Laura menghentikan langkahnya, saat laki-laki yang berada di depannya berhenti. Sekarang, mereka berdua sedang berada di taman sekolah. Matanya memandang wajah laki-laki itu. Wajah yang tidak membuat orang bosan, saat menatapnya. Semuanya sempurna. Kecuali, mata yang selalu terlihat sayu.
Mengenai kejadian tadi, ia sendiri tidak menyangka, kalau lelaki itu membantunya berbohong.
"Siapa nama lo?" tanya Laura.
Laura mendengus kesal. Karena, ia tak kunjung mendapatkan sebuah jawaban. Laki-laki yang di hadapannya sekarang, hanya diam sambil menatap ke arah langit.
"Hei, siapa nama lo?" tanya Laura.
"Terserah lo mau manggil gua apa. Yang penting, jangan nama asli gua," jawab laki-laki itu.
Laura yang kesal, langsung menarik tubuh laki-laki itu. Sekarang, laki-laki itu sudah menghadap ke arahnya. Jadi, ia bisa melihat name tag laki-laki itu.
"Ardiansyah," gumam Laura.
Nama yang tidak buruk. Tetapi, kenapa laki-laki itu tidak ingin dipanggil dengan nama itu. Nama yang begitu panjang untuk dijadikan sebuah nama panggilan. Jadi, Laura memikirkan nama yang singkat untuk memanggil laki-laki itu.
"Gimana kalau Ans?" tanya Laura.
"Terserah, gua nggak begitu peduli," jawab Ardiansyah.
"Oke," ucap Laura.
"Bisa minta waktunya sebentar?" tanya Laura.
"Tentu," jawab Ardiansyah.
Laura dan Ardiansyah pun duduk di kursi taman. Kursi yang selama ini di tempati oleh sepasang kekasih, sekarang sedang di duduki oleh mereka. Jadi, wajar kalau banyak orang yang sedang berada di sana, menganggap mereka berdua sepasang kekasih.
"Makasih untuk yang tadi," ucap Laura.
"Sama-sama," ucap Ardiansyah.
Laura kesal dengan sifat Ardiansyah. Kenapa lelaki itu sangat dingin kepadanya? Apa ada yang salah dengan laki-laki itu? Sekarang laki-laki itu sedang bersama perempuan yang sangat diindam-idamkan oleh seluruh laki-laki. Tetapi, lelaki itu malah bersifat cuek.
"Gua punya satu permintaan," ucapkan Laura.
"Apa?" tanya Ardiansyah.
"Gua mohon, lo tetap jadi pacar bohongan gua, sampai gua lulus dari sini."
Laura sangat yakin, kalau laki-laki itu akan memenuhi permintaannya. Siapa sih, laki-laki yang mau menolak permintaan itu? Apalagi permintaan itu, diucapkan oleh perempuan tercantik di SMA Nusa Bangsa. Singkatnya, tidak ada laki-laki yang tidak ingin menjadi pacar Laura, walaupun hanya sebatas pacar bohongan.
"Ogah."
Sontak, mata Laura membulat sempurna. Apa ia salah dengar? Atau, memang laki-laki itu menolak permintaannya. Baru kali ini, ada seorang laki-laki yang menolak permintaannya. Selama ini, semua laki-laki yang pernah ia temui, selalu mengiyakan seluruh permintaannya. Tetapi, laki-laki yang sedang bersamanya ini berbeda.
"Mending lo cari yang lain," ucap Ardiansyah sambil berdiri.
Sontak, Laura langsung mengcekeram tangan Ardiansyah. Ia tidak bisa melepaskan lelaki itu begitu saja. Bagaimana pun, laki-laki itu harus mau mengikuti rencananya, agar ia tidak diganggu oleh laki-laki lainnya. Ia akan membuat laki-laki itu tunduk kepadanya, apapun itu caranya.
"Gua bakal bayar lo," ucap Laura.
"Gua nggak butuh uang lo," ucap Ardiansyah.
"Gua bakal ngelakuin apapun yang lo mau."
"Apa seorang idola, pantas ngomong kayak gitu?"
Laura menghembuskan nafas panjang. Perlahan, ia mulai melepaskan cengkremannya. Benar kata laki-laki itu, ia tidak seharusnya mengucapkan kalimat itu. Untung saja, ia mengucapkan kalimat itu di hadapan Ardiansyah. Laki-laki yang sekali tidak tertarik pada wajah, uang, bahkan tubuhnya. Sekarang, ia yakin, kalau laki-laki itu, tidak menginginkan apapun darinya. Dan, itu membuatnya, semakin yakin, bahwa hanya laki-laki itu, yang pantas menjadi pacar bohongannya.
