Share

Bab 3

Author: Sabda Bazna
last update Last Updated: 2021-05-02 21:48:52

Bab 3

Apa aku harus mencari cerita lain ?

Untuk memberikanku cinta yang tak tuntas darimu

          25 Agustus 2007, Nyimas bermain kumbang di teras rumahnya. Menemani ibu yang sedang menyiram bunga kamboja. Tak berapa lama, kumbang itu terbang terusik tangan gadis kecil itu. Nyimas beralih ke bunga kamboja. Diambilnya daun-daun jatuh dari bunga kamboja mengikuti langkah ibunya. Nyimas berjongkok melihat bunga kamboja yang mulai mekar. Warnanya putih, merah dan kombinasi keduanya. Sudah 10 tahun Ibu Nyimas merawat bunga kamboja, dimulai dari satu biji kamboja yang diberikan ayahnya. Sekarang sudah 4 pohon kamboja.

“ Ibu, kata Mas Arka kalau bunga itu manis karena dia punya madu. Kenapa bunga bisa punya madu ? ” celoteh Nyimas

“ Itu memang pekerjaan bunga untuk memasak madu. Nanti madunya akan dimakan serangga. ”

“ Tapi bunga ini pahit rasanya. Nyimas pernah menjilat bunganya.  ” Nyimas menjulurkan lidahnya.

Ibu Nyimas tersenyum. Dia mendekati nyimas dan mengusap punggungnya.

“ Dia menyimpan madunya ditempat tersembunyi. Jadi manusia tidak bisa memakannya, karena madu bunga memang khusus untuk serangga ” terang Ibu Nyimas

           Sebenarnya bukan kebiasaan Nyimas membantu ibunya merawat bunga kamboja. Setelah pulang mengaji biasanya dia bermain di rumah Hasta, tapi sudah 3 hari Hasta demam. Biasanya pula Nyimas baru pulang ketika suara motor ayahnya terdengar melewati rumah Hasta. Namun kali ini dia hanya menunggu ayahnya pulang di rumah bersama ibu. Sebentar lagi ayah akan datang, tepat ketika langit mulai menggambar garis merah senja. Terkadang pula ketika adzan maghrib baru bersua di musholla dekat rumah.

             Tak berapa lama, ayah Nyimas sudah berdiri didepan pagar. Dia tersenyum melihat Nyimas yang sudah menunggunya di rumah. Bermain bersama ibunya dan bunga kamboja. Nyimas segera berlari melihat ayah. Ibu Nyimas juga menyambut suaminya pulang dengan senyuman. Lalu masuk kedalam rumah untuk membuatkan teh hangat.

           Ketika ayah Nyimas membuka pintu pagar, Nyimas melompat memeluk ayahnya yang dua kali lipat lebih tinggi. Pria itu menggendong Nyimas hingga duduk di kursi teras, memangku dan mengelus rambut Nyimas.

“ Ayah, ceritakan putri dan pangeran lagi. ” rengek Nyimas dengan membenamkan wajahnya ke dada ayahnya.

“ bagaimana ya, tapi Nyimas harus cium ayah dulu. Baru ayah akan cerita. ”

Nyimas bangkit dari dada ayahnya. Merangkak mendekati wajah dan mencium pipinya.

“Apa sekarang ayah mau bercerita ? ”

“ok. Putri dan Pangeran. Dulu ada seorang putri yang cantik, rambutnya panjang dan kulitnya putih. Sang putri sangat suka sekali warna merah muda. Jadi putri selalu memakai gaun merah muda. Suatu hari, putri bosan di istana. Dia keluar kamarnya tidak ada siapa-siapa. Akhirnya dia pergi keluar istana untuk pergi ke taman sendirian . Ditaman dia bertemu dengan putri dari kerajaan lain. Namanya Katulistiwa, dipanggil Isti. Putri Isti berasal dari pulau Melayu. Dia juga sedang kesepian sehingga bermain ke taman. Akhirnya putri ini berteman dengan putri Isti. Setiap sore, sang putri dan putri Isti bertemu ditaman untuk bermain bersama. ”

           Ibu Nyimas datang ditengah cerita. Dia meletakkan dua cangkir teh hangat di meja dan ikut bergabung mendengarkan cerita. Tapi perhatiannya tertuju pada bunga kamboja yang baru saja dibersihkan. Begitu singkat untuk bunga kamboja menggugurkan daunnya.

