Beranda / Romansa / Seatap dengan Mantan Suami / BAB 1 - Kembali Terluka

Share

Seatap dengan Mantan Suami
Seatap dengan Mantan Suami
Penulis: Aster Diamond

BAB 1 - Kembali Terluka

Penulis: Aster Diamond
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 14:16:57

Suasana ruang meeting terasa tegang. Kirana merapikan catatan di tangannya, memastikan semua poin presentasinya tersusun rapi. Sudah sebulan ia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya ia harus mempresentasikan strategi marketing langsung di hadapan CEO—sosok misterius yang selama ini belum pernah ia temui.

"Jangan gugup," bisik Aulia, rekan kerjanya. "Katanya CEO kita tuh visioner banget, tapi agak dingin. Kalau idemu bagus, dia pasti suka."

Kirana mengangguk, berusaha meyakinkan diri. Toh, ia sudah terbiasa menghadapi atasan yang perfeksionis. Lagipula, ini hanya presentasi biasa, bukan sesuatu yang harus ditakuti.

Pintu terbuka. Seorang pria memasuki ruangan dengan langkah tenang, jasnya rapi, auranya mendominasi seketika.

Kirana yang awalnya berdiri siap untuk memulai presentasi, mendadak membeku. Napasnya tercekat.

Pria itu.

Mantan suaminya.

Dirga.

Dada Kirana berdegup kencang. Ia ingin percaya bahwa ini hanya ilusi—bahwa sosok yang kini berdiri di hadapannya, dengan tatapan tajam dan penuh wibawa, bukanlah orang yang dulu pernah berbagi atap dengannya. Orang yang pernah berjanji sehidup semati… lalu berakhir menjadi orang asing.

Dirga menatap Kirana sekilas, alisnya sedikit berkerut. "Silakan mulai."

Suara berat itu menyadarkan Kirana dari keterkejutannya. Tangannya gemetar. Ia bahkan tak sadar bahwa semua mata kini tertuju padanya, menunggu ia membuka presentasi.

Sial.

Bibirnya terasa kelu, pikirannya berantakan. Bagaimana mungkin selama ini ia tak sadar? Bagaimana mungkin perusahaan tempatnya bekerja ternyata milik Dirga?

Orang yang dulu harus kerja serabutan buat menghidupi mereka. Yang selalu pulang larut dengan wajah lelah. Yang… dulu tidak punya apa-apa, hingga membuat Kirana harus menahan malu setiap kali meminta bantuan uang ke orangtuanya.

Flashback.

“Kamu nggak perlu kerja, aku bisa cari uang sendiri.” Dirga terdengar frustrasi saat Kirana membahas ingin melamar pekerjaan.

“Tapi uang kita nggak cukup, mas.” Kirana berusaha menahan suaranya agar tidak bergetar. Dia lelah. Lelah hidup dalam keterbatasan. Lelah menundukkan kepala setiap kali harus pinjam uang ke orangtua, saudaranya, bahkan temannya. Lelah terus merasa gagal.

“Aku udah kerja keras. Aku lagicoba bisnis kecil-kecilan juga. Kamu nggak percaya sama aku?”

“Bukan itu masalahnya!” Kirana akhirnya meledak. “Aku nggak mau terus-terusan ngeluh nggak ada uang tiap akhir bulan! Aku nggak mau tiap minggu harus mikirin mau belanja pakai apa! Aku capek, Mas!”

Dirga mengusap wajahnya dengan kasar. “Jadi kamu pikir aku nggak capek?”

Mereka saling menatap dalam diam. Dua-duanya sama-sama lelah, sama-sama ingin hidup lebih baik, tapi entah kenapa selalu merasa bertentangan.

Dan sekarang, bertahun-tahun setelah perpisahan itu…

Dirga berdiri di hadapannya. Bukan sebagai suami. Tapi sebagai CEO—dan bosnya.

Kirana merasa ingin pingsan.

….

Kirana baru saja kembali ke mejanya ketika sebuah pesan masuk ke laptopnya.

“Ke ruangan saya. Sekarang.”