"Gimana caranya, biar lo mau bantu gua?" tanya Laura.
"Gua nggak punya alasan buat bantu lo. Kalau, gua punya satu saja alasan, pasti gua bakal bantu lo," jawab Ardiansyah.
Alasan. Laura bingung, apa harus ada sebuah alasan, untuk membantu seorang lain? Dan, apa selama ini, laki-laki itu selalu bertindak, sesuai alasan yang ada. Tetapi, sekarang, Laura tidak bisa memikirkan alasan apapun.
"Kenapa lo tadi bantu gua?" tanya Laura.
"Gua nggak ada niatan bantu lo. Tadi gua cuma balas pukulan dia. Cuma itu doang, nggak lebih," jawab Ardiansyah.
Laura semakin kebingungan. Tidak ada sebuah alasan, agar lelaki itu tetap membantu dirinya. Ia hanya butuh satu alasan. Dan, semuanya akan berjalan sesuai rencananya selama ini. Sebuah alasan, untuk mengembalikan dunianya yang tenang.
"Gua nggak bisa ngasih alasan apapun," ucap Laura.
"Tapi, gua mohon bantu gua," lanjutnya sambil menundukkan kepalanya.
"Oke," ucap Ardiansyah sambil mengulurkan tangannya.
Dengan cepat, Laura menatap Ardiansyah. Apa benar, lelaki itu akan membantunya? Padahal, ia tidak memberikan alasan apapun. Laki-laki itu tidak mendapatkan sebuah keuntungan dari kebohongan ini. Tetapi, kenapa lelaki itu sepakat untuk memulai kebohongan ini? Laki-laki yang aneh.
"Ini beneran?" tanya Laura sambil uluran tangan Ardiansyah.
"Tentu," ucap Ardiansyah.
Sontak, Laura langsung menjabat tangan Ardiansyah, lalu memeluk tubuh laki-laki itu dengan erat. Dengan begini, tidak akan ada lagi, laki-laki yang berani mendekatinya. Dan, ia bisa menikmati kehidupannya dengan tenang.
"Terima kasih," ucap Laura di telinga Ardiansyah.
Setelah itu, ia langsung melepaskan pelukannya. Lalu, ia mundur satu langkah. Senyumannya masih terukir sempurna. Hari ini, akan menjadi awal mula kisah Laura dan Ardiansyah. Sebuah kisah yang diawali dengan sebuah kebohongan, dan diharap bisa membuahkan sebuah kebahagiaan.
"Kalau gitu, gua balik ke kelas dulu. Nanti gua tunggu di parkiran," ucap Laura lalu melenggang pergi.
"Mau ngapain?" tanya Ardiansyah.
"Udah tugas cowo, buat nganterin pacarnya pulang."
"Oh."
Ardiansyah tersenyum tipis sambil melihat kepergian perempuan itu. Ia tau, kalau kebohongan ini, akan merepotkan dirinya sendiri. Ia tidak suka direpotkan. Tetapi, ia juga tidak bisa, membiarkan perempuan itu begitu saja. Ia tidak tega, setelah melihat perempuan itu menundukkan kepalanya.
"Gua suka baunya," ucap Ardiansyah sambil melenggang pergi.
Ardiansyah sangat suka dengan wangi Laura. Entah kenapa, wangi perempuan itu, membuatnya ingin selalu berada di dekat perempuan itu. Ia menyukai wangi perempuan itu. Tetapi, tidak dengan sikap perempuan itu. Baginya, perempuan itu, hanyalah perempuan manja yang selalu ingin keinginannya terkabulkan. Merepotkan. Tetapi, sekarang perempuan yang ia anggap merepotkan itu, sudah resmi menjadi kekasihnya.
Dengan cepat, beredar rumor tentang seorang murid baru bernama Ardiansyah telah berpacaran seorang gadis bernama Laura Clara Adelista yang selama ini telah menjadi incaran semua laki-laki yang ada di SMA Nusa Bangsa.
Entah, apa yang akan mereka berdua hadapi setelah ini. Ada kemungkinan, semua laki-laki yang menyukai Laura, akan menyerang Ardiansyah. Dan, ada juga kemungkinan, mereka mulai merelakan Laura. Bagaimanapun, Ardiansyah dan Laura sudah menjadi sebuah sepasang kekasih. Jadi, Ardiansyah akan terus menjaga perempuan itu sebaik mungkin. Setidaknya, ia akan menjaga perempuan itu, sampai ia benar-benar tidak punya alasan lagi untuk menjaga perempuan itu.
"Sekarang kita lihat. Dengan begini, apa lo bisa nemuin gua?"
