Bel istirahat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Brian dan Felysia langsung memutuskan untuk pergi ke kantin. Dengan langkah kecil, mereka berdua berjalan menuju pintu kelas. Sebelum benar-benar keluar dari kelas, Brian sempat menatap Ardiansyah yang sedang mencatat sebuah materi fisika.
Ia masih bingung dengan kejadian kemarin, sebenarnya siapa laki-laki itu? Kenapa laki-laki itu sangat peka dengan perasaan seseorang? Dan, kenapa laki-laki itu selalu tampil dengan mata sayu?
Ia menghilangkan semua pemikirannya, saat sudah berada di luar kelas. Ia menggenggam erat tangan kiri Felysia, lalu tersenyum kecil. Seakan menunjukkan kalau dirinya sedang bahagia.
Tak begitu lama, akhirnya mereka sampai di kantin. Mereka melihat banyak murid yang sudah mengantri memesan makanan. Bahkan, Brian tidak yakin, kalau dirinya bisa memesan makanan sebelum bel masuk berbunyi.
"Gimana?" tanya Felysia.
"Istirahat kedua aja," jawab Brian.
Brian dan Felysia pun langsung meninggalkan kantin. Mereka berniat kembali ke kelas. Tetapi, langkah mereka berhenti saat melihat segerombolan murid sedang mengelilingi satu orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Brian mencoba untuk melihat jelas, siapa yang menjadi alasan para murid bergerombol di sana. Dan, saat sudah berada di barisan terdepan, ia langsung paham kenapa semua murid sedang berkumpul.
Lagi-lagi. Ia melihat ada seorang laki-laki bodoh yang sedang menyatakan perasaannya kepada Laura. Ia tersenyum tipis, karena ia tau kalau laki-laki itu akan mendapatkan sebuah penolakan dari Laura.
Dan, benar. Ia melihat Laura menggelengkan kepala. Yang berarti, Laura menolak perasaan laki-laki itu. Dengan begini bertambah satu lagi, laki-laki yang patah hati, karena cintanya ditolak oleh Laura.
"Gua udah punya pacar," ucap Laura.
Sontak semua murid yang ada di sana langsung terkejut. Sejak kapan Laura memiliki pacar? Dan, siapa pacarnya? Itu lah pertanyaan yang berada di benak para murid yang lain.
Brian menatap tajam Laura. Ia sangat ingin tau, siapa laki-laki yang bisa menaklukkan perempuan itu. Sebenarnya, ia tidak yakin, kalau sekarang Laura sudah memiliki pacar. Karena bisa saja, Laura mengucapkan itu hanya sebagai alasan, agar tidak ada laki-laki yang mendekatinya. Dan, kalau benar itu hanya sebuah alasan. Ia ingin lihat, siapa laki-laki yang akan membantu Laura berbohong.
Semua murid melotot sempurna. Saat Laura menarik seorang laki-laki dari kerumunan, lalu memeluk tubuh laki-laki itu dengan erat sambil tersenyum. Brian tidak menyangka, kalau laki-laki itu berpacaran dengan Laura. Ia tau, kalau ini adalah sebuah kebohongan. Lagi pula, bagaimana bisa mereka berpacaran? Laki-laki itu baru saja pindah ke SMA ini kemarin. Dan, kemarin lelaki itu selalu bersamanya. Jadi, ia tau, kalau lelaki itu belum berkenalan dengan Laura.
"Ardiansyah," gumam Brian.
Brian tersenyum. Sekarang, ia ingin melihat reaksi Ardiansyah. Apa laki-laki itu akan mengikuti rencana Laura? Atau, akan menghancurkan seluruh rencana Laura.
"Mata lo rabun, udah jelas-jelas gua lebih terkenal dari pada dia," ucap Carlo.
Nova Carlo, murid kelas XII yang terkenal dengan ketampanannya. Ketenarannya semakin menjadi-jadi saat ia berhasil menjadi kapten tim basket tahun lalu. Tidak ada perempuan di SMA Nusa Bangsa yang tidak menyukai laki-laki itu. Bahkan, semua murid perempuan, selalu berharap agar bisa menjadi kekasih laki-laki itu. Tetapi, itu tidak berlaku untuk Laura yang sudah mencintai lelaki lain.
Emosi Nova semakin meningkat, saat melihat Laura bersembunyi di belakang Ardiansyah. Ia mengepalkan tangannya erat, lalu meluncurkannya ke arah wajah Ardiansyah. Dengan sepenuh tenaga, ia yakin, kalau pukulannya ini akan membuat lelaki yang sedang berada di hadapannya terkapar lemas. Tetapi, pukulannya bisa ditangkis oleh Ardiansyah.