Tangannya menegang di atas keyboard. Bukan karena perintah itu terdengar kasar—tapi karena pengirimnya. Dirga Mahardika. CEO perusahaan ini. Mantan suaminya.

Menelan ludah, Kirana menghela napas panjang sebelum akhirnya bangkit. Tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer saat dia melangkah menuju ruangan Dirga.

Begitu masuk, udara dingin AC langsung menyergapnya. Di belakang meja kayu besar, Dirga duduk dengan santai, lengan terlipat di dada. Matanya menatap Kirana dengan ekspresi puas, seolah sedang menunggu sesuatu.

"Sudah betah kerja di sini?" tanyanya dengan nada terlalu santai.

Kirana tetap berdiri tegak. “Saya profesional, Pak. Saya hanya bekerja.”

Dirga menyeringai, bangkit dari kursinya, lalu berjalan perlahan mengitari meja. "Menarik."

Dia berhenti tepat di depan Kirana, kedua tangannya bertumpu di saku celana. “Saya cuma ingin tahu... gimana rasanya balik jadi gadis?”

Darah Kirana seperti berhenti mengalir.

"Maksud Anda?" tanyanya dengan suara yang berusaha tetap stabil.

“Dulu kamu selalu bilang ingin bekerja, kan? Nah, sekarang kamu bisa menikmati semuanya tanpa beban. Bebas. Mandiri. Tanpa keluarga yang harus diurus.”

Dada Kirana mencelos. Dia tahu maksud Dirga—bahwa dia tidak lagi punya suami, tidak lagi punya anak di sisinya.

Tapi Kirana menegakkan bahunya. Dia menolak menunjukkan betapa kata-kata itu melukainya.

“Terima kasih sudah mengingatkan saya, Pak. Tapi saya di sini bukan untuk membahas masa lalu.”

Dia membungkuk sopan, lalu berbalik meninggalkan ruangan sebelum dadanya benar-benar meledak.

Sementara itu, di belakangnya, Dirga hanya menyeringai tipis.

Kirana masuk ke toilet dengan langkah cepat, seolah dikejar sesuatu yang tak kasatmata. Begitu pintu tertutup, dia langsung meraih wastafel, menumpukan berat tubuhnya di sana. Tangannya gemetar. Lututnya terasa lemas.

"Sial..." gumamnya, menatap pantulan dirinya di cermin.

Wajahnya masih setenang biasanya, tapi sorot matanya… kosong. Seperti ada sesuatu yang dicabut paksa dari dalam dirinya.

Dengan gerakan terburu-buru, Kirana membuka keran, menampung air di kedua telapak tangannya, lalu membasuh wajahnya berkali-kali. Air dingin menyentak kulitnya, tapi tetap tak bisa mengusir gejolak di dadanya.

Kenapa harus dia? Kenapa harus di tempat ini?

Bukankah dia sudah mencoba lari sejauh mungkin dari bayang-bayang Dirga? Dari segala luka yang dulu ia tinggalkan?

Kirana meremas ujung blazernya, berusaha mengendalikan napasnya yang memburu.

Aku butuh pekerjaan ini. Aku nggak bisa mundur.

Dia mengulang kalimat itu di dalam kepalanya, mencoba meyakinkan diri. Karena bagaimanapun juga, dia sudah terikat kontrak. Dan yang lebih penting… dia butuh uang.

Butuh uang untuk hidup.

Untuk ibunya yang baru pensiun.

Dan… untuk memperjuangkan hak asuh anaknya.

Dengan tangan masih sedikit gemetar, Kirana menarik satu tarikan napas panjang, dia merapikan blazer dan kembali keluar.

Seolah tak ada yang terjadi. Seolah pertemuan itu tidak mengguncangnya sedemikian rupa.

Padahal di dalam hatinya… dia hanya ingin lari sejauh mungkin.

Kirana keluar dari toilet dengan langkah gontai, tubuhnya masih sedikit gemetar. Begitu duduk di kursinya, dia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Tangannya refleks meraih ponsel di meja.

Layar menyala. Ada pesan dari sahabatnya, Laila.

"Lo udah liat ini, Kir?"

