel ke setir."Astagaaa..." Kirana buru-buru menekan tombol lain dan mundur sedikit. Jantungnya sudah berdetak cepat sebelum ini, tapi sekarang makin menggila.Deg-degan. Antara mau ketemu Arka dan harus nyetir mobil yang harganya bisa buat beli rumah

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 5 - Bertemu Arka

    Dirga melirik jam tangannya begitu mobilnya berhenti di depan sekolah Arka. Panggilan dari pihak sekolah pagi tadi membuatnya terpaksa menyelipkan waktu di antara jadwal meetingnya yang padat.Begitu dia masuk ke ruang guru, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya. “Selamat siang, Pak Dirga. Saya Bu Lita, wali kelas Arka. Silakan duduk.”Dirga mengangguk singkat dan menarik kursi di hadapan sang guru. “Ada apa dengan Arka, Bu?”Bu Lita tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. “Begini, Pak. Kami memperhatikan ada perubahan dalam sikap Arka belakangan ini. Biasanya dia aktif dan ceria, tapi sekarang dia sering menyendiri. Dia jarang bermain dengan teman-temannya, lebih banyak melamun saat pelajaran, dan terkadang terlihat gelisah.”Dirga menegakkan punggungnya, ekspresinya tetap dingin meski pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. “Maksud Ibu, dia mengalami kesulitan belajar?”“Bukan hanya itu.” Bu Lita mengusap kedua tangannya. “Beberapa kali, dia terlihat seperti an

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 4 - Mama Arka

    Seharian ini Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya terus berputar pada satu hal—ulang tahun Arka yang semakin dekat.Ia ingin tahu bagaimana kabar putranya. Ingin tahu apakah Arka baik-baik saja tanpa dirinya. Ingin tahu... apakah Arka masih mengingatnya.Namun, semakin ia berpikir, semakin berat perasaannya. Ia dan Dirga sudah lama tidak berbicara di luar urusan pekerjaan. Menanyakan tentang Arka seakan menjadi hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.Tapi hari ini, ia harus melakukannya.Saat jam kerja sudah selesai, Kirana mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia berjalan ke arah ruangan Dirga, namun langkahnya melambat ketika melihat seseorang keluar lebih dulu—Arya, salah satu manager muda paling berprestasi di kantor mereka.Arya menoleh dan tersenyum. “Oh, Kirana! Kamu mau ketemu Pak Dirga?” tanyanya santai.Kirana balas tersenyum kecil. “Iya, ada yang mau saya tanyakan.”“Wah, kebetulan. Aku juga baru ngobrol sama dia, tapi kayaknya mood-nya lagi kura

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 3 - Mulai Terusik

    Ruang rapat dipenuhi suara gumaman ketika Kirana selesai memaparkan hasil analisisnya. Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, sementara beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting yang ia sampaikan. Kirana menutup presentasi dengan mantap, tangannya tetap terlipat di depan dada, menunggu reaksi.Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak terbaca. "Jadi, menurutmu strategi kita saat ini tidak cukup kompetitif?"Kirana menatapnya tanpa gentar. "Saya hanya menunjukkan data dan perbandingan di lapangan. Jika ingin mendominasi pasar, kita perlu menyesuaikan pendekatan."Salah satu manajer pemasaran mengangguk setuju. "Analisisnya masuk akal, Pak Dirga. Kompetitor memang lebih agresif dalam strategi digital mereka."Alih-alih mengakui, Dirga malah menyilangkan tangan dan menatap Kirana dengan tatapan menilai. "Kalau begitu, coba buktikan. Buat strategi pemasaran yang bisa mengungguli mereka. Saya ingin proposal yang konkret dalam waktu satu minggu."Beberapa orang di

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 2 - Kembali Gadis

    Di sela-sela pekerjaannya, Dirga duduk di balik meja besar di ruangannya, sibuk membaca laporan proyek yang sedang berjalan."Pak Dirga, maaf mengganggu. Ini dokumen tambahan untuk proyek yang dikerjakan Bu Kirana," ujar Reza, sekretarisnya sambil meletakkan map di meja.Dirga hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi detik berikutnya, sekretarisnya menambahkan dengan nada sedikit jahil, "Oh iya, Pak, sepertinya Bu Kirana karyawan baru itu punya banyak penggemar di kantor ini."Sudah seminggu yang lalu sejak kejadian dia membuat Kirana terluka di hari pertama pertemuan mereka. Apakah ejekan sarkasnya pada Kirana memang jadi kenyataan, kalau Kirana beneran kembali jadi gadis?Mata Dirga akhirnya beralih dari dokumen. "Penggemar?"Sekretarisnya terkikik. "Iya, Pak. Banyak yang diam-diam naksir. Bahkan ada anak magang yang terang-terangan ngasih kopi ke meja Bu Kirana setiap pagi."Alis Dirga sedikit berkerut, tetapi matanya masih tertuju pada laporan. "Anak magang?"Reza mengangguk, nada s

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 1 - Kembali Terluka

    Suasana ruang meeting terasa tegang. Kirana merapikan catatan di tangannya, memastikan semua poin presentasinya tersusun rapi. Sudah sebulan ia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya ia harus mempresentasikan strategi marketing langsung di hadapan CEO—sosok misterius yang selama ini belum pernah ia temui."Jangan gugup," bisik Aulia, rekan kerjanya. "Katanya CEO kita tuh visioner banget, tapi agak dingin. Kalau idemu bagus, dia pasti suka."Kirana mengangguk, berusaha meyakinkan diri. Toh, ia sudah terbiasa menghadapi atasan yang perfeksionis. Lagipula, ini hanya presentasi biasa, bukan sesuatu yang harus ditakuti.Pintu terbuka. Seorang pria memasuki ruangan dengan langkah tenang, jasnya rapi, auranya mendominasi seketika.Kirana yang awalnya berdiri siap untuk memulai presentasi, mendadak membeku. Napasnya tercekat.Pria itu.Mantan suaminya.Dirga.Dada Kirana berdegup kencang. Ia ingin percaya bahwa ini hanya ilusi—bahwa sosok yang kini berdiri di hadapannya, dengan tatapan taja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status