Suara Levin mengingatkan Claire akan keberadaan pria itu di kamarnya. Saking asyiknya berbincang dengan Nick, Claire sampai melupakan pria itu.
Tak urung suara Levin membuat Claire terkesiap, entah kaget karena pertanyaan yang pria itu ajukan atau kaget karena menyadari kalau Levin masih ada di kamarnya. Tangannya sampai menggantung di udara selama dua detik sebelum akhirnya wanita itu melontarkan tatapan tajam ke arah Levin.Tatapan yang jauh berbeda dengan saat mereka bercinta tadi.“Bukan urusanmu!” ketus Claire.“Itu akan menjadi urusanku karena aku tidak akan mengizinkan kamu sedekat itu dengan Nick. Ingat, kamu milikku, Claire!”“Aku bukan milik siapapun!” bantah Claire, enggan diklaim sebagai milik siapapun. Tidak ingin dianggap seperti barang yang bisa dimiliki.Levin turun dari ranjang dan berjalan mendekati Claire.“Bukankah saat kita bercinta tadi sudah aku tegaskan berulang kali kalau kamu adalah milikku? Hanya aku satu-satunya pria yangClaire menarik nafas panjang. Hari senin, pukul 7.30. Oh, rasanya Claire ingin bolos kerja karena tubuhnya masih terasa remuk. Bolehkah? Tidak. Claire tidak boleh bersikap seenaknya meski bekerja di perusahaan keluarga sendiri. Meski rasa lelah menguasai tubuhnya tapi Claire harus tetap bersikap professional.Dengan pemikiran itu, Claire bergegas mandi, sarapan dan kini, dirinya sedang berada di dalam mobil yang akan membawanya ke kantor!Sementara itu, Levin menatap ponsel di tangannya, tidak sabar ingin segera menghubungi Claire, hendak memastikan keadaan wanita itu. Sudah hampir jam 9 pagi, seharusnya Claire sudah bangun kan? Bukankah wanita itu harus bekerja? Atau Claire lebih memilih cuti agar bisa tidur lebih lama, sengaja mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan akibat ulah Levin semalam? Kemungkinan itu membuat Levin mengurungkan niatnya, memutuskan bersabar hingga siang menjelang. Namun meski hari sudah siang, Levin tetap harus gigit jari karena telep
Nick melirik Claire yang sedang mereject panggilan yang masuk ke ponselnya. “Siapa yang menelepon? Kenapa kamu reject?”“Panggilan spam,” dusta Claire, bersyukur dirinya belum menyimpan nomor Levin hingga Nick bisa dikelabui dengan mudah. Namun karena Levin sudah beberapa kali menghubungi Claire, jadi dirinya dapat mengingat nomor ponsel Levin dengan baik. Nick mengangguk, percaya begitu saja karena sekarang memang banyak sekali panggilan spam yang masuk. Dari kartu kredit, KTA dan entah apalagi. Telepon yang cukup mengganggu, tak heran kalau Claire langsung mereject dan menonaktifkan ponselnya. Nick tidak menyadari kalau dirinya baru saja dikelabui! Setibanya di restoran, mereka asyik berbincang. Beberapa kali Nick menatap Claire seolah ada yang ingin ditanyakan hanya saja bingung harus memulai pembicaraan darimana hingga bibir pria itu tetap bungkam.Rasanya begitu sulit mengatur kalimat yang tepat membuat Nick ragu untuk bertanya. Nick takut Claire akan mer
Claire menutup hidung serta bibirnya dengan tangan kiri, menahan rasa mual yang mendera perutnya. Wanita itu menjauhkan diri dari dessert di hadapannya sejauh mungkin. Tidak ingin mengambil resiko. Takut makan malam yang baru saja dilahapnya terbuang percuma. Sejak hamil, indera penciumannya memang jadi lebih sensitive. Untungnya hanya untuk makanan tertentu seperti susu, ikan atau makanan yang mengandung banyak minyak, dan karena malam ini mereka makan steak, jadi Claire tidak dilanda rasa mual. “Tolong singkirkan dessert ini. Saya sudah kenyang. Terima kasih,” pinta Claire, meski sedang berjuang dengan rasa mual, tapi Claire tetap dapat mengatakannya dengan sopan. Tidak ingin waitress merasa tersinggung dengan sikapnya. Nick, yang cukup kaget dengan reaksi Claire langsung menatap wanita itu dengan pandangan bertanya-tanya. Rasa heran bercampur kecurigaan yang kian menguat. “Kenapa kamu menolaknya, Claire? Bukankah itu dessert kesukaan kam