Sebuah video terlampir di bawahnya. Jempol Kirana ragu-ragu menyentuh layar, tapi rasa penasaran dan ketakutan bercampur jadi satu. Dengan napas tertahan, dia mengetuk video itu.

Gambar bergerak memenuhi layar. Seorang bocah laki-laki dengan seragam olahraga berdiri di podium, senyumnya lebar, memegang piala dengan bangga. Di sebelahnya, seorang pria tinggi mengenakan kemeja hitam elegan, tangannya bertumpu di bahu si bocah. Mata Kirana langsung memanas.

"Selamat kepada Arkan Mahardika dan ayahnya, Dirga Mahendra, yang berhasil memenangkan kompetisi ayah dan anak tahun ini!" suara MC terdengar jelas di video.

Jantung Kirana mencelos. Tangannya refleks menutupi mulut, menahan isakan yang nyaris pecah. Seakan dunia kembali mengingatkannya pada apa yang telah direnggut darinya—anaknya, kebahagiaannya, dan kini, momen-momen yang seharusnya miliknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 2 - Kembali Gadis

    Di sela-sela pekerjaannya, Dirga duduk di balik meja besar di ruangannya, sibuk membaca laporan proyek yang sedang berjalan."Pak Dirga, maaf mengganggu. Ini dokumen tambahan untuk proyek yang dikerjakan Bu Kirana," ujar Reza, sekretarisnya sambil meletakkan map di meja.Dirga hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi detik berikutnya, sekretarisnya menambahkan dengan nada sedikit jahil, "Oh iya, Pak, sepertinya Bu Kirana karyawan baru itu punya banyak penggemar di kantor ini."Sudah seminggu yang lalu sejak kejadian dia membuat Kirana terluka di hari pertama pertemuan mereka. Apakah ejekan sarkasnya pada Kirana memang jadi kenyataan, kalau Kirana beneran kembali jadi gadis?Mata Dirga akhirnya beralih dari dokumen. "Penggemar?"Sekretarisnya terkikik. "Iya, Pak. Banyak yang diam-diam naksir. Bahkan ada anak magang yang terang-terangan ngasih kopi ke meja Bu Kirana setiap pagi."Alis Dirga sedikit berkerut, tetapi matanya masih tertuju pada laporan. "Anak magang?"Reza mengangguk, nada s

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 3 - Mulai Terusik

    Ruang rapat dipenuhi suara gumaman ketika Kirana selesai memaparkan hasil analisisnya. Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, sementara beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting yang ia sampaikan. Kirana menutup presentasi dengan mantap, tangannya tetap terlipat di depan dada, menunggu reaksi.Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak terbaca. "Jadi, menurutmu strategi kita saat ini tidak cukup kompetitif?"Kirana menatapnya tanpa gentar. "Saya hanya menunjukkan data dan perbandingan di lapangan. Jika ingin mendominasi pasar, kita perlu menyesuaikan pendekatan."Salah satu manajer pemasaran mengangguk setuju. "Analisisnya masuk akal, Pak Dirga. Kompetitor memang lebih agresif dalam strategi digital mereka."Alih-alih mengakui, Dirga malah menyilangkan tangan dan menatap Kirana dengan tatapan menilai. "Kalau begitu, coba buktikan. Buat strategi pemasaran yang bisa mengungguli mereka. Saya ingin proposal yang konkret dalam waktu satu minggu."Beberapa orang di

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 4 - Mama Arka

    Seharian ini Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya terus berputar pada satu hal—ulang tahun Arka yang semakin dekat.Ia ingin tahu bagaimana kabar putranya. Ingin tahu apakah Arka baik-baik saja tanpa dirinya. Ingin tahu... apakah Arka masih mengingatnya.Namun, semakin ia berpikir, semakin berat perasaannya. Ia dan Dirga sudah lama tidak berbicara di luar urusan pekerjaan. Menanyakan tentang Arka seakan menjadi hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.Tapi hari ini, ia harus melakukannya.Saat jam kerja sudah selesai, Kirana mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia berjalan ke arah ruangan Dirga, namun langkahnya melambat ketika melihat seseorang keluar lebih dulu—Arya, salah satu manager muda paling berprestasi di kantor mereka.Arya menoleh dan tersenyum. “Oh, Kirana! Kamu mau ketemu Pak Dirga?” tanyanya santai.Kirana balas tersenyum kecil. “Iya, ada yang mau saya tanyakan.”“Wah, kebetulan. Aku juga baru ngobrol sama dia, tapi kayaknya mood-nya lagi kura

