Laura menghentikan langkahnya, saat laki-laki yang berada di depannya berhenti. Sekarang, mereka berdua sedang berada di taman sekolah. Matanya memandang wajah laki-laki itu. Wajah yang tidak membuat orang bosan, saat menatapnya. Semuanya sempurna. Kecuali, mata yang selalu terlihat sayu.
Mengenai kejadian tadi, ia sendiri tidak menyangka, kalau lelaki itu membantunya berbohong.
"Siapa nama lo?" tanya Laura.
Laura mendengus kesal. Karena, ia tak kunjung mendapatkan sebuah jawaban. Laki-laki yang di hadapannya sekarang, hanya diam sambil menatap ke arah langit.
"Hei, siapa nama lo?" tanya Laura.
"Terserah lo mau manggil gua apa. Yang penting, jangan nama asli gua," jawab laki-laki itu.
Laura yang kesal, langsung menarik tubuh laki-laki itu. Sekarang, laki-laki itu sudah menghadap ke arahnya. Jadi, ia bisa melihat name tag laki-laki itu.
"Ardiansyah," gumam Laura.
Nama yang tidak buruk. Tetapi, kenapa laki-laki itu tidak ingin dipanggil dengan nama itu. Nama yang begitu panjang untuk dijadikan sebuah nama panggilan. Jadi, Laura memikirkan nama yang singkat untuk memanggil laki-laki itu.
"Gimana kalau Ans?" tanya Laura.
"Terserah, gua nggak begitu peduli," jawab Ardiansyah.
"Oke," ucap Laura.
"Bisa minta waktunya sebentar?" tanya Laura.
"Tentu," jawab Ardiansyah.
Laura dan Ardiansyah pun duduk di kursi taman. Kursi yang selama ini di tempati oleh sepasang kekasih, sekarang sedang di duduki oleh mereka. Jadi, wajar kalau banyak orang yang sedang berada di sana, menganggap mereka berdua sepasang kekasih.
"Makasih untuk yang tadi," ucap Laura.
"Sama-sama," ucap Ardiansyah.
Laura kesal dengan sifat Ardiansyah. Kenapa lelaki itu sangat dingin kepadanya? Apa ada yang salah dengan laki-laki itu? Sekarang laki-laki itu sedang bersama perempuan yang sangat diindam-idamkan oleh seluruh laki-laki. Tetapi, lelaki itu malah bersifat cuek.
"Gua punya satu permintaan," ucapkan Laura.
"Apa?" tanya Ardiansyah.
"Gua mohon, lo tetap jadi pacar bohongan gua, sampai gua lulus dari sini."
Laura sangat yakin, kalau laki-laki itu akan memenuhi permintaannya. Siapa sih, laki-laki yang mau menolak permintaan itu? Apalagi permintaan itu, diucapkan oleh perempuan tercantik di SMA Nusa Bangsa. Singkatnya, tidak ada laki-laki yang tidak ingin menjadi pacar Laura, walaupun hanya sebatas pacar bohongan.
"Ogah."
Sontak, mata Laura membulat sempurna. Apa ia salah dengar? Atau, memang laki-laki itu menolak permintaannya. Baru kali ini, ada seorang laki-laki yang menolak permintaannya. Selama ini, semua laki-laki yang pernah ia temui, selalu mengiyakan seluruh permintaannya. Tetapi, laki-laki yang sedang bersamanya ini berbeda.
"Mending lo cari yang lain," ucap Ardiansyah sambil berdiri.
Sontak, Laura langsung mengcekeram tangan Ardiansyah. Ia tidak bisa melepaskan lelaki itu begitu saja. Bagaimana pun, laki-laki itu harus mau mengikuti rencananya, agar ia tidak diganggu oleh laki-laki lainnya. Ia akan membuat laki-laki itu tunduk kepadanya, apapun itu caranya.
"Gua bakal bayar lo," ucap Laura.
"Gua nggak butuh uang lo," ucap Ardiansyah.
"Gua bakal ngelakuin apapun yang lo mau."
"Apa seorang idola, pantas ngomong kayak gitu?"