Levin terbahak mendengar jawaban Susan yang benar adanya. “Tapi justru itulah daya tarik Claire yang paling kuat. Selain cantik dan menarik, Claire cerdas dan menantang untuk ditaklukkan. Claire memiliki pendirian dan sikap berani yang belum tentu dimiliki oleh setiap wanita. Tentu saja ini hanya pendapat saya pribadi,” aku Levin jujur. Susan mengangguk setuju, kemudian kedua orang itu terlibat obrolan santai. Terlebih lagi Levin menyukai ketenangan dan sikap Susan yang terlihat keibuan hingga pria itu betah berlama-lama berbincang sambil menunggu kepulangan Claire. Telepon di ruang tamu berdering, menginterupsi perbincangan mereka, ternyata satpam yang memberitahu Susan tentang kepulangan Claire. “Nona Claire sudah pulang, tunggu saja, sebentar lagi juga dia akan masuk. Silahkan kalian berbincang,” ucap Susan, langsung undur diri. Levin, yang tidak sabar ingin segera menemui Claire beranjak ke pintu utama dan apa yang dilihatnya saat itu membuatnya langsung
Malam telah larut, namun ada satu tempat yang justru semakin riuh saat malam semakin pekat. Tempat itu bernama bar. Hingar bingar musik terdengar memekakkan telinga, musik berdentum kencang di salah satu bar yang berada di hotel bintang lima – Bali, tempat dimana para anak muda semangat bergoyang untuk melepas penat. Musik beat yang menghentak membuat sekumpulan anak muda itu semakin bersemangat untuk mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh DJ professional. Namun meski begitu, tidak semua anak muda turun ke area dance floor. Levin, salah satunya, pria tampan yang masih berusia belia itu hanya asyik menikmati musik sambil menikmati alkohol yang tersedia di hadapannya. Sesekali kepalanya bergoyang mengikuti alunan musik yang ada. Tubuhnya bersandar nyaman pada sofa empuk yang ditempatinya sejak tadi, tentu saja dengan ditemani wanita yang bergelayut manja di lengannya. Bagi Levin, wanita, alkohol dan bar adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal yang membuatnya senang dan bisa m
Levin mengernyitkan kening, mencoba memfokuskan pandangan pada gadis yang sudah dikerumuni oleh banyak pria bagaikan gula dikerumuni semut. Tampak jelas kalau para pria itu tidak sabar ingin segera membawa gadis itu masuk ke ruangan tertutup untuk melampiaskan segala hal yang ada di dalam pikiran kotor mereka. Pikiran yang ada di benak setiap pria jika melihat wanita seksi, cantik dan menggoda di dekat mereka yaitu keinginan primitive agar dapat memiliki wanita tersebut meski hanya satu malam. Tentu saja arti memiliki disini hanya ingin menikmati tubuh sang wanita tanpa ada niat untuk bertanggung jawab. Hanya bersenang-senang semata. ‘Sepertinya aku mengenal gadis itu. Wajahnya terlihat familiar. Apakah aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Tapi bertemu dimana? Atau hanya sekedar mirip? Atau aku yang salah ingat atau salah lihat?’ batin Levin penasaran. Ditambah lagi dengan keterbatasan jarak dan cahaya membuat Levin harus berusaha keras agar bisa melihat wajah sang gadis deng
