Bom bom bom.Mungkin 20 kali atau mungkin 30 kali, entahlah, tapi yang jelas serangan bertubi-tubuh dilakukan oleh Jaka Rakap telah menghantam tubuh Kelelawar Hitam sampai pria itu jatuh dari udara, terperosok di tanah, dan berguling di antara pohon-pohon yang tumbang.Ya, tenaga dalam bisa menciptakan dampak bagi Satria Roh Suci sekalipun. Kerusakan yang diakibatkan oleh tenaga dalam tergantung seberapa besar tenaga dalam yang dimiliki oleh orang itu, dan seberapa kuat pula tubuh Satria Roh Suci.Meski memiliki kulit yang keras, tapi kekuatan kulit Satria Roh Suci atau pula Satria Suci pada umumnya juga memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda.Mungkin akan ditemukan kulit sekeras batu, atau mungkin kulit sekeras besi, bahkan kulit sekeras baja.Ini tergantung dari roh suci yang ada di tubuh mereka. Kekerasan kulit adalah kekuatan mutlak yang dimiliki oleh para satria, tapi tenaga dalam adalah alat selain dari belati pembantai roh suci yang mampu membuat Satria Roh Suci harus mewasp
Kelelawar Hitam tidak menduga jika dia mendapatkan luka yang cukup parah dari serangan Rawai Tingkis.Berkat kekuatannya, juga sedikit keberuntungan, Kelelawar Hitam berhasil menyelamatkan dirinya dari kerusakan fatal.Saat ini, hanya bahu kirinya yang terkoyak sangat parah. Darah mengalir hingga mencapai betisnya.Setiap kali dia membayangkan serangan Rawai Tingkis barusan, luka di pundak kirinya terasa semakin sakit dan perih.Ketika malam semakin larut, situasi di dalam Padepokan Surya terdengar penuh dengan sorak gembira.Dari luar Jaka Rakap mendengar teriak yang ‘Kebangkitan Manusia Murni, kebangkitan raja dari segala raja.’Hal ini membuat Jaka Rakap tersenyum pahit, pasalnya untuk melahirkan 9 manusia murni, hampir 20 orang anggota Padepokan Surya mati saat berjaga.Yang lebih memprihatinkan saat ini, Rawai Tingkis dalam keadaan kritis. Jaka Rakap membuat api unggun saat ini, karena tubuh Rawai Tingkis begitu dingin.“Adakah yang memiliki keahlian dibidang medis?” tanya Jaka R
Walaupun pengorbanan Rawai Tingkis begitu besar, tapi masih ada beberapa orang yang tidak menghargai pemuda tersebut. Bahkan, dari 9 orang anggota Manusia Murni, 3 diantaranya merasa terlalu berlebihan jika mengkhawatirkan Rawai Tingkis.“Harusnya ini adalah waktu bagi kita untuk saling berkenalan satu sama lain, kenapa banyak orang terlalu menganggap pemuda itu penting?”“Kau benar, setelah Manusia Murni terbentuk, kekuatan pemuda itu akan terlupakan.”“Jika dia hidup, aku penasaran seberapa tangguh dirinya, aku ingin melawannya.”3 orang itu merasa bahwa kekuatan mereka kini jauh lebih tinggi dibandingkan Rawai Tingkis.Kehilangan Rawai Tingkis tidak akan membuat Padepokan Surya kehilangan kekuatannya.Di sisi lain, Ki Langit Hitam mendengar perkataan tiga orang pria itu. Dia kemudian menghela nafas panjang, seraya menggelengkan kepalanya.Setelah dibawa ke ruang medis, Rinjani segera menggunakan kemampuannya untuk menyelamatkan hidup Rawai Tingkis.Dia meminta beberapa tabib untuk
Beberapa hari setelahnya, kondisi Rawai Tingkis semakin membaik. Dia sudah bisa menghabisakan lima ekor ayam panggang sendirian, hanya saja Putri Intan Kumala masih melarang dirinya untuk bergerak terlalu bebas. Ah, meskipun sebenarnya ucapan Putri Intan Kumala tidak pernah diindahkan oleh Rawai Tingkis.Rawai Tingkis sering kali mendengar kesombongan beberapa orang dari 9 manusia murni, membuat Rawai Tingkis tersenyum.Hanya karena mereka berdiri di atas pohon kelapa seraya telah menyentuh langit. Rawai Tingkis tidak ingin meladeni orang seperti mereka.Lagipula tidak ada gunanya, tidak ada untungnya sama sekali.Namun sering kali, Ki Langit Hitam yang mendengar ucapan 3 Manusia Murni itu merasa jengkel dan kesal. Sayangnya, dia tidak bisa melakukan banyak hal saat ini, khawatir jika hal ini malah akan menimbulkan kekacuan di antara Manusia Murni yang susah payah dilahirkan.Lain harinya, Ki Langit Hitam meminta agar Rawai Tingkis tidak tersinggung dengan ucapan 3 orang itu.“Kenapa