Laura menghembuskan nafas panjang. Perlahan, ia mulai melepaskan cengkremannya. Benar kata laki-laki itu, ia tidak seharusnya mengucapkan kalimat itu. Untung saja, ia mengucapkan kalimat itu di hadapan Ardiansyah. Laki-laki yang sekali tidak tertarik pada wajah, uang, bahkan tubuhnya. Sekarang, ia yakin, kalau laki-laki itu, tidak menginginkan apapun darinya. Dan, itu membuatnya, semakin yakin, bahwa hanya laki-laki itu, yang pantas menjadi pacar bohongannya.
"Gimana caranya, biar lo mau bantu gua?" tanya Laura.
"Gua nggak punya alasan buat bantu lo. Kalau, gua punya satu saja alasan, pasti gua bakal bantu lo," jawab Ardiansyah.
Alasan. Laura bingung, apa harus ada sebuah alasan, untuk membantu seorang lain? Dan, apa selama ini, laki-laki itu selalu bertindak, sesuai alasan yang ada. Tetapi, sekarang, Laura tidak bisa memikirkan alasan apapun.
"Kenapa lo tadi bantu gua?" tanya Laura.
"Gua nggak ada niatan bantu lo. Tadi gua cuma balas pukulan dia. Cuma itu doang, nggak lebih," jawab Ardiansyah.
Laura semakin kebingungan. Tidak ada sebuah alasan, agar lelaki itu tetap membantu dirinya. Ia hanya butuh satu alasan. Dan, semuanya akan berjalan sesuai rencananya selama ini. Sebuah alasan, untuk mengembalikan dunianya yang tenang.
"Gua nggak bisa ngasih alasan apapun," ucap Laura.
"Tapi, gua mohon bantu gua," lanjutnya sambil menundukkan kepalanya.
"Oke," ucap Ardiansyah sambil mengulurkan tangannya.
Dengan cepat, Laura menatap Ardiansyah. Apa benar, lelaki itu akan membantunya? Padahal, ia tidak memberikan alasan apapun. Laki-laki itu tidak mendapatkan sebuah keuntungan dari kebohongan ini. Tetapi, kenapa lelaki itu sepakat untuk memulai kebohongan ini? Laki-laki yang aneh.
"Ini beneran?" tanya Laura sambil uluran tangan Ardiansyah.
"Tentu," ucap Ardiansyah.
Sontak, Laura langsung menjabat tangan Ardiansyah, lalu memeluk tubuh laki-laki itu dengan erat. Dengan begini, tidak akan ada lagi, laki-laki yang berani mendekatinya. Dan, ia bisa menikmati kehidupannya dengan tenang.
"Terima kasih," ucap Laura di telinga Ardiansyah.
Setelah itu, ia langsung melepaskan pelukannya. Lalu, ia mundur satu langkah. Senyumannya masih terukir sempurna. Hari ini, akan menjadi awal mula kisah Laura dan Ardiansyah. Sebuah kisah yang diawali dengan sebuah kebohongan, dan diharap bisa membuahkan sebuah kebahagiaan.
"Kalau gitu, gua balik ke kelas dulu. Nanti gua tunggu di parkiran," ucap Laura lalu melenggang pergi.
"Mau ngapain?" tanya Ardiansyah.
"Udah tugas cowo, buat nganterin pacarnya pulang."
"Oh."
Ardiansyah tersenyum tipis sambil melihat kepergian perempuan itu. Ia tau, kalau kebohongan ini, akan merepotkan dirinya sendiri. Ia tidak suka direpotkan. Tetapi, ia juga tidak bisa, membiarkan perempuan itu begitu saja. Ia tidak tega, setelah melihat perempuan itu menundukkan kepalanya.
"Gua suka baunya," ucap Ardiansyah sambil melenggang pergi.
Ardiansyah sangat suka dengan wangi Laura. Entah kenapa, wangi perempuan itu, membuatnya ingin selalu berada di dekat perempuan itu. Ia menyukai wangi perempuan itu. Tetapi, tidak dengan sikap perempuan itu. Baginya, perempuan itu, hanyalah perempuan manja yang selalu ingin keinginannya terkabulkan. Merepotkan. Tetapi, sekarang perempuan yang ia anggap merepotkan itu, sudah resmi menjadi kekasihnya.