Claire berusaha tenang, tidak ingin kegelisahannya terlihat jelas. Tidak ingin orang lain tau kalau tubuhnya sedang bereaksi aneh akan hal yang belum pernah dilakukannya. Bahaya. Claire tidak ingin dimanfaatkan, apalagi di tempat seperti ini. Tempat dimana banyak pria brengsek yang berkeliaran di sekelilingnya. Pria yang akan dengan senang hati memanfaatkan kondisi tubuhnya yang menggila. Yang harus dirinya lakukan sekarang adalah melarikan diri secepatnya sebelum tubuhnya semakin lepas kendali. Melarikan diri sebelum Claire melakukan hal gila yang akan disesalinya. “Aku ingin ke toilet!” ucap Claire yang dijawab anggukan sahabatnya. Dengan tubuh sempoyongan gadis itu beranjak menuju toilet. Reaksi tubuhnya semakin tidak bisa dikendalikan dan mengkhawatirkan. Claire menyadari kalau tubuhnya sekarang oversensitive, sentuhan tidak sengaja pun bisa membuat gairahnya semakin meronta, menuntut untuk dipuaskan! Gawat! Padahal jika ingin ke toilet dirinya harus melewati area dance f
‘Target ke toilet. Lakukan sesuai rencana. Ingat, aku tidak ingin mendengar kata gagal!’ ‘Baik, Nona!’ Mia menatap kepergian Claire yang terlihat sempoyongan. Senyum licik menghiasi wajah wanita itu. Tidak sabar ingin melihat kehancuran sahabatnya sendiri. Sahabat yang membuat Mia iri dengan segala hal yang Claire miliki. Kecantikan, kecerdasan, kekayaan, popularitas, keberuntungan dan masih banyak hal lainnya. Hal yang tidak dimiliki oleh Mia. Tidak heran kalau Mia memendam rasa iri dan benci yang teramat sangat pada Claire sejak lama meski dirinya dapat menutupinya dengan baik hingga Claire yang memiliki sifat naif tidak menyadari kebencian yang Mia pendam selama ini. Tidak sadar kalau sikap baik yang Mia tunjukkan selama ini hanyalah sekedar kepura-puraan. Tidak sadar kalau wanita yang Claire anggap sebagai sahabat selama ini nyatanya hanyalah musuh di dalam selimut. Musuh yang menunggu waktu kejatuhan Claire dan malam inilah saatnya Mia melihat kejatuhan saingannya! Sif
Levin terbahak mendengar jawaban Susan yang benar adanya. “Tapi justru itulah daya tarik Claire yang paling kuat. Selain cantik dan menarik, Claire cerdas dan menantang untuk ditaklukkan. Claire memiliki pendirian dan sikap berani yang belum tentu dimiliki oleh setiap wanita. Tentu saja ini hanya pendapat saya pribadi,” aku Levin jujur. Susan mengangguk setuju, kemudian kedua orang itu terlibat obrolan santai. Terlebih lagi Levin menyukai ketenangan dan sikap Susan yang terlihat keibuan hingga pria itu betah berlama-lama berbincang sambil menunggu kepulangan Claire. Telepon di ruang tamu berdering, menginterupsi perbincangan mereka, ternyata satpam yang memberitahu Susan tentang kepulangan Claire. “Nona Claire sudah pulang, tunggu saja, sebentar lagi juga dia akan masuk. Silahkan kalian berbincang,” ucap Susan, langsung undur diri. Levin, yang tidak sabar ingin segera menemui Claire beranjak ke pintu utama dan apa yang dilihatnya saat itu membuatnya langsung
Claire menutup hidung serta bibirnya dengan tangan kiri, menahan rasa mual yang mendera perutnya. Wanita itu menjauhkan diri dari dessert di hadapannya sejauh mungkin. Tidak ingin mengambil resiko. Takut makan malam yang baru saja dilahapnya terbuang percuma. Sejak hamil, indera penciumannya memang jadi lebih sensitive. Untungnya hanya untuk makanan tertentu seperti susu, ikan atau makanan yang mengandung banyak minyak, dan karena malam ini mereka makan steak, jadi Claire tidak dilanda rasa mual. “Tolong singkirkan dessert ini. Saya sudah kenyang. Terima kasih,” pinta Claire, meski sedang berjuang dengan rasa mual, tapi Claire tetap dapat mengatakannya dengan sopan. Tidak ingin waitress merasa tersinggung dengan sikapnya. Nick, yang cukup kaget dengan reaksi Claire langsung menatap wanita itu dengan pandangan bertanya-tanya. Rasa heran bercampur kecurigaan yang kian menguat. “Kenapa kamu menolaknya, Claire? Bukankah itu dessert kesukaan kam