Bel pulang sekolah berbunyi. Tanda, kalau semua pembelajaran hari ini sudah selesai. Dengan perasaan senang, semua murid pun, langsung menuju ke parkiran.Di parkiran, sudah banyak murid yang sedang mencoba mengeluarkan sepeda motornya dari keramaian yang ada. Terlalu banyak yang mengendarai sepeda motor, sampai-sampai parkiran sekolah penuh.Tiba-tiba, aktivitas mereka terhenti, saat melihat ada sepasang kekasih memasuki parkiran. Mereka menatap sepasang kekasih itu dengan tatapan tajam. Sepasang kekasih itu adalah Ardiansyah dan Laura.Berita tentang mereka resmi berpacaran sudah menyebar ke seluruh murid yang bersekolah di SMA Nusa Bangsa. Tentu saja, semua murid laki-laki langsung kecewa setelah mendengar itu. Bidadari yang selama ini mereka idam-idamkan, sudah menjadi milik orang lain. Tetapi, masih banyak beranggapan, kalau itu hanyalah gosip belaka. Karena, tidak mungkin, seorang murid baru, bisa mendapatkan bidadari idaman mereka.&nb
Semua murid kelas XI MIPA-1 sedang tegang. Karena, hari ini, adalah hari pembagian hasil ulangan harian yang diadakan kemarin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.45, yang berarti sebentar lagi Vito akan masuk ke dalam kelas. Vito adalah guru yang mengajar mata pelajaran fisika. Sebuah mata pelajaran yang paling dibenci oleh seluruh murid.Suasana langsung hening saat Vito memasuki kelas dengan membawa setumpuk kertas. Di kertas tersebut, ada sebuah jawab masing-masing murid, dan tentu saja, ada nilai mereka."Selamat pagi," ucap Vito sambil menaruh setumpuk kertas yang tadi ia bawa ke atas meja."Pagi, Pak," jawab seluruh murid."Karena, kemarin kita habis ulangan harian. Bapak pikir, hari ini lebih baik kalian santai-santai sambil ngambil hasil nilai kalian," ucap Vito.Vito berbeda dari guru lainnya. Cara mengajarnya lebih santai. Tetapi, saat ada salah satu muridnya mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Ia pasti akan langsung menghukum murid
Brian duduk di pinggir lapangan basket. Ia menatap jaring ring yang sejak tadi bergerak karena hembusan angin yang cukup kencang. Rasanya, sudah lama sekali, ia tidak bermain basket.Ia tersenyum, saat melihat jam tangannya. Sekarang sudah jam 15.00, berarti waktunya untuk pulang ke rumah. Ia berdiri lalu berbalik. Ia kaget, saat melihat Ardiansyah berada di hadapannya."Kenapa? Apa lo mau main basket?" tanya Brian."Pengen, tapi nggak boleh sama dokter," jawab Ardiansyah sambil memandang ring basket.Dokter? Apa laki-laki yang ada di hadapannya ini punya penyakit? Tetapi, ia terlihat sangat sehat. Dan, Brian sama sekali, tidak pernah melihat laki-laki itu minum obat."Antara Felysia dan Laura. Lo pilih yang mana?" tanya Ardiansyah."Felysia lah. Dia kan pacar gua," jawab Brian."Kalau gitu, nggak ada masalah, kalau gua pacaran sama Laura."Brian langsung terdiam. Benar juga, laki-laki yang berada di hadapannya ini, s
Felysia sedang menikmati sebuah cemilan di ruang tamu. Hari ini adalah hari minggu. Jadi, ia tidak perlu belajar, maupun pergi ke sekolah. Setiap hari minggu, pasti ia habiskan untuk memakan cemilan, menonton TV, tidur, dan membaca novel. Selalu saja begitu. Kencan dengan Brian? Tentu saja tidak. Reno selalu melarang Felysia untuk keluar rumah saat hari minggu tiba.Mata perempuan itu fokus menatap TV. Ia sedang melihat film kesayangan. Pandangannya beralih menatap jam dinding. Dan, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00. Yang berarti, film kesayangannya sebentar lagi akan berakhir. Dan, ia akan kembali merasa bosan.Pandangannya beralih lagi, menatap seorang pria paruh baya yang sedang membaca koran. Siapa lagi kalau bukan Reno. Sang Ayah yang terlalu mengekangnya."Ayah pernah bilang, kalau aku punya bodyguard pribadi. Tapi, aku belum pernah ngelihat dia," ucap Felysia."Belum saatnya kamu tau identitas dia," ucap Reno.Felysia m