“ Di hari berikutnya, Putri Isti membawa seorang pangeran dari kerajaannya. Pangerannya sangat tampan, tinggi, tegap dan kulitnya sedikit coklat. Putri Isti memperkenalkan nama Pangeran yaitu Pangeran Maja. Kata putri Isti, pangeran sangat suka berburu kelinci di hutan. Sehingga kulitnya berubah coklat. Pangeran ini juga kesepian. Karena itu putri Isti mengajaknya ke taman untuk berteman dengan sang putri. ” Lanjut Ayah Nyimas

“ Mereka menghabiskan hari-hari bersama. Sampai mereka bertiga tumbuh dewasa. Pangeran Maja telah menjadi raja dan tak bisa lagi bermain bersama Sang Putri dan Putri Isti. Putri Isti juga harus menjaga kerajaan dan menjadi ratu. Sang Putri hanya bisa bermain sendiri karena teman-temannya sibuk. Akhirnya sang putri memutuskan tak pernah datang ke taman.”

          Ayah Nyimas mengambil cangkir teh dan menyeruputnya sedikit. Dilirik istrinya yang duduk memperhatikan bunga kamboja. Kemudian menyeruput kembali teh yang mulai sedikit dingin. Diberikan sisa tehnya untuk Nyimas yang masih duduk dipangkuannya. Nyimas langsung saja menghabiskan teh dan mengembalikan ke ayahnya.

“ Tapi, sang putri tak ingin pergi meninggalkan taman. Hingga dia harus menjadi ratu menggantikan ibunya yang pergi ke negeri lain. Putri memutuskan untuk pergi ke taman terakhir kalinya sebelum sibuk di kerajaan. Di hari terakhir, sang putri menemukan pangeran Maja duduk bersama teman laki-lakinya. Pangeran Maja memperkenalkan temannya itu kepada sang Putri. Teman Pangeran Maja juga kesepian. Karena kasihan dan sang putri tak bisa ke taman lagi, teman Pangeran Maja diajak sang Putri untuk tinggal bersama di kerajaan. Akhir cerita, sang Putri tak lagi kesepian karena dia sudah punya teman yang akan menemaninya selamanya di kerajaan. ” Ayah Nyimas mengakhiri dongengnya.

“ Ayah, sampai sekarang Nyimas belum  tahu  nama sang Putri ? ”

“ Kamu bisa menamainya sendiri.”

“ Kenapa harus begitu ayah ? kan ini dongeng ayah ”

Ayah Nyimas tak menjawab, dia hanya tersenyum.

“ Kalau begitu, sang putri itu namanya Nyimas ” Jawab Nyimas

Nyimas beranjak turun dari pangkuan ayahnya. Dia berdiri dan berjalan didepan kedua orang tuanya.

“ Lalu Ibu menjadi Putri Isti, Pangeran Majanya Ayah dan Pangeran yang menemani Nyimas adalah Hasta. ” Celetuk Nyimas sambil menunjuk Ibu dan Ayahnya.

          Ayah dan Ibunya hanya tertawa. Mereka berdua memandang Nyimas yang bertingkah lucu didepan. Begitulah sore hari mereka lalui bertiga. Ibu merawat bunga kamboja yang tak pernah berhenti menggugurkan daunnya dan Nyimas yang selalu menunggu ayahnya pulang untuk menceritakan dongeng Putri dan Pangeran. Dengan ditemani secangkir teh buatan ibu. Selalu berulang seperti ini.

##

“ Nyimas, sudah berapa hari Hasta sakit ? ” tanya Ayah Nyimas dengan mulut penuh

“ Sudah tiga hari ayah. Kata mas Arka, Hasta demam dan butuh istirahat. Jadi Nyimas disuruh pulang sama mas Arka. ” Jawab Nyimas yang sibuk memisahkan duri dari ikan

“ Halah, paling itu alasan Mas Arka nggak mau kamu main kerumahnya. Nanti dia kamu ajak main terus. Mas Arka kan harus belajar masuk kuliah. ” Ibu Nyimas membalas

“ Ibu sok tahu, Mas Arka suka kok main sama Nyimas. Buktinya Mas Arka selalu dengar cerita Nyimas kalau Hasta belum pulang ngaji. ” Bela Nyimas

“ Itu karena terpaksa Nyimas. Mas Arka menghormati kamu karena kamu tamu. ”

Ayah dan Ibu Nyimas terkekeh.