Nick melirik Claire yang sedang mereject panggilan yang masuk ke ponselnya. “Siapa yang menelepon? Kenapa kamu reject?”“Panggilan spam,” dusta Claire, bersyukur dirinya belum menyimpan nomor Levin hingga Nick bisa dikelabui dengan mudah. Namun karena Levin sudah beberapa kali menghubungi Claire, jadi dirinya dapat mengingat nomor ponsel Levin dengan baik. Nick mengangguk, percaya begitu saja karena sekarang memang banyak sekali panggilan spam yang masuk. Dari kartu kredit, KTA dan entah apalagi. Telepon yang cukup mengganggu, tak heran kalau Claire langsung mereject dan menonaktifkan ponselnya. Nick tidak menyadari kalau dirinya baru saja dikelabui! Setibanya di restoran, mereka asyik berbincang. Beberapa kali Nick menatap Claire seolah ada yang ingin ditanyakan hanya saja bingung harus memulai pembicaraan darimana hingga bibir pria itu tetap bungkam.Rasanya begitu sulit mengatur kalimat yang tepat membuat Nick ragu untuk bertanya. Nick takut Claire akan mer
Claire menarik nafas panjang. Hari senin, pukul 7.30. Oh, rasanya Claire ingin bolos kerja karena tubuhnya masih terasa remuk. Bolehkah? Tidak. Claire tidak boleh bersikap seenaknya meski bekerja di perusahaan keluarga sendiri. Meski rasa lelah menguasai tubuhnya tapi Claire harus tetap bersikap professional.Dengan pemikiran itu, Claire bergegas mandi, sarapan dan kini, dirinya sedang berada di dalam mobil yang akan membawanya ke kantor!Sementara itu, Levin menatap ponsel di tangannya, tidak sabar ingin segera menghubungi Claire, hendak memastikan keadaan wanita itu. Sudah hampir jam 9 pagi, seharusnya Claire sudah bangun kan? Bukankah wanita itu harus bekerja? Atau Claire lebih memilih cuti agar bisa tidur lebih lama, sengaja mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan akibat ulah Levin semalam? Kemungkinan itu membuat Levin mengurungkan niatnya, memutuskan bersabar hingga siang menjelang. Namun meski hari sudah siang, Levin tetap harus gigit jari karena telep
Suara Levin mengingatkan Claire akan keberadaan pria itu di kamarnya. Saking asyiknya berbincang dengan Nick, Claire sampai melupakan pria itu.Tak urung suara Levin membuat Claire terkesiap, entah kaget karena pertanyaan yang pria itu ajukan atau kaget karena menyadari kalau Levin masih ada di kamarnya. Tangannya sampai menggantung di udara selama dua detik sebelum akhirnya wanita itu melontarkan tatapan tajam ke arah Levin.Tatapan yang jauh berbeda dengan saat mereka bercinta tadi. “Bukan urusanmu!” ketus Claire. “Itu akan menjadi urusanku karena aku tidak akan mengizinkan kamu sedekat itu dengan Nick. Ingat, kamu milikku, Claire!” “Aku bukan milik siapapun!” bantah Claire, enggan diklaim sebagai milik siapapun. Tidak ingin dianggap seperti barang yang bisa dimiliki. Levin turun dari ranjang dan berjalan mendekati Claire. “Bukankah saat kita bercinta tadi sudah aku tegaskan berulang kali kalau kamu adalah milikku? Hanya aku satu-satunya pria yang
