***
Liana merapikan meja yang dipenuhi oleh piring kotor, dia pun membawanya ke dapur. Disisi lain Vans sedang berpikir untuk menyiapkan rencana balas dendam pada dua orang penghianat. Siapa lagi kalau bukan Lisa dan Arlon. Namun dia tidak tahu dimana mereka berdua berada. Waktu berjalan begitu saja Liana sudah selesai mencuci piring dan sendok yang sebelumnya kotor. karena malam sudah semakin menggelap mereka bersiap untuk tidur, kedua pasangan yang sebelumnya berpisah rajang itu tak melakukannya lagi. Liana begitu menikmati kasur yang tak pernah dirasakannya selama 3 tahun terkahir. Dia sebelumnya hanya tidur dilantai beralaskan tikar. Ketika mereka berdua hendak tidur tiba tiba saja terdengar ketukan dari arah luar. Liana yang masih menikmati kasur lembut itu segera beranjak lalu berkata pada suaminya. "Kakanda biar aku yang membukanya," ucap Liana. Namun ketika Liana hendak meninggalkan kamarnya, tangan Vans menangkapnya. Vans pun menggeleng gelengkan kepalanya. "Tidak biarkan aku saja, mungkin itu adalah rekan rekan kerjaku, tidur lah dahulu kau pasti sangat lelahkan," ucap Vans. "Baiklah kalau begitu," ucap Liana. Dia memang setuju dengan perintah suaminya, namun didalam hatinya dia tak ingin menurutinya. Liana takut bahwa suaminya itu melakukan sesuatu padanya semacam dijual, mengingat dia diperlakukan dengan kejam ketakutan itu sangat wajar sekali dirasakan olehnya. Ketika suaminya sudah keluar, Liana dengan pelan mengikuti suaminya itu. Vans membuka pintunya, "ah ternyata kau Roni ada gerangan apa malam malam datang ke rumahku?" Ucap Vans. Roni adalah salah satu temannya ketika sedang mengalami kesusahan, namun ketika Vans sudah menjadi kayak dia seolah olah tak kenal dengan Roni. Sebuah alasan tertentu menghalangi Vans untuk berdekatan dengan Roni. "Dia adalah orang yang harus aku hindari apabila aku