Dengan cepat, beredar rumor tentang seorang murid baru bernama Ardiansyah telah berpacaran seorang gadis bernama Laura Clara Adelista yang selama ini telah menjadi incaran semua laki-laki yang ada di SMA Nusa Bangsa.
Entah, apa yang akan mereka berdua hadapi setelah ini. Ada kemungkinan, semua laki-laki yang menyukai Laura, akan menyerang Ardiansyah. Dan, ada juga kemungkinan, mereka mulai merelakan Laura. Bagaimanapun, Ardiansyah dan Laura sudah menjadi sebuah sepasang kekasih. Jadi, Ardiansyah akan terus menjaga perempuan itu sebaik mungkin. Setidaknya, ia akan menjaga perempuan itu, sampai ia benar-benar tidak punya alasan lagi untuk menjaga perempuan itu.
"Sekarang kita lihat. Dengan begini, apa lo bisa nemuin gua?"
Bel pulang sekolah berbunyi. Tanda, kalau semua pembelajaran hari ini sudah selesai. Dengan perasaan senang, semua murid pun, langsung menuju ke parkiran.Di parkiran, sudah banyak murid yang sedang mencoba mengeluarkan sepeda motornya dari keramaian yang ada. Terlalu banyak yang mengendarai sepeda motor, sampai-sampai parkiran sekolah penuh.Tiba-tiba, aktivitas mereka terhenti, saat melihat ada sepasang kekasih memasuki parkiran. Mereka menatap sepasang kekasih itu dengan tatapan tajam. Sepasang kekasih itu adalah Ardiansyah dan Laura.Berita tentang mereka resmi berpacaran sudah menyebar ke seluruh murid yang bersekolah di SMA Nusa Bangsa. Tentu saja, semua murid laki-laki langsung kecewa setelah mendengar itu. Bidadari yang selama ini mereka idam-idamkan, sudah menjadi milik orang lain. Tetapi, masih banyak beranggapan, kalau itu hanyalah gosip belaka. Karena, tidak mungkin, seorang murid baru, bisa mendapatkan bidadari idaman mereka.&nb
Semua murid kelas XI MIPA-1 sedang tegang. Karena, hari ini, adalah hari pembagian hasil ulangan harian yang diadakan kemarin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.45, yang berarti sebentar lagi Vito akan masuk ke dalam kelas. Vito adalah guru yang mengajar mata pelajaran fisika. Sebuah mata pelajaran yang paling dibenci oleh seluruh murid.Suasana langsung hening saat Vito memasuki kelas dengan membawa setumpuk kertas. Di kertas tersebut, ada sebuah jawab masing-masing murid, dan tentu saja, ada nilai mereka."Selamat pagi," ucap Vito sambil menaruh setumpuk kertas yang tadi ia bawa ke atas meja."Pagi, Pak," jawab seluruh murid."Karena, kemarin kita habis ulangan harian. Bapak pikir, hari ini lebih baik kalian santai-santai sambil ngambil hasil nilai kalian," ucap Vito.Vito berbeda dari guru lainnya. Cara mengajarnya lebih santai. Tetapi, saat ada salah satu muridnya mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Ia pasti akan langsung menghukum murid
Brian duduk di pinggir lapangan basket. Ia menatap jaring ring yang sejak tadi bergerak karena hembusan angin yang cukup kencang. Rasanya, sudah lama sekali, ia tidak bermain basket.Ia tersenyum, saat melihat jam tangannya. Sekarang sudah jam 15.00, berarti waktunya untuk pulang ke rumah. Ia berdiri lalu berbalik. Ia kaget, saat melihat Ardiansyah berada di hadapannya."Kenapa? Apa lo mau main basket?" tanya Brian."Pengen, tapi nggak boleh sama dokter," jawab Ardiansyah sambil memandang ring basket.Dokter? Apa laki-laki yang ada di hadapannya ini punya penyakit? Tetapi, ia terlihat sangat sehat. Dan, Brian sama sekali, tidak pernah melihat laki-laki itu minum obat."Antara Felysia dan Laura. Lo pilih yang mana?" tanya Ardiansyah."Felysia lah. Dia kan pacar gua," jawab Brian."Kalau gitu, nggak ada masalah, kalau gua pacaran sama Laura."Brian langsung terdiam. Benar juga, laki-laki yang berada di hadapannya ini, s