Ardiansyah sudah masuk ke dalam area parkiran SMA Nusa Bangsa. Ia mencari area yang kosong, untuk memarkirkan sepedanya. Matanya menatap sebuah area kosong di paling ujung. Dengan cepat, ia mengayuh pedal sepedanya.Matanya langsung melotot kaget, saat melihat ada perempuan yang tiba-tiba berdiri di jalan yang akan ia lewati. Dengan cekatan, ia langsung menarik rem sepedanya, lalu kakinya dengan cepat menginjak lantai, supaya badannya tidak terjatuh. Ia menghembuskan nafas panjang. Ia bersyukur karena tidak menabrak perempuan itu."Mata lo buta!" bentak Ardiansyah sambil turun dari sepedanya."Ya elah, kalem aja kali. Nggak kena juga, 'kan," ucap perempuan itu.Ardiansyah menatap perempuan itu malas. Perempuan yang sangat ingin ia bentak. Tetapi, ia ingat, kalau perempuan itu adalah pacar Brian. Jadi, ia urungkan niatnya itu. Ia tidak mau, karena ia membentak gadis itu, pertemanannya dengan Brian jadi rusak."Apa mau lo?" tanya Ardiansyah.&nb
Brian berjalan santai menuju ke arah kantin. Sesekali, ia menyapa orang yang berada di pinggir koridor. Sekarang sudah waktunya istirahat, makanya seluruh murid diperbolehkan berada di luar kelas. Dan, sekarang Brian ingin ke kantin untuk membeli sebuah minuman untuk Felysia.Langkahnya terhenti saat ia berada di dekat toilet murid laki-laki. Ia mendengar suara kegaduhan dari dalam toilet. Dari suara yang ia dengar, ia yakin kalau salah satu orang yang ada di dalam adalah Nova Carlo.Ia melangkahkan kakinya lagi. Tetapi, langkahnya kembali terhenti, saat ia mendengarkan suara yang sudah sangat familiar di telinganya. Itu adalah suara Ardiansyah.Dari yang ia dengar, ia bisa menebak, kalau di dalam sana ada empat atau bahkan lima orang. Kalau dugaannya benar. Nova berada di dalam sana, sudah bisa dipastikan, kalau Ardiansyah sedang di-bully.Tetapi, ia tidak peduli. Lagipula, ia yakin, kalau Ardiansyah bisa melawan musuh-musuhnya tanpa bantuannya.
Ardiansyah tersenyum kecil sambil menyeka darah yang baru saja keluar dari sudut bibirnya. Pandangannya beralih menatap Brian yang sedang menyeka keringatnya.Baru saja, mereka berdua berhasil mengalahkan empat senior mereka. Bertarung secara brutal di dalam kamar mandi. Ardiansyah tidak menyangka, kalau dirinya akan bertarung dengan salah satu seniornya.Ardiansyah menatap ke arah kaca kamar mandi. Untung saja, perkelahiannya tadi tidak membuat kerusakan sedikitpun, jadi tidak akan ada barang bukti yang menunjukkan bahwa ada sebuah pertarungan.Pertarungannya tadi menyita banyak waktu. Dan, sekarang sudah hampir jam istirahat kedua. Yang berarti, mereka telah bolos tiga jam mata pelajaran."Gimana? Mau masuk kelas atau bolos ke kantin sekalian?" tanya Brian."Terserah," jawab Ardiansyah."Kayaknya ke UKS dulu. Luka lo harus diobatin dulu.""Nggak perlu."Brian langsung melangkahkan kakin
Saat bel pulang sekolah, Felysia dengan cepat memasukkan seluruh buku, pensil ke dalam tas ransel miliknya. Rasanya semakin membara saat mengingat perkataan sang kekasihnya."Ardiansyah mau jadi guru les lo. Jadi, lo harus dapat nilai bagus di pelajaran fisika."Kalimat Brian itu sangat membuat dirinya bahagia. Dengan begini, ia tidak perlu membujuk Ardiansyah lagi. Karena, laki-laki itu telah bersedia, walau kelihatannya terpaksa.Matanya beralih menatap seorang laki-laki yang duduk di samping Brian. Laki-laki itu akan adalah orang yang akan menjadi guru lesnya mulai sekarang, entah apa yang akan terjadi, tetapi ia harap semua tujuannya tercapai. Dan, ia segera bisa tau, siapa identitas pengawalnya.Ia langsung melangkahkan kakinya ke arah meja Brian, dan Ardiansyah. Di setiap langkahnya, ia terus memikirkan apa yang akan ia sampai kepada Ardiansyah yang sudah mau menjadi guru lesnya. Langkahnya terhenti. Dan, ia belum mendapatkan sat