Ki Langit Hitam menyerahkan sebuah surat kepada Ki Sundur Langit. Isinya adalah permintaan maaf dari Putri Intan Kumala, mewakili tiga temannya yang lain.“Cucumu sedang mengejar cinta sejatinya …” Ki Sundur Langit lantas tertawa terbahak-bahak, menyerahkan kembali surat itu kepada Ki Langit Hitam. “Rawai Tingkis memiliki kharismatik dan aura yang memikat, dia bisa jatuh ke pelukan gadis lain …hahaha.”“Tua Bangka sialan, bukan itu maksudku …”“Bukan itu, lantas apa lagi? Karena mereka adalah bagian dari 9 Manusia Murni? Meski demikian, mereka memiliki pikiran dan jalannya masing-masing, kita memang tidak bisa menahan mereka! Kau tidak perlu takut, Putri Intan Kumala memiliki teman-teman yang kuat, mereka pasti akan aman!”Rupanya berbicara dengan Ki Sundur Langit membuat pikiran Ki Langit Hitam menjadi tercerahkan.Sebagai seorang Kakek, dia pasti mengkhawatirkan Putri Intan Kumala, cucu satu-satunya yang menjadi pewaris sah kerajaan mereka.Namun, di sisi lain, saat ini Putri Intan
Rawai Tingkis membuang semua harta rampasan ke dalam jurang. Dia lalu menepuk tangannya, “ah, sekarang aku akan pergi …terima kasih atas makannya…” ketika pemuda itu hendak melangkahkan kaki, dia berbalik, “satu lagi, ngomong-ngomong jika aku melewati jembatan ini, aku akan tiba di mana?”“Kau akan tiba di Negri Bulan Merah …” salah satu dari perampok itu menjawab dengan gagap, apa lagi setelah setengah dari pakaian mereka sengaja dilucuti oloh Rawai Tingkis.“Negri Bulan Merah ya?” Rawai Tingkis menyipitkan mata, sebelum kemudian mulai melangkahkan kakinya.Di atas jembatan dia masih memikirkan ucapan para bandit barusan.Namun …“Hoi pemuda kurang ajar, ini adalah pembalasan dari kami!”Rawai Tingkis cepat-cepat menoleh ke belakang, tapi wajahnya seketika menjadi tegang saat melihat kelompok bandit itu mengayunkan parang pada tali tambang yang mengikat jembatan. Senyum jahat mereka tersungging lebar saat ini, tapi Rawai Tingkis mendadak panik.“Tu …tu…tunggu dulu, kita bicarakan bai
“Mak, aku pulang …” gadis itu tersenyum, seraya merogoh saku bajunya, mengeluarkan beberapa obat yang sempat dibelinya di pasar barusan. “Sekarang, Emak akan lekas sehat, bangunlah! Aku juga membawa bubur …”Gadis itu berjalan menuju sisi lain tempat sempit ini, kemudian mengambil mangkuk tempurung buah maje.Dia menuangkan bubur nasi ke dalam mangkuk itu, meniupnya beberapa kali untuk kemudian diberikan kepada ibunya.Namun, Sang Ibu masih belum terjaga dari tidurnya.Gadis itu meletakan bubur di lantai yang kumuh, lalu dengan lembut mencoba membangunkan Sang Ibu.“Mak …Mak …aku membawakan bubur untukmu …Mak …”Kini suara gadis itu mulai terdengar serak, wajahnya seketika menjadi tegang. Dia langsung mengguncang tubuh ibunya beberapa kali.“Mak! Mak …” Dia memberanikan diri untuk mendekatkan telinganya pada dada Sang Ibu, tapi tidak ada detak jantung yang dia dengar. “Tunggu, Mak! Mak!”Gadis itu kembali memeriksa denyut nadi ibunya, lalu memeriksa nafas di lubang hidung, tapi sedeti
“Terima kasih Kakang …” gadis itu tidak menyangka Rawai Tingkis membawa hampir satu gerobak besar makanan untuk diberikan kepada gadis muda dan semua orang yang terlantar di tempat ini.“Jangan ragus, makanlah!” Rawai Tingkis membantu membanggikan makan tersebut.Saat melihat mereka menyantap beberapa roti kering, buah dan sebagainya, hati Rawai Tingkis seakan tersayat sembilu tajam.Pemandangan ini sangat menyedihkan. Mereka makan seperti tidak pernah makan selama satu bulan. Sangat lahap, bahkan di antara mereka tertawa bercampur air mata, karena harunya.Anak-anak kecil kurus kering menatap buah-buah manga di atas keranjang, sedikit ragu untuk mengambilnya. Salah satu dari mereka menatap Rawai Tingkis, lalu menatap keranjang buah, “apa kami boleh menyantapnya?”“Tentu saja,” jawab Rawai Tingkis, “makanan ini untuk kalian semua, makanlah! Habiskan, nanti Kakang akan mencari lagi …”Ucapan Rawai Tingkis, seolah mendung di musim kemarau, memberi harapan kepada tanah kering keronta dan