Felysia sedang menikmati sebuah cemilan di ruang tamu. Hari ini adalah hari minggu. Jadi, ia tidak perlu belajar, maupun pergi ke sekolah. Setiap hari minggu, pasti ia habiskan untuk memakan cemilan, menonton TV, tidur, dan membaca novel. Selalu saja begitu. Kencan dengan Brian? Tentu saja tidak. Reno selalu melarang Felysia untuk keluar rumah saat hari minggu tiba.Mata perempuan itu fokus menatap TV. Ia sedang melihat film kesayangan. Pandangannya beralih menatap jam dinding. Dan, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00. Yang berarti, film kesayangannya sebentar lagi akan berakhir. Dan, ia akan kembali merasa bosan.Pandangannya beralih lagi, menatap seorang pria paruh baya yang sedang membaca koran. Siapa lagi kalau bukan Reno. Sang Ayah yang terlalu mengekangnya."Ayah pernah bilang, kalau aku punya bodyguard pribadi. Tapi, aku belum pernah ngelihat dia," ucap Felysia."Belum saatnya kamu tau identitas dia," ucap Reno.Felysia m
Ardiansyah sudah masuk ke dalam area parkiran SMA Nusa Bangsa. Ia mencari area yang kosong, untuk memarkirkan sepedanya. Matanya menatap sebuah area kosong di paling ujung. Dengan cepat, ia mengayuh pedal sepedanya.Matanya langsung melotot kaget, saat melihat ada perempuan yang tiba-tiba berdiri di jalan yang akan ia lewati. Dengan cekatan, ia langsung menarik rem sepedanya, lalu kakinya dengan cepat menginjak lantai, supaya badannya tidak terjatuh. Ia menghembuskan nafas panjang. Ia bersyukur karena tidak menabrak perempuan itu."Mata lo buta!" bentak Ardiansyah sambil turun dari sepedanya."Ya elah, kalem aja kali. Nggak kena juga, 'kan," ucap perempuan itu.Ardiansyah menatap perempuan itu malas. Perempuan yang sangat ingin ia bentak. Tetapi, ia ingat, kalau perempuan itu adalah pacar Brian. Jadi, ia urungkan niatnya itu. Ia tidak mau, karena ia membentak gadis itu, pertemanannya dengan Brian jadi rusak."Apa mau lo?" tanya Ardiansyah.&nb
Brian berjalan santai menuju ke arah kantin. Sesekali, ia menyapa orang yang berada di pinggir koridor. Sekarang sudah waktunya istirahat, makanya seluruh murid diperbolehkan berada di luar kelas. Dan, sekarang Brian ingin ke kantin untuk membeli sebuah minuman untuk Felysia.Langkahnya terhenti saat ia berada di dekat toilet murid laki-laki. Ia mendengar suara kegaduhan dari dalam toilet. Dari suara yang ia dengar, ia yakin kalau salah satu orang yang ada di dalam adalah Nova Carlo.Ia melangkahkan kakinya lagi. Tetapi, langkahnya kembali terhenti, saat ia mendengarkan suara yang sudah sangat familiar di telinganya. Itu adalah suara Ardiansyah.Dari yang ia dengar, ia bisa menebak, kalau di dalam sana ada empat atau bahkan lima orang. Kalau dugaannya benar. Nova berada di dalam sana, sudah bisa dipastikan, kalau Ardiansyah sedang di-bully.Tetapi, ia tidak peduli. Lagipula, ia yakin, kalau Ardiansyah bisa melawan musuh-musuhnya tanpa bantuannya.