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 5 - Bertemu Arka

    Dirga melirik jam tangannya begitu mobilnya berhenti di depan sekolah Arka. Panggilan dari pihak sekolah pagi tadi membuatnya terpaksa menyelipkan waktu di antara jadwal meetingnya yang padat.Begitu dia masuk ke ruang guru, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya. “Selamat siang, Pak Dirga. Saya Bu Lita, wali kelas Arka. Silakan duduk.”Dirga mengangguk singkat dan menarik kursi di hadapan sang guru. “Ada apa dengan Arka, Bu?”Bu Lita tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. “Begini, Pak. Kami memperhatikan ada perubahan dalam sikap Arka belakangan ini. Biasanya dia aktif dan ceria, tapi sekarang dia sering menyendiri. Dia jarang bermain dengan teman-temannya, lebih banyak melamun saat pelajaran, dan terkadang terlihat gelisah.”Dirga menegakkan punggungnya, ekspresinya tetap dingin meski pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. “Maksud Ibu, dia mengalami kesulitan belajar?”“Bukan hanya itu.” Bu Lita mengusap kedua tangannya. “Beberapa kali, dia terlihat seperti an

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 6 - Bertemu Arka (2)

    Kirana menelan ludah saat berdiri di samping mobil hitam yang mengilap itu. Mercedes-Benz GLC. Bukan sekadar mobil, ini adalah kendaraan mewah yang rasanya lebih cocok buat pejabat atau orang-orang elit di drama Korea yang biasa ia tonton.Tangannya sedikit gemetar saat meraih handle pintu. Begitu pintu terbuka, aroma khas interior kulit langsung menyapa penciumannya, disusul dengan tampilan dashboard yang penuh layar digital. Astaga, ini mobil atau kokpit pesawat?Dengan hati-hati, Kirana duduk di balik kemudi. Joknya empuk, terlalu nyaman dibandingkan mobil mungilnya yang biasa ia bawa ke mana-mana. Ia mencoba menyesuaikan posisi duduk, tapi malah salah pencet tombol di sisi kursi, membuatnya tiba-tiba terdorong maju hingga hampir menempel ke setir."Astagaaa..." Kirana buru-buru menekan tombol lain dan mundur sedikit. Jantungnya sudah berdetak cepat sebelum ini, tapi sekarang makin menggila.Deg-degan. Antara mau ketemu Arka dan harus nyetir mobil yang harganya bisa buat beli rumah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 7 - Kirana Menangis

    Kirana duduk di lantai kamar Arka, mengamati betapa cerianya anak itu saat menyusun balok-balok warna-warni menjadi menara tinggi. Sesekali, Arka tertawa riang, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tangannya yang mungil dengan lincah menyusun satu demi satu balok, lalu menoleh ke Kirana dengan senyum lebarnya."Tante Kirana lihat! Tinggi banget, kan?" Arka berseru bangga.Kirana menelan ludah, berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Matanya mulai basah, tapi ia tersenyum lebar, mengusap kepala Arka dengan lembut. "Iya, tinggi sekali! Arka pintar banget. Hati-hati, jangan sampai roboh, ya."Arka mengangguk antusias, lalu buru-buru mengambil balok lain untuk menambah ketinggian menaranya. Tawa kecilnya menggema di ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang begitu sederhana namun mendalam.Tanpa mereka sadari, di ambang pintu, Dirga berdiri diam. Matanya mengamati setiap gerakan Kirana dan Arka. Wajahnya tetap datar, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit dijela