Sekarang gantian Ardiansyah yang melayangkan sebuah pukulan. Dengan cepat, ia melayangkan sebuah pukulan ke arah perut Nova. Saat ia melihat tangan Nova mulai bergerak, ia langsung memutar tubuhnya. Lalu menendang tubuh bagian kanan Nova dengan kuat. Dan, berhasil, tubuh Nova terhempas setelah menerima tendangan dari Ardiansyah.
"Nggak buruk juga," ucap Nova sambil memegangi tangan kanannya.
Nova menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan. Ia benar-benar sudah dikecoh oleh Ardiansyah. Ia tidak menyangka, kalau laki-laki menggunakan sebuah pukulan hanya untuk mengecohnya. Lagi pula, ia heran, kenapa tendangan laki-laki itu sangat kuat? Apa benar, laki-laki itu murid SMA?
"Jangan pernah sentuh milik gua," ucap Ardiansyah lalu menarik Laura menjauh dari kerumunan.
Brian menatap Ardiansyah dengan tatapan tajam. Ia sangat kagum dengan kecepatan laki-laki itu dalam mengganti sebuah serangan. Tetapi ia bingung, kenapa laki-laki itu bisa melakukan gerakan itu? Kalau, ia berada di posisi itu, pasti ia akan terus melanjutkan tinjuannya dan berakhir dengan sebuah tangkisan dari Nova. Tetapi, laki-laki itu berbeda. Dalam sekejap, laki-laki itu sadar, kalau Nova akan menangkis serangannya, dan dalam hitungan detik juga, laki-laki itu menghentikan pukulannya lalu melayangkan sebuah tendangan.
"Insting yang merepotkan," gumam Brian.
Akan sangat merepotkan, kalau Brian harus berhadapan dengan laki-laki itu. Bahkan, ia yang selalu percaya diri dengan ilmu bela dirinya, langsung kehilangan kepercayaan dirinya. Ia ragu dengan kekuatan dan kecepatannya yang sekarang, apa bisa setara dengan laki-laki itu?
Sedangkan di satu sisi. Felysia mulai curiga dengan Ardiansyah. Setelah melihat kejadian tadi, ia semakin yakin kalau laki-laki itu adalah bodyguard yang dimaksud oleh Reno. Tetapi, laki-laki itu tidak memiliki hubungan dengannya. Satu-satunya petunjuk yang ia punya sekarang adalah bodyguardnya memiliki hubungan dengannya. Tetapi, laki-laki itu tidak mempunyai hubungan dengannya. Bahkan, mereka berdua tidak berteman.
Matanya beralih memandang Brian. Masih ada kemungkinan, kalau laki-laki yang sedang berada di sampingnya ini adalah bodyguardnya yang sebenarnya.
"Kenapa?" tanya Brian sambil menatap Felysia.
"Gerakan Ardiansyah tadi, menurutmu gimana?" tanya Felysia.
"Gimana, ya. Gua sih nggak pernah lihat gerakan kayak gitu. Tapi gua yakin, kalau cuma orang yang sudah terbiasa bertarung, yang bisa ngelakuin gerakan itu."
Felysia mendapatkan sebuah petunjuk. Kalau, benar kata Brian. Berarti, Ardiansyah sudah terbiasa dengan pertarungan. Dan, berarti ilmu bela dirinya berada di atas rata-rata. Itu menambah kemungkinan, kalau laki-laki itu adalah bodyguardnya.
"Kalau kamu disuruh pilih. Jadi teman dia, atau jadi musuh dia. Kamu pilih yang mana?" tanya Felysia.
"Untuk sekarang, mungkin gua bakal pilih jadi teman. Gua nggak tau, seberapa kuat dia. Jadi, gua pilih aman aja," jawab Brian.
"Lagi pula, gua nggak bakal bisa ngalahin dia. Dari sifatnya, dia bukan orang yang bisa nerima kekalahan begitu saja," lanjut Brian.
"Kamu udah kenal dekat sama dia?" tanya Felysia.
"Belum. Tapi, kemarin gua sadar, kalau laki-laki itu sangat peka sama lingkungan sekitarnya. Dan, biasanya orang seperti itu, bakal ngelakuin apapun, agar orang yang ada di sekitarnya bahagia. Orang yang nggak kenal dengan kata-kata menyerah."
"Bukanya itu bagus?"
"Bagus buat orang lain. Tapi, kerugian buat dia."
"Maksud kamu?"
"Cepat atau lambat, orang itu bakal rusak."