Ardiansyah tersenyum kecil sambil menyeka darah yang baru saja keluar dari sudut bibirnya. Pandangannya beralih menatap Brian yang sedang menyeka keringatnya.Baru saja, mereka berdua berhasil mengalahkan empat senior mereka. Bertarung secara brutal di dalam kamar mandi. Ardiansyah tidak menyangka, kalau dirinya akan bertarung dengan salah satu seniornya.Ardiansyah menatap ke arah kaca kamar mandi. Untung saja, perkelahiannya tadi tidak membuat kerusakan sedikitpun, jadi tidak akan ada barang bukti yang menunjukkan bahwa ada sebuah pertarungan.Pertarungannya tadi menyita banyak waktu. Dan, sekarang sudah hampir jam istirahat kedua. Yang berarti, mereka telah bolos tiga jam mata pelajaran."Gimana? Mau masuk kelas atau bolos ke kantin sekalian?" tanya Brian."Terserah," jawab Ardiansyah."Kayaknya ke UKS dulu. Luka lo harus diobatin dulu.""Nggak perlu."Brian langsung melangkahkan kakin
Saat bel pulang sekolah, Felysia dengan cepat memasukkan seluruh buku, pensil ke dalam tas ransel miliknya. Rasanya semakin membara saat mengingat perkataan sang kekasihnya."Ardiansyah mau jadi guru les lo. Jadi, lo harus dapat nilai bagus di pelajaran fisika."Kalimat Brian itu sangat membuat dirinya bahagia. Dengan begini, ia tidak perlu membujuk Ardiansyah lagi. Karena, laki-laki itu telah bersedia, walau kelihatannya terpaksa.Matanya beralih menatap seorang laki-laki yang duduk di samping Brian. Laki-laki itu akan adalah orang yang akan menjadi guru lesnya mulai sekarang, entah apa yang akan terjadi, tetapi ia harap semua tujuannya tercapai. Dan, ia segera bisa tau, siapa identitas pengawalnya.Ia langsung melangkahkan kakinya ke arah meja Brian, dan Ardiansyah. Di setiap langkahnya, ia terus memikirkan apa yang akan ia sampai kepada Ardiansyah yang sudah mau menjadi guru lesnya. Langkahnya terhenti. Dan, ia belum mendapatkan sat
Semua murid di SMP Alexander digegerkan dengan kabar tuan muda perusahaan Clover akan datang ke sekolah mereka.Tentu saja hal itu membuat semua warga sekolah menjadi sangat khawatir karena tiba-tiba mereka kedatangan tamu yang sangat penting.Perusahaan Clover sudah menyumbang banyak untuk SMP Alexander. Mulai dari dana, barang-barang, dan makanan. Jadi sedikit saja mereka membuat kesalahan, bisa-bisa perusahaan Clover tidak akan memberi bantuan lagi ke mereka. Dan jika itu terjadi, maka mereka akan kesusahan.Seluruh mata terpusat pada seorang gadis dan seorang laki-laki muda dengan jas hitam sedang berjalan masuk ke dalam area sekolahan.Laki-laki muda itu terlihat sangat berwibawa. Jadi sudah dipastikan kalau laki-laki itulah tuan muda yang sedang dibicarakan oleh warga sekolah. Sedangkan gadis yang sedang bersamanya itu adalah adik dari laki-laki itu."Selamat datang, Tuan Ardiansyah. Kalau boleh tau, ada urusan apa, ya? Kok datang menda
Makan malam keluarga Carles. Kalau biasanya cuma ada Hilda, Carles, dan Ardiansyah di meja makan. Kali ini sedikit berbeda. Karena Felysia, Nindy, Arta, Prata, dan Reza ikut dalam acara makan malam ini atas bujukan dari Ardiansyah.Tentu saja Hilda dan Carles tidak begitu masalah kalau sahabat-sahabat putranya ikut serta dalam acara makan malam ini. Mereka malah senang, karena dengan adanya mereka, Ardiansyah terlihat lebih bahagia dan sering tersenyum.Ardiansyah yang selalu terlihat tegas dan dingin. Malam ini terlihat begitu bahagia dan hangat. Sangat berubah dari hari-hari sebelumnya.Carles bahagia melihat itu. Karena akhirnya Ardiansyah menemukan bahagianya yang telah lama menghilang dari hidupnya."Katanya kamu mau tunangan. Acara tunangannya mau diadain di Indonesia atau di sini?" tanya Carles pada Ardiansyah.Ardiansyah langsung terdiam. Ia sama sekali belum memikirkan tentang tempat acara pertunangannya dengan Felysia. Karena ia pik