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24

Bab terbaru

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 7 - Kirana Menangis

    Kirana duduk di lantai kamar Arka, mengamati betapa cerianya anak itu saat menyusun balok-balok warna-warni menjadi menara tinggi. Sesekali, Arka tertawa riang, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tangannya yang mungil dengan lincah menyusun satu demi satu balok, lalu menoleh ke Kirana dengan senyum lebarnya."Tante Kirana lihat! Tinggi banget, kan?" Arka berseru bangga.Kirana menelan ludah, berusaha menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Matanya mulai basah, tapi ia tersenyum lebar, mengusap kepala Arka dengan lembut. "Iya, tinggi sekali! Arka pintar banget. Hati-hati, jangan sampai roboh, ya."Arka mengangguk antusias, lalu buru-buru mengambil balok lain untuk menambah ketinggian menaranya. Tawa kecilnya menggema di ruangan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan yang begitu sederhana namun mendalam.Tanpa mereka sadari, di ambang pintu, Dirga berdiri diam. Matanya mengamati setiap gerakan Kirana dan Arka. Wajahnya tetap datar, tapi ada sesuatu di sorot matanya yang sulit dijela

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 6 - Bertemu Arka (2)

    Kirana menelan ludah saat berdiri di samping mobil hitam yang mengilap itu. Mercedes-Benz GLC. Bukan sekadar mobil, ini adalah kendaraan mewah yang rasanya lebih cocok buat pejabat atau orang-orang elit di drama Korea yang biasa ia tonton.Tangannya sedikit gemetar saat meraih handle pintu. Begitu pintu terbuka, aroma khas interior kulit langsung menyapa penciumannya, disusul dengan tampilan dashboard yang penuh layar digital. Astaga, ini mobil atau kokpit pesawat?Dengan hati-hati, Kirana duduk di balik kemudi. Joknya empuk, terlalu nyaman dibandingkan mobil mungilnya yang biasa ia bawa ke mana-mana. Ia mencoba menyesuaikan posisi duduk, tapi malah salah pencet tombol di sisi kursi, membuatnya tiba-tiba terdorong maju hingga hampir menempel ke setir."Astagaaa..." Kirana buru-buru menekan tombol lain dan mundur sedikit. Jantungnya sudah berdetak cepat sebelum ini, tapi sekarang makin menggila.Deg-degan. Antara mau ketemu Arka dan harus nyetir mobil yang harganya bisa buat beli rumah

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 5 - Bertemu Arka

    Dirga melirik jam tangannya begitu mobilnya berhenti di depan sekolah Arka. Panggilan dari pihak sekolah pagi tadi membuatnya terpaksa menyelipkan waktu di antara jadwal meetingnya yang padat.Begitu dia masuk ke ruang guru, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya. “Selamat siang, Pak Dirga. Saya Bu Lita, wali kelas Arka. Silakan duduk.”Dirga mengangguk singkat dan menarik kursi di hadapan sang guru. “Ada apa dengan Arka, Bu?”Bu Lita tampak ragu sejenak, lalu menghela napas. “Begini, Pak. Kami memperhatikan ada perubahan dalam sikap Arka belakangan ini. Biasanya dia aktif dan ceria, tapi sekarang dia sering menyendiri. Dia jarang bermain dengan teman-temannya, lebih banyak melamun saat pelajaran, dan terkadang terlihat gelisah.”Dirga menegakkan punggungnya, ekspresinya tetap dingin meski pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. “Maksud Ibu, dia mengalami kesulitan belajar?”“Bukan hanya itu.” Bu Lita mengusap kedua tangannya. “Beberapa kali, dia terlihat seperti an

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 4 - Mama Arka

    Seharian ini Kirana tidak bisa fokus bekerja. Pikirannya terus berputar pada satu hal—ulang tahun Arka yang semakin dekat.Ia ingin tahu bagaimana kabar putranya. Ingin tahu apakah Arka baik-baik saja tanpa dirinya. Ingin tahu... apakah Arka masih mengingatnya.Namun, semakin ia berpikir, semakin berat perasaannya. Ia dan Dirga sudah lama tidak berbicara di luar urusan pekerjaan. Menanyakan tentang Arka seakan menjadi hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.Tapi hari ini, ia harus melakukannya.Saat jam kerja sudah selesai, Kirana mengambil napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia berjalan ke arah ruangan Dirga, namun langkahnya melambat ketika melihat seseorang keluar lebih dulu—Arya, salah satu manager muda paling berprestasi di kantor mereka.Arya menoleh dan tersenyum. “Oh, Kirana! Kamu mau ketemu Pak Dirga?” tanyanya santai.Kirana balas tersenyum kecil. “Iya, ada yang mau saya tanyakan.”“Wah, kebetulan. Aku juga baru ngobrol sama dia, tapi kayaknya mood-nya lagi kura