“ Nanti habis sholat Isya nemenin ayah jenguk Hasta ya ? Nanti kamu bantu ayah bawa buah-buahan untuk Hasta. Sekalian kita antar dia ke rumah sakit. ”

“ Ibu nggak ikut ? ”

“ Ibu jaga rumah, kalau ada tamu nanti siapa yang buka pintu ? ” 

          Ibu Nyimas telah menyiapkan buah-buahan sejak sore tadi ketika Nyimas mengaji. Dia memetiknya di kebun belakang rumah. .

          Setelah berjama’ah sholat isya dirumah, Nyimas segera berganti gaun karena dia akan mengantar Hasta ke rumah sakit kota. Ayahnya sudah sejak 10 menit yang lalu memanaskan mobil menunggu Nyimas bersiap. Ibunya dari tadi juga meneriaki Nyimas untuk cepat. Setelah selesai, Nyimas keluar kamar dengan berlari ke Ibunya. Tersenyum tanpa berdosa lalu berpamitan. Ayahnya menunggu didepan rumah. Nyimas menyusul semangat. Tak berapa lama mereka berdua menuju rumah Hasta.

          Rumah Hasta hanya berjarak 10 meter dari rumah Nyimas. Mereka masih satu gang dengan selisih 5 rumah. Jalanan masih ramai karena kebetulan malam ini malam minggu. Ada beberapa ibu-ibu yang duduk di pos RT saling berbincang. Sedangkan warung kopi juga ramai dibandingkan hari-hari biasanya. Ada pula perkumpulan karang taruna di rumah pak RT yang bertetangga sebelah rumah Hasta. Berbeda dengan rumah Hasta hening, sandal yang diletakkan diteras rumah berjumlah 3 pasang. Menandakan bahwa penghuni rumah Hasta masih lengkap.

          Setelah menjenguk Hasta, ayah Nyimas menggendong Hasta menuju mobil. Dibelakang Nyimas membawa beberapa baju Hasta yang mungkin diperlukan jika Hasta akan rawat inap. Bibi dan Mas Arka juga ikut mengantar Hasta ke rumah sakit. Sudah 3 hari Hasta demam dan tak turun. Di kampung ini tidak memiliki fasilitas puskesmas sehingga warga yang sakit harus pergi ke rumah sakit kota untuk pengobatan.

          Setelah diperiksa, Hasta diharuskan untuk rawat inap. Mas Arka dan Nyimas menemani Hasta di ruangan. Malam ini kemungkinan mereka akan tidur menemani Hasta. Setelah mereka bertiga tertidur, Ayah Nyimas pergi keluar bersama Bibi.

“ Aku titipkan Nyimas dan Dewi. Minggu besok aku akan pergi ke Palembang untuk waktu yang lama. Ku tinggalkan nomer telefonku jika kamu memerlukannya. Jangan beritahu mereka berdua jika aku akan pergi. ” ucap Ayah Nyimas

          Wanita yang merawat Hasta tersebut hanya terdiam menunduk tak berani menatap wajah ayah Nyimas. Matanya terpejam menahan tangis. Entah apa yang yang dia fikirkan.

“ Oh ya Ayu. Kamu juga harus menjaga rahasiaku dengan Hasta. Tenang saja, aku akan memberitahunya di waktu yang tepat. Ku percayakan mereka bertiga padamu. ” pria tersebut menyandarkan tubuhnya di kursi dan menghisap rokok baru.

“ Uang kuliah Arka kelak mungkin aku tak bisa menanggungnya lagi. Tapi akan aku usahakan dia mendapatkan beasiswa ke Jerman sesuai denga cita-citanya. Temanku di Palembang bekerja di kedutaan Jerman.  ”

“ Siapa yang hendak kamu temui di Palembang ? ”

“ Teman lama ” jawabnya dengan tersenyum

##

          Sebenarnya, Nyimas tak benar-benar tidur. Alas tikar membuatnya susah untuk melelapkan diri. Ditambah lagi dia harus berbagi tikar dengan Arka yang bertubuh besar.  Dia bangun dan terduduk. Ditengoknya Hasta yang juga masih terjaga. Hasta menangis. Nyimas tergerak untuk bangkit menemani Hasta.

“ Kenapa kamu menangis ? ” Tanya Nyimas

“ Nyimas, aku rindu ibu.  ” Jawab Hasta terbata-bata.