Setelah acara makannya selesai. Mereka pun melanjutkan perjalan ke rumah Ardiansyah yang letaknya tidak begitu jauh dari restoran tersebut.Karena letaknya tidak begitu jauh. Mereka hanya perlu waktu sekitar lima menit untuk sampai di rumah Ardiansyah.Dan akhirnya mereka sampai. Mobil mereka memasuki halaman rumah yang terbilang sangat luas. Di hadapan mereka sekarang berdiri sebuah rumah yang terlihat seperti istana mewah.Rumah itu terlihat sangat mewah dan megah. Sudah bisa ditebak, kalau rumah itu adalah rumah yang sangat mahal."Menurut laporan, ayah Anda sekarang masih ada di kantor. Jadi sepertinya hanya ada ibu Anda di dalam," ucap Selly saat mobil sudah berhenti sempurna."Kamu mau ikut masuk atau pulang?" tanya Ardiansyah sambil menatap Selly."Kelihatannya lebih baik saya pulang. Saya nggak begitu mau ikut campur dalam urusan ini," jawab Selly sambil memandang Ardiansyah."Oke. Biar supir ini yang nganter kamu pulang."
Rombongan Ardiansyah sudah sampai di Singapura. Mereka keluar dari bandara untuk menanti jemputan mereka.Ada satu hal lucu yang tadi terjadi di pesawat. Tadi saat pesawatnya ingin lepas landas, Nindy sangat merasa ketakutan, sampai-sampai memeluk tubuh Ardiansyah yang duduk tepat di samping kanannya dengan erat. Gadis kecil itu belum pernah naik pesawat sekali pun. Jadi wajar saja kalau gadis itu ketakutan saat harus naik pesawat untuk yang pertama kalinya.Dan sekarang gadis kecil itu sedang tertidur pulas di gendong Ardiansyah."Yang jemput kita supir rumah atau supir kantor?" tanya Ardiansyah pada Selly yang berdiri tepat di sebelah kirinya."Dua-duanya. Jadi akan dua mobil yang akan menjemput kita," jawab Selly.Ardiansyah pun mengangguk pelan setelah mendengar jawaban Selly. Dua mobil. Mobil pertama akan dinaiki oleh dirinya, Selly, Felysia, dan Nindy. Mobil kedua akan dinaiki oleh Arta, Prata, dan Reza.Tidak lama kemudian ada d
Hari keberangkatan Ardiansyah ke Singapura. Pesawatnya akan berangkat jam 10.00. Dan sekarang sudah jam 09.30.Ardiansyah tidak tau, kapan lagi ia akan ada kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Kenangannya di negeri ini sangatlah banyak. Membuatnya tersiksa oleh kerinduan jika tidak cepat-cepat pulang ke negeri ini.Pekerjaannya yang banyak membuatnya sangat susah untuk mempunyai waktu luang. Tetapi karena pekerjaannya yang banyak itulah, ia bisa mengalihkan pikiran sejenak dari semua sahabatnya yang ada di Indonesia.Rasanya baru kemarin ia sampai di Indonesia. Tetapi sekarang sudah harus kembali lagi ke Singapura. Sungguh, ia ingin menikmati waktu bersama sahabat-sahabatnya lebih lama lagi."Apakah Anda akan baik-baik saja setelah ini semua?" tanya Selly sambil memberikan sebuah kaleng minuman bersoda ke Ardiansyah."Apa maksud kamu?" tanya balik Ardiansyah sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh Selly."Semua kenangan Anda di