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 3 - Mulai Terusik

    Ruang rapat dipenuhi suara gumaman ketika Kirana selesai memaparkan hasil analisisnya. Beberapa anggota tim saling bertukar pandang, sementara beberapa lainnya sibuk mencatat poin-poin penting yang ia sampaikan. Kirana menutup presentasi dengan mantap, tangannya tetap terlipat di depan dada, menunggu reaksi.Dirga menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak terbaca. "Jadi, menurutmu strategi kita saat ini tidak cukup kompetitif?"Kirana menatapnya tanpa gentar. "Saya hanya menunjukkan data dan perbandingan di lapangan. Jika ingin mendominasi pasar, kita perlu menyesuaikan pendekatan."Salah satu manajer pemasaran mengangguk setuju. "Analisisnya masuk akal, Pak Dirga. Kompetitor memang lebih agresif dalam strategi digital mereka."Alih-alih mengakui, Dirga malah menyilangkan tangan dan menatap Kirana dengan tatapan menilai. "Kalau begitu, coba buktikan. Buat strategi pemasaran yang bisa mengungguli mereka. Saya ingin proposal yang konkret dalam waktu satu minggu."Beberapa orang di

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 2 - Kembali Gadis

    Di sela-sela pekerjaannya, Dirga duduk di balik meja besar di ruangannya, sibuk membaca laporan proyek yang sedang berjalan."Pak Dirga, maaf mengganggu. Ini dokumen tambahan untuk proyek yang dikerjakan Bu Kirana," ujar Reza, sekretarisnya sambil meletakkan map di meja.Dirga hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi detik berikutnya, sekretarisnya menambahkan dengan nada sedikit jahil, "Oh iya, Pak, sepertinya Bu Kirana karyawan baru itu punya banyak penggemar di kantor ini."Sudah seminggu yang lalu sejak kejadian dia membuat Kirana terluka di hari pertama pertemuan mereka. Apakah ejekan sarkasnya pada Kirana memang jadi kenyataan, kalau Kirana beneran kembali jadi gadis?Mata Dirga akhirnya beralih dari dokumen. "Penggemar?"Sekretarisnya terkikik. "Iya, Pak. Banyak yang diam-diam naksir. Bahkan ada anak magang yang terang-terangan ngasih kopi ke meja Bu Kirana setiap pagi."Alis Dirga sedikit berkerut, tetapi matanya masih tertuju pada laporan. "Anak magang?"Reza mengangguk, nada s

  • Seatap dengan Mantan Suami   BAB 1 - Kembali Terluka

    Suasana ruang meeting terasa tegang. Kirana merapikan catatan di tangannya, memastikan semua poin presentasinya tersusun rapi. Sudah sebulan ia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya ia harus mempresentasikan strategi marketing langsung di hadapan CEO—sosok misterius yang selama ini belum pernah ia temui."Jangan gugup," bisik Aulia, rekan kerjanya. "Katanya CEO kita tuh visioner banget, tapi agak dingin. Kalau idemu bagus, dia pasti suka."Kirana mengangguk, berusaha meyakinkan diri. Toh, ia sudah terbiasa menghadapi atasan yang perfeksionis. Lagipula, ini hanya presentasi biasa, bukan sesuatu yang harus ditakuti.Pintu terbuka. Seorang pria memasuki ruangan dengan langkah tenang, jasnya rapi, auranya mendominasi seketika.Kirana yang awalnya berdiri siap untuk memulai presentasi, mendadak membeku. Napasnya tercekat.Pria itu.Mantan suaminya.Dirga.Dada Kirana berdegup kencang. Ia ingin percaya bahwa ini hanya ilusi—bahwa sosok yang kini berdiri di hadapannya, dengan tatapan taja

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status