“ Mau aku dongengkan cerita Putri dan Pangeran tidak ? ”

“ Tidak, aku sudah bosan. ” Protes Hasta

“ kali ini, ada rahasia besar di cerita itu. ” Nyimas berbisik,

“ Kamu tahu tidak, nama sang putri yang tidak pernah aku tahu ternyata Nyimas. ” Suara Nyimas semakin pelan berbisik.

“  Lalu Putri Isti itu Ibu dan Pangeran Maja itu Ayah. Kamu juga ada di dongeng itu, jadi temannya Pangeran Maja. Jadi kamu selamanya bermain denganku. ”

“ Tidak mau. ”

“ Hei, kamu akan mendengar 1000 dongeng dariku saat bermain nanti. Kamu tidak akan pernah bosan denganku. Tapi tunggu dulu ya. Aku harus membaca 1000 buku sebelum membuat 1000 dongeng. Kamu harus temani aku ke perpustakaan sekolah waktu istirahat setiap hari. Setelah itu, aku bisa menceritakan dongeng yang lebih bagus dari ayah. ” Jelas Nyimas.

“ Bagaiman akhir dongeng Putri dan Pangeran  ? kamu selalu tidak sempat menceritakan akhirnya. ”

“ Oh ya, baik dengarkan aku baik-baik. ”

Nyimas naik ke ranjang tidur Hasta dan duduk. Hasta juga terduduk sehingga mereka berdua saling berhadapan.

“ Putri Nyimas mengajak  Pangeran Hasta untuk tinggal bersamanya di Kerajaan. Karena Pangeran Hasta kesepian dan Putri Nyimas tak bisa pergi lagi ke taman. ”

“ Terus ? ”

“ Itu sudah akhir Hasta. ”

“Sudah biasa aku dengar. ”

“ Baik, Putri Nyimas tak menyukai kehidupan kerajaan. dia menyerahkan kerajaan untuk Pangeran Hasta. Pangeran Maja tak menyukainya juga. Akhirnya mereka meninggalkan kerajaan dan pergi di taman, disana Pangeran Hasta dan Putri Nyimas membangun rumah yang indah dan tinggal bersama disana dengan damai. Bagaimana ? ”

“ Kamu tak pandai mendongeng. ”

          Hasta menjulurkan kakinya bersiap tidur,  badan Nyimas terdorong dan hendak terjatuh. Tanpa rasa bersalah Hasta mengambil selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan Nyimas merasa sebal memukul badan Hasta.

“ Aku ini sakit. ” Ucap Hasta dengan nada tinggi

“ Maaf. ”

“ Selamat malam ! ”

          Suara jangkrik berdenging dalam malam. Nyimas kembali ke bawah untuk bersiap tidur. Dia merasa bersalah telah memperburuk suasana hati Hasta. Diambilnya kertas dari tas kecil yang ia bawa. Arka yang sudah tidur terbangun karena tas kecil itu mengenai kepalanya. Nyimas tak menyadarinya dan duduk disamping Arka menulis akhir cerita Putri dan Pangeran yang bagus untuk diceritakan kembali kepada Hasta. Tak ingin menganggu, dia memejamkan mata meskipun sadar. Dari sana Arka berharap bisa mendengar celotehan dari Nyimas, celoteh yang berasal dari hatinya. Tentang pangeran dan putri tak bernama.

​

Related chapters

  • Sasakala   Bab 4

    Aku cinta dan tak berarti lemahJustru kamulah yang membuatku kuatUntuk membalas dendam perasaan dari air kehidupanDan peluh dari teriakanmu tentang kulit jari yang mengelupas Pria itu Zamrud, berbadan kekar yang telah melewati fase membingungkan dalam hidupnya. Setelah perjalanan dari rumah sakit, ia kembali ke rumah. Sang istri telah menyambutnya dengan teh hangat di meja tamu, setelahnyya wanita itu sendiri sedang sibuk membuat sarapan. Zamrud duduk menatap langit-langit ruangan yang mulai menghitam. Rumah itu sudah tua, seumur dengan pernikahannya dengan Dewi. Diruang tamu inilah dia mengucapkan akad nikah dengan mas kawin bunga kamboja putih di teras rumah. Itu permintaan dari Dewi. Tidak seperti wanita pada umumnya, Dewi sangat menyukai bunga. terlebih lagi bunga berwarna putih. Karena pada masa itu harga bunga mawar putih mahal