Malam yang sangat dingin. Arta, Prata, dan Reza sedang bermain kartu di bawah langit malam. Dengan beralaskan tikar dan ditemani makanan ringan, mereka membuat malam yang sepi ini menjadi malam yang sangat ramai.Walau terasa sangat ramai. Tetapi tetap saja mereka merasa ada yang kurang. Bukan makanan maupun minuman. Tetapi orangnya. Ada satu orang yang tidak hadir di malam ini dan malam-malam sebelumnya.Orang itu sudah tidak pernah muncul lima tahun belakangan ini. Membuat mereka merasakan kesepian. Karena tanpa orang itu, tidak ada lagi makanan-makanan yang enak. Cuma masakan orang itu yang bisa memuaskan perut mereka. Cuma kehadiran orang itu yang bisa memenuhi lubang di hati mereka.Permainan terhenti, saat ada sebuah motor sport berhenti tepat di dekat mereka. Pengemudi itu menggunakan helm, jadi mereka tidak bisa melihat wajah sang pengemudi motor tersebut.Pengemudi itu mematikan motornya. Dan berjalan ke arah mereka dengan sebuah kantong plastik
Pagi ini, Triana sedang mengawasi Vitra dan Citra yang sedang berlatih di kolam renang. Kali ini mereka berlatih menggunakan kolam renang umum. Karena kolam renang di rumah Triana sedang dibersihkan.Triana mengawasi kedua muridnya itu dari pinggir lapangan. Ia tersenyum kecil, saat sadar bahwa kedua muridnya itu sudah sangat berkembang dibanding saat pertama kali ia melatih mereka.Gerakan renang kedua muridnya itu sudah hampir mirip dengan gerakan ibu mereka. Jadi Triana yakin, kalau kedua muridnya itu akan baik-baik saja di masa depan. Karena level mereka sudah jauh di atasnya.Dari dua muridnya itu, ia sangat mengandalkan Citra. Karena Citra bisa sangat rileks dan fokus saat sudah ada di dalam air. Sedangkan Vitra masih sering kehilangan konsentrasi saat berenang. Itu adalah satu-satunya kekurangan Vitra.Triana menyodorkan dua botol air mineral, saat dua muridnya itu sudah sampai ujung. Muridnya itu sudah berlatih sangat keras hari ini. Jadi su
Bel pulang sekolah berbunyi. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung berteriak bahagia. Karena akhirnya mereka bisa lepas dari pelajaran-pelajaran yang membuat kepala mereka pusing.Seorang perempuan cantik keluar dari kelas VIII dengan sebuah senyuman di pipi manisnya. Perempuan itu adalah Nindy Carolina. Seorang siswi yang paling pintar di SMP Pelita.Bukan cuma kepintarannya saja yang membuatnya terkenal. Tetapi kecantikannya juga. Perempuan dengan para cantik itu sudah menolak banyak pria dengan alasan ingin fokus belajar. Dan saking banyaknya pria yang sudah ia tolak, ia bahkan sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.Nindy berjalan ke arah luar bersama teman-temannya. Saat baru saja sampai di luar gerbang. Ia melihat banyak perempuan dari sekolahnya berkumpul di satu titik. Seakan sedang mengamati sesuatu."Itu ada apa?" tanya Nindy pada salah satu temannya."Katanya sih ada cowok ganteng banget di depan. Kayaknya lagi nung
5 tahun setelahnya. Brian sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Bisa dibilang, sekarang Brian selalu bisa membeli apa yang diinginkannya dengan mudah. Bahkan uang yang ada di tabungannya sekarang sudah tidak bisa ia habiskan dalam kurun waktu 1 Minggu. Saking banyaknya, ia sampai tidak tau lagi mau diapakan semua uang yang ada di tabungannya. Oh, iya. Sekarang ia sudah punya anak. Hikari Aurora Xenovia. Hikari adalah nama yang disarankan oleh Ardiansyah. Sedangkan Aurora adalah nama yang disarankan oleh Laura. Dan Xenovia adalah nama yang disarankan oleh Brian. Brian benar-benar menamai anaknya menggunakan nama yang disarankan oleh sahabatnya itu. Karena baginya, nama Hikari itu adalah keinginan sahabatnya sebelum sahabatnya itu dikabarkan meninggal karena sebuah tembakan. Jadi Brian dengan suka rela mengabulkan keinginan terakhir sahabatnya itu. Hari ini adalah hari y