Laura menghentikan langkahnya, saat laki-laki yang berada di depannya berhenti. Sekarang, mereka berdua sedang berada di taman sekolah. Matanya memandang wajah laki-laki itu. Wajah yang tidak membuat orang bosan, saat menatapnya. Semuanya sempurna. Kecuali, mata yang selalu terlihat sayu.Mengenai kejadian tadi, ia sendiri tidak menyangka, kalau lelaki itu membantunya berbohong."Siapa nama lo?" tanya Laura.Laura mendengus kesal. Karena, ia tak kunjung mendapatkan sebuah jawaban. Laki-laki yang di hadapannya sekarang, hanya diam sambil menatap ke arah langit."Hei, siapa nama lo?" tanya Laura."Terserah lo mau manggil gua apa. Yang penting, jangan nama asli gua," jawab laki-laki itu.Laura yang kesal, langsung menarik tubuh laki-laki itu. Sekarang, laki-laki itu sudah menghadap ke arahnya. Jadi, ia bisa melihat name tag laki-laki itu."Ardiansyah," gumam Laura.Nama yang tidak buruk. Tetapi, kenapa laki-laki itu tidak ingin dipa
Bel pulang sekolah berbunyi. Tanda, kalau semua pembelajaran hari ini sudah selesai. Dengan perasaan senang, semua murid pun, langsung menuju ke parkiran.Di parkiran, sudah banyak murid yang sedang mencoba mengeluarkan sepeda motornya dari keramaian yang ada. Terlalu banyak yang mengendarai sepeda motor, sampai-sampai parkiran sekolah penuh.Tiba-tiba, aktivitas mereka terhenti, saat melihat ada sepasang kekasih memasuki parkiran. Mereka menatap sepasang kekasih itu dengan tatapan tajam. Sepasang kekasih itu adalah Ardiansyah dan Laura.Berita tentang mereka resmi berpacaran sudah menyebar ke seluruh murid yang bersekolah di SMA Nusa Bangsa. Tentu saja, semua murid laki-laki langsung kecewa setelah mendengar itu. Bidadari yang selama ini mereka idam-idamkan, sudah menjadi milik orang lain. Tetapi, masih banyak beranggapan, kalau itu hanyalah gosip belaka. Karena, tidak mungkin, seorang murid baru, bisa mendapatkan bidadari idaman mereka.&nb
Semua murid kelas XI MIPA-1 sedang tegang. Karena, hari ini, adalah hari pembagian hasil ulangan harian yang diadakan kemarin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.45, yang berarti sebentar lagi Vito akan masuk ke dalam kelas. Vito adalah guru yang mengajar mata pelajaran fisika. Sebuah mata pelajaran yang paling dibenci oleh seluruh murid.Suasana langsung hening saat Vito memasuki kelas dengan membawa setumpuk kertas. Di kertas tersebut, ada sebuah jawab masing-masing murid, dan tentu saja, ada nilai mereka."Selamat pagi," ucap Vito sambil menaruh setumpuk kertas yang tadi ia bawa ke atas meja."Pagi, Pak," jawab seluruh murid."Karena, kemarin kita habis ulangan harian. Bapak pikir, hari ini lebih baik kalian santai-santai sambil ngambil hasil nilai kalian," ucap Vito.Vito berbeda dari guru lainnya. Cara mengajarnya lebih santai. Tetapi, saat ada salah satu muridnya mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Ia pasti akan langsung menghukum murid
Brian duduk di pinggir lapangan basket. Ia menatap jaring ring yang sejak tadi bergerak karena hembusan angin yang cukup kencang. Rasanya, sudah lama sekali, ia tidak bermain basket.Ia tersenyum, saat melihat jam tangannya. Sekarang sudah jam 15.00, berarti waktunya untuk pulang ke rumah. Ia berdiri lalu berbalik. Ia kaget, saat melihat Ardiansyah berada di hadapannya."Kenapa? Apa lo mau main basket?" tanya Brian."Pengen, tapi nggak boleh sama dokter," jawab Ardiansyah sambil memandang ring basket.Dokter? Apa laki-laki yang ada di hadapannya ini punya penyakit? Tetapi, ia terlihat sangat sehat. Dan, Brian sama sekali, tidak pernah melihat laki-laki itu minum obat."Antara Felysia dan Laura. Lo pilih yang mana?" tanya Ardiansyah."Felysia lah. Dia kan pacar gua," jawab Brian."Kalau gitu, nggak ada masalah, kalau gua pacaran sama Laura."Brian langsung terdiam. Benar juga, laki-laki yang berada di hadapannya ini, s