    Last Updated : 2021-05-02
  • Sasakala   Bab 5

    Maafkan aku, yang tak bisa mengembalikan jejak kakimuUntuk kemudian kau berikan pada lainnyaAtau tanah yang kau bisiskiBiarkan aku sebagai perawat untuknya Perpisahan, satu hal yang tak diinginkan. Walau begitu, kenangannya tentang seseorang membuat Zamrud harus pergi. Entah berapa langkah lagi dia akan benar-benar akan keluar atau tetap terjebak dalam permainannya sendiri. Zamrud meninggalkan Dewi dan Nyimas untuk pergi ke kota. Bohong, dia harus berbohong terus demi cintanya. Banyak yang bilang dia pria tak berlogika. Hanya mementingkan keberadaan dirinya tanpa tahu manusia lain juga mempunyai perasaan. Entah apa hubungannya, bagi Zamrud dia harus cepat menyelesaikan pelik diri sendiri baru meminta ma’af. Satu jam yang lalu, Nyimas telah pergi bersama Arka. Walau masih SMA, Zamrud percaya Arka lebih bisa menjaga Nyimas dibanding dirinya. Dia pria yang tak banyak menuntut dan suka memperhatikan orang. T

    Last Updated : 2021-06-07
  • Sasakala   Bab 6

    Ketika jam mulai berdetakSatu tusuk untuk ingatan tentang dirimu yang selalu tertunduk“ Apa Nyimas masih menulis dongeng ? ”Hasta tersenyum kecut. Matanya melihat keatas sambil menghela nafas. Hangantnya bauan kopi pesanan sudah hilang berganti dengan bau tanah yang khas setelah hujan. Masih rintik diluar, tapi cukup untuk membasahi rambut. Bu Sri hendak memulai ceritanya, sudah saatnya untuk jujur dengan dirinya. Tapi suaranya sangat serak untuk berbicara tentang kebohongan dirinya sendiri.“ Mas Arka masih ingat damar kurung yang dibeli dengan Nyimas ? ”“ Iya. ”“ Dia menyimpannya di gudang rumah. Nyimas menunggu mas Arka pulang untuk melukisnya. ” canda Hasta. Tapi tak terlihat sedang bercanda. Arka sedikit memahami situasi ini. Dia hanya diam saja dan tak banyak bertanya. Walau banyak sekali gemuruh hatinya untuk berkata. Dilihatnya kanan-kiri. Pengun

    Last Updated : 2021-06-07
  • Sasakala   Bab 7

    Aku ragu dengan kakikuApakah dia masih ada kulit yang melindunginya ? Sepatunya menggesek lantai, sedikit meninggalkan jejak garis. Lusuh dan sudah berubah warna. Mungkin terakhir kali Nyimas mengganti sepatu ketika dia kelas 12 SMA. Jahitan benang sol sudah banyak yang terbuka. Alas kakinya pun sudah menipis. Itu yang membuat Nyimas sering merasa sakit telapak kakinya. Langkahnya terlihat lesu nampak sepadan dengan sepatu lama Nyimas. Ia keluar dari ruang perkumpulan dan meninggalkan proposal itu di lemari penyimpanan. Bersamaan dengan sifat tubuhnya, nafas Nyimas terdengar berat, berfikir bahwa ia tak menyangkan fase hidupnya sebegitu menakjubkan untuk ditafsirkan. Jauh dari pandangan dia ketika masih kecil. Beberapa rambut depannya jatuh dengan lembut namun berkesan berantakan, wanita itu biarkan karena baginya itu menandakan dia telah berjuang keras hari ini. Suasana angin sore masuk melalu jendel

    Last Updated : 2021-06-09
  • Sasakala   Bab 8

    Hei, untuk jiwaku yang menungguBisakah sejenak untuk berhentiDari memori dimana membuatku gilaDan alunan jemari kebohongan milikmuTepat satu jam. Nyimas kembali berantakan. Wajahnya kusam dengan suasana bus yang pengap. Untung saja dia bisa duduk di 15 menit terakhir. Lututnya sempat kebas. Telapak kaki juga terasa pengap. Hingga dia melepaskan sepatunya yang sudah bertahun-tahun terseok oleh badannya. Memijit sesedikit kaki dengan mengeluh. Diselanya Nyimas kembali berfikir. Tentang keinginan kedua wanita itu.Kedua wanita dengan pembicaraan tadi turun terlebih dahulu. Ada suatu yang aneh. Nama dan feminisme. Sedikit berhubungan dengannya. Namun dia terlalu lelah untuk menganalisa. Kini Nyimas mulai mengantuk. Setelah pertemuan di kampus yang menurutnya berat. Ditambah dia harus menempuh dua kali perjalanan yang cukup panjang. Bukan tipe orang yang harus memikirkan suatu tidak pa