Claire menarik nafas panjang. Tubuhnya terasa lelah, tapi rasa nikmat masih bisa dirasakannya. Oh, tidak heran banyak orang yang melakukan hubungan seks sebelum pernikahan karena nyatanya bercinta memang senikmat ini! Membuatnya kecanduan.Terlebih jika yang menjadi lawan mainnya adalah Levin, pria yang memiliki stamina luar biasa dan memiliki segudang pengalaman untuk memuaskan para wanita!Claire turun dari ranjang, hendak membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Bukan hanya lengket akibat keringat, tapi juga karena sejak tadi Levin menabur benihnya berulang kali ke dalam rahim Claire hingga selangkangannya terasa licin dan lengket! Usai mandi, Claire keluar dengan raut segar, sedangkan Levin masih asyik berbaring di atas ranjang dengan penampilan topless hingga memperlihatkan otot perutnya yang menggoda karena pria itu hanya mengenakan celana panjangnya saja. “Kenapa kamu masih bersantai seperti itu? Apa belum puas menikmati tubuhku?” sarkas Claire dengan nada meng
Claire menggigit bibir sambil melenguh pelan saat tubuhnya disiksa oleh rasa nikmat akibat milik Levin yang kembali bergerak memasuki lorong sempit miliknya. Terlebih junior Levin sudah mengeras dan menegang maksimal hendak dipuaskan olehnya! ‘Holy shit! Kenapa bisa senikmat ini?!’ batin Claire, merasa sesak di bawah sana karena junior Levin dengan kurang ajarnya kembali menyatukan diri dengan miliknya.Malam ini adalah pertama kalinya Claire melakukan hubungan seks dengan Levin secara sadar. Sangat amat sadar malahan. Dan Claire tidak ingin munafik karena dirinya sangat menikmati perbuatan Levin pada tubuhnya sejak tadi. Tidak heran kalau Claire tidak menolak saat Levin ingin menggaulinya lagi karena Claire pun memiliki keinginan yang sama seperti Levin. “Tolong lakukan perlahan, Levin.”‘Aku tidak ingin menyakiti bayi kita,’ tambah Claire, tentu saja hanya dalam hati. “Oh shit! Kenapa bisa senikmat ini saat melakukannya denganmu, Sayang!” desis Levin sa
Claire bergerak menutupi tubuhnya dengan selimut. Sebersit rasa bersalah mampir ke hatinya. Tidak seharusnya dirinya terlena dengan cumbuan Levin. Kini, setelah otaknya bisa kembali berpikir, Claire didera rasa takut. Bukankah kemarin dokter kandungannya bilang agar mereka tidak melakukan hubungan intim? Tapi Claire malah membiarkan Levin menyentuhnya malam ini! Apakah bayinya baik-baik saja? Oh, Claire takut terjadi sesuatu pada si kecil!Namun di sisi lain Claire tidak ingin menampik bahwa kenikmatan yang diberikan Levin membuatnya puas! Jika boleh, Claire ingin mengulangnya lagi! Oh, sepertinya ucapan dokter kemarin memang benar, tampak jelas kalau gairah Claire semakin meningkat akibat kehamilan! Ditambah lagi Levin begitu giat dan mahir dalam mencumbunya! Wajar jika pertahanannya runtuh dan tinggal menjadi serpihan puing belaka! Cumbuan Levin membuat Claire berubah menjadi wanita binal yang haus akan seks!Claire tidak menyangka kalau Levin bisa memb
Setelah tubuh Levin sudah sama polosnya dengan Claire, pria itu segera mengambil posisi. Pelan tapi pasti juniornya kembali menerobos masuk ke dalam gua kenikmatan milik Claire yang sempit. Lorong sempit yang Levin rindukan selama beberapa bulan terakhir dan akhirnya kali ini dirinya berhasil memanjakan juniornya lagi. Disaat Claire sadar dan dapat menikmati permainan serta keperkasaan juniornya pula! Levin menggertakkan rahang saat dirinya memerlukan usaha ekstra untuk menyatukan diri karena meski Levin telah mengambil keperawanan Claire malam itu, tapi nyatanya milik Claire masih sangat sempit hingga Levin harus melakukannya dengan lembut dan perlahan. Tidak ingin menyakiti Claire. Lagipula Levin menikmati setiap gesekan yang terjadi. Claire melenguh saat junior Levin bergerak masuk ke dalam dirinya inch demi inch. Tidak kuasa menolak, apalagi junior Levin membuat milik Claire terasa penuh dan sesak. Sesak akan kenikmatan. Ya, Claire tidak ingin munafik, diriny