Felysia sedang menikmati sebuah cemilan di ruang tamu. Hari ini adalah hari minggu. Jadi, ia tidak perlu belajar, maupun pergi ke sekolah. Setiap hari minggu, pasti ia habiskan untuk memakan cemilan, menonton TV, tidur, dan membaca novel. Selalu saja begitu. Kencan dengan Brian? Tentu saja tidak. Reno selalu melarang Felysia untuk keluar rumah saat hari minggu tiba.Mata perempuan itu fokus menatap TV. Ia sedang melihat film kesayangan. Pandangannya beralih menatap jam dinding. Dan, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00. Yang berarti, film kesayangannya sebentar lagi akan berakhir. Dan, ia akan kembali merasa bosan.Pandangannya beralih lagi, menatap seorang pria paruh baya yang sedang membaca koran. Siapa lagi kalau bukan Reno. Sang Ayah yang terlalu mengekangnya."Ayah pernah bilang, kalau aku punya bodyguard pribadi. Tapi, aku belum pernah ngelihat dia," ucap Felysia."Belum saatnya kamu tau identitas dia," ucap Reno.Felysia m
Ardiansyah sudah masuk ke dalam area parkiran SMA Nusa Bangsa. Ia mencari area yang kosong, untuk memarkirkan sepedanya. Matanya menatap sebuah area kosong di paling ujung. Dengan cepat, ia mengayuh pedal sepedanya.Matanya langsung melotot kaget, saat melihat ada perempuan yang tiba-tiba berdiri di jalan yang akan ia lewati. Dengan cekatan, ia langsung menarik rem sepedanya, lalu kakinya dengan cepat menginjak lantai, supaya badannya tidak terjatuh. Ia menghembuskan nafas panjang. Ia bersyukur karena tidak menabrak perempuan itu."Mata lo buta!" bentak Ardiansyah sambil turun dari sepedanya."Ya elah, kalem aja kali. Nggak kena juga, 'kan," ucap perempuan itu.Ardiansyah menatap perempuan itu malas. Perempuan yang sangat ingin ia bentak. Tetapi, ia ingat, kalau perempuan itu adalah pacar Brian. Jadi, ia urungkan niatnya itu. Ia tidak mau, karena ia membentak gadis itu, pertemanannya dengan Brian jadi rusak."Apa mau lo?" tanya Ardiansyah.&nb
Brian berjalan santai menuju ke arah kantin. Sesekali, ia menyapa orang yang berada di pinggir koridor. Sekarang sudah waktunya istirahat, makanya seluruh murid diperbolehkan berada di luar kelas. Dan, sekarang Brian ingin ke kantin untuk membeli sebuah minuman untuk Felysia.Langkahnya terhenti saat ia berada di dekat toilet murid laki-laki. Ia mendengar suara kegaduhan dari dalam toilet. Dari suara yang ia dengar, ia yakin kalau salah satu orang yang ada di dalam adalah Nova Carlo.Ia melangkahkan kakinya lagi. Tetapi, langkahnya kembali terhenti, saat ia mendengarkan suara yang sudah sangat familiar di telinganya. Itu adalah suara Ardiansyah.Dari yang ia dengar, ia bisa menebak, kalau di dalam sana ada empat atau bahkan lima orang. Kalau dugaannya benar. Nova berada di dalam sana, sudah bisa dipastikan, kalau Ardiansyah sedang di-bully.Tetapi, ia tidak peduli. Lagipula, ia yakin, kalau Ardiansyah bisa melawan musuh-musuhnya tanpa bantuannya.
Ardiansyah tersenyum kecil sambil menyeka darah yang baru saja keluar dari sudut bibirnya. Pandangannya beralih menatap Brian yang sedang menyeka keringatnya.Baru saja, mereka berdua berhasil mengalahkan empat senior mereka. Bertarung secara brutal di dalam kamar mandi. Ardiansyah tidak menyangka, kalau dirinya akan bertarung dengan salah satu seniornya.Ardiansyah menatap ke arah kaca kamar mandi. Untung saja, perkelahiannya tadi tidak membuat kerusakan sedikitpun, jadi tidak akan ada barang bukti yang menunjukkan bahwa ada sebuah pertarungan.Pertarungannya tadi menyita banyak waktu. Dan, sekarang sudah hampir jam istirahat kedua. Yang berarti, mereka telah bolos tiga jam mata pelajaran."Gimana? Mau masuk kelas atau bolos ke kantin sekalian?" tanya Brian."Terserah," jawab Ardiansyah."Kayaknya ke UKS dulu. Luka lo harus diobatin dulu.""Nggak perlu."Brian langsung melangkahkan kakin