    Last Updated : 2021-07-12
  • Sasakala   Bab 9

    Bab 9Bolehkah aku menukar ceritaku dengan ceritamu ?Agar kamu tahu, ada sedikit robekan kata untuk ceritakuYang membuat aku tak bisa membacaMaksud cerita pemiliknya Daun itu terlalu kering sehingga akan cepat hancur apabila terinjak. Sudah bertahun – tahun pohon disekitarnya menggugurkan daun tanpa ada yang membersihkan. Kamboja – kamboja yang dulunya terawat, batangnya mulai mengering mengikuti daun dan bunga yang rontok. Tepat sehari sebelumnya, bunya kamboja berwarna kuning terakhir jatuh untuk bertahan. Masih ditanah bersama kotoran pohon lainnya.Seorang pria tua pulang untuk sekian lama. Rambutnya telah banyak memutih. Namun dia masih tampak tampan seperti pertama kalinya pergi. Pria itu melihat keadaan rumahnya yang sudah bertahun – tahun ditinggalinya. Suara daun yang diinjaknya membangunkan kembali cerita dahulunya di rumah ini. Yang b

    Last Updated : 2021-07-12
  • Sasakala   Bab 10

    Bab 10Kakiku baru saja terceburDengan tinta kehidupan yang baru saja kupetikBersama dengan dirimuAku ingin merasakan gejolak dari kakiku yang kotor ituSuara jangkrik bergeming untuk Nyimas yang sedang menunggu seseorang. Tepat hari ini, suatu janji yang telah dia rencanakan. Sedikit gerimis memberikan kesejukan baginya yang sedang panas memikirkan kata – kata. Dia akan menjadi perwakilan kelompok feminis kampus dalam pertemuan dengan dewan perwakilan. Beberapa lembar kertas kosong dia mainkan sambil membaca sesedikit tulisannya semalam. Sejarah feminisme, kasus pelanggaran HAM bagi wanita dan gerakan feminisme di beberapa negara dia rangkum. Undang – undang mengenai perempuan juga telah dia baca habis termasuk tulisan mengenai kritikannya.Setelah pertemuannya dengan Arka dan Hasta, Nyimas langsung pergi ke perpus

    Last Updated : 2021-07-12
  • Sasakala   Bab 11

    Bab 11Apa aku bisa memberikan bayanganku sebuah harapanBahwa akan habisnya tinta kehidupanku Arka masih melanjutkan bacaannya. Mulai menarik. Dia bisa tahu segala cerita dari sudut pandang Dewi, Ibu Nyimas. Sudah mencapai halaman tengah, kisah yang membuat fantasinya mengembara semakin menjadi. Dalam kesunyian, matanya lambat menyusuri tiap kata yang Dewi ukir. Tulisan tua itu tidak membuat Arka bosan, meski ditulis dengan tinta yang sudah pudar.Ayu, dia istri pertama Kakak dan seumuran denganku. Wanita itu menikah dengan kakak dari umur 19 tahun. Dari ceritanya, Ayu suka dengan Kakak karena kegigihannya dalam membangun usaha bisnisnya sendiri. Ditengah steriotip masyarakat yang anti dengan cina – pribumi, kakak berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan orang – orang jawa. Ayu melihat sendiri bagaimana perjuangan kakak

    Last Updated : 2021-07-12

Latest chapter

  • Sasakala   Epilog

    Epilog“ Hei Zamrud ! ”“ Nyimas, aku nggak tahu kamu di Lampung ? Mau main ke rumah wak dulu ? ” Zain menyerobot Zamrud untuk berbicara. Zamrud sendiri masih terperangah dengan Nyimas yang ditemui tempat peristirahat bus di Lampung.“ Aku habis dari rumah wak. Ini mau pulang. ”“ Nahhhh, kau tak bilang – bilang. Untung saja kita ketemu disini. Zamrud mau menyusul kau di Palembang. ” Tunjuk Zain ke arah Zamrud dibelakangnya. Masih termalu – malu dengan penampilan Nyimas.Nyimas melihat Zamrud dengan senang. Sudah sekian lama mereka tidak berkirim kabar dan saling memendam rasa. Walau sebenarnya sudah tahu. Zain melihat gelagat mereka yang tak berubag dari SMA hanya menggelengkan kepala.“ Duduk saja dikursi situ. Waktu istirahatku masih 15 menit. Kau sendiri Nyimas ? ” Zain menggiring mereka berdua di tempat yang teduh dan berkurs

  • Sasakala   Bab 15

    Bab 15Ketika aku bertemu dengan titikAku bertanya padanya didepan cerminApakah kamu memerlukan sebuah koma ?“ Bangun ! ”Nyimas masih tertidur, tak ada reaksi berarti darinya meski sudah ditampar berulangkali. Kaos merah muda yang masih terpakai sudah tak lagi menampakkan kefeminiman warnanya. Beberapa noda hitam dan coklat merusak arti. Beberapa bagian tubuhnya lebam kebiruan karena ia terjatuh dua kali. Belum sempat sembuh seutuhnya, dia sudah terkena sial yang sama.“ Cepat bangun hei orang sosialis ! ” Wanita tua itu terus berlaku kasar.Matanya mengerenjak. Kornea mata yang berwana coklat mulai terlihat sedikit. Ia mulai bangun. Namun bukan di puskesma, dia terduduk di sebuah kursi dengan badan yang terikat kencang. Bekas ikatan itu menyesakkan darahnya sehingga badannya terasa kaku. Belum lagi pipinya terasa pedas yang belum ia sadari bekas tam

  • Sasakala   Bab 14

    Bab 14Aku bertanya padamuApa rencana yang hendak kuceritakanJika seandainya tak seorangpun yang tuliGerakan Feminis sudah bubar, sejak kejadian fajar tadi beberapa orang terpaksa dipulangkan. Rencana sore di hari kedua untuk melakukan aksi demonstrasi damai batal. Justru disaat matahari terbenam, alun – alun sudah bersih seperti sedia kala. Petugas kebersihan kota dan beberapa bantuan dari para feminis membersihkan sisa – sisa tenda yang hancur.Nyimas yang sempat pingsan sudah siuman beberapa jam kemudian. Beberapa ketua dari masing – masing kampus menungguinya. Di puskesmas terdekat Nyimas hingga saat ini masih terbaring meski sudah sadar. Hanya matanya saja yang bisa berbicara bahwa dia masih memikirkan keadaan orang - orang. Nyimas termenung, melihat cahaya sore yang silau dari jendela kamar rawat sementaranya. Mukanya berminyak, tak sempat ia harus merawat dirinya.&ldquo

  • Sasakala   Bab 13

    Bab 13Kututup mata untuk melihat air yang berada diujung sanaTerasa bening namun jika disentuh akan berwarna biruLalu kubuka kembali nyatanya hidupDidepanku, sebuah telaga hijau yang tak pernah disentuhDikelilingi orang – orang yang seolah marahDan aku tak tahu alasannyaKubiarkan itu berlalu dan kembali, sebuah telapak tangan yang masih terbuka Beberapa puluh orang sudah berkumpul di alun – alun kota. Itu belum semua. Ayu berhasil bekerja sama dengan gerakan feminis dari kampus lain, ada juga dari luar Surabaya. Dengan baju merah muda seragam, mereka berjongkok menunggu komando selanjutnya. Pentolan organisasi sedang rapat darurat jauh dari kerumunan. Termasuk Nyimas dan Ayu. Hingga matahari sedang terik, massa belum juga mengeluarkan aksinya

  • Sasakala   Bab 12

    Bab 12Bisakah aku kembali menapaki bekas jajakkuAtau melihat kembali sore yang disembunyikan dibalik sibakan kata – katamuSinar matahari tidak lagi menusuk penglihatan, Nyimas terduduk di depan teras kamar kos. Kembali berkutat dengan kertas – kertas kosong, menemani setiap kali ia ingin bercerita ketika tak ada orang untukknya. Gadis itu untuk sekian kali harus belajar membaca gerakan emosinya sendiri. Namun dia tidak mau lupa dengan ambisinya tersendiri.Beberapa burung kembali pulang ke arah sarangnya. Bertepatan dengan pohon yang didepannya bergerak mengikuti arah hembusan alam. Aroma yang sejuk, sama seperti masa kecilnya yang dirindukan. Tak sengaja, salah satu burung kecil itu datang ke atasnya dan mengeluarkan kotoran dan jatuh ke arah kertasnya yang masih kosong. Ia mengumpat pelan. Tak terdengar siapapun, karena memang tidak ada seorang disekitarnya.Nyimas bangkit dari rutin

  • Sasakala   Bab 11

    Bab 11Apa aku bisa memberikan bayanganku sebuah harapanBahwa akan habisnya tinta kehidupanku Arka masih melanjutkan bacaannya. Mulai menarik. Dia bisa tahu segala cerita dari sudut pandang Dewi, Ibu Nyimas. Sudah mencapai halaman tengah, kisah yang membuat fantasinya mengembara semakin menjadi. Dalam kesunyian, matanya lambat menyusuri tiap kata yang Dewi ukir. Tulisan tua itu tidak membuat Arka bosan, meski ditulis dengan tinta yang sudah pudar.Ayu, dia istri pertama Kakak dan seumuran denganku. Wanita itu menikah dengan kakak dari umur 19 tahun. Dari ceritanya, Ayu suka dengan Kakak karena kegigihannya dalam membangun usaha bisnisnya sendiri. Ditengah steriotip masyarakat yang anti dengan cina – pribumi, kakak berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan orang – orang jawa. Ayu melihat sendiri bagaimana perjuangan kakak

  • Sasakala   Bab 10

    Bab 10Kakiku baru saja terceburDengan tinta kehidupan yang baru saja kupetikBersama dengan dirimuAku ingin merasakan gejolak dari kakiku yang kotor ituSuara jangkrik bergeming untuk Nyimas yang sedang menunggu seseorang. Tepat hari ini, suatu janji yang telah dia rencanakan. Sedikit gerimis memberikan kesejukan baginya yang sedang panas memikirkan kata – kata. Dia akan menjadi perwakilan kelompok feminis kampus dalam pertemuan dengan dewan perwakilan. Beberapa lembar kertas kosong dia mainkan sambil membaca sesedikit tulisannya semalam. Sejarah feminisme, kasus pelanggaran HAM bagi wanita dan gerakan feminisme di beberapa negara dia rangkum. Undang – undang mengenai perempuan juga telah dia baca habis termasuk tulisan mengenai kritikannya.Setelah pertemuannya dengan Arka dan Hasta, Nyimas langsung pergi ke perpus

  • Sasakala   Bab 9

    Bab 9Bolehkah aku menukar ceritaku dengan ceritamu ?Agar kamu tahu, ada sedikit robekan kata untuk ceritakuYang membuat aku tak bisa membacaMaksud cerita pemiliknya Daun itu terlalu kering sehingga akan cepat hancur apabila terinjak. Sudah bertahun – tahun pohon disekitarnya menggugurkan daun tanpa ada yang membersihkan. Kamboja – kamboja yang dulunya terawat, batangnya mulai mengering mengikuti daun dan bunga yang rontok. Tepat sehari sebelumnya, bunya kamboja berwarna kuning terakhir jatuh untuk bertahan. Masih ditanah bersama kotoran pohon lainnya.Seorang pria tua pulang untuk sekian lama. Rambutnya telah banyak memutih. Namun dia masih tampak tampan seperti pertama kalinya pergi. Pria itu melihat keadaan rumahnya yang sudah bertahun – tahun ditinggalinya. Suara daun yang diinjaknya membangunkan kembali cerita dahulunya di rumah ini. Yang b

  • Sasakala   Bab 8

    Hei, untuk jiwaku yang menungguBisakah sejenak untuk berhentiDari memori dimana membuatku gilaDan alunan jemari kebohongan milikmuTepat satu jam. Nyimas kembali berantakan. Wajahnya kusam dengan suasana bus yang pengap. Untung saja dia bisa duduk di 15 menit terakhir. Lututnya sempat kebas. Telapak kaki juga terasa pengap. Hingga dia melepaskan sepatunya yang sudah bertahun-tahun terseok oleh badannya. Memijit sesedikit kaki dengan mengeluh. Diselanya Nyimas kembali berfikir. Tentang keinginan kedua wanita itu.Kedua wanita dengan pembicaraan tadi turun terlebih dahulu. Ada suatu yang aneh. Nama dan feminisme. Sedikit berhubungan dengannya. Namun dia terlalu lelah untuk menganalisa. Kini Nyimas mulai mengantuk. Setelah pertemuan di kampus yang menurutnya berat. Ditambah dia harus menempuh dua kali perjalanan yang cukup panjang. Bukan tipe orang yang harus memikirkan suatu tidak pa

DMCA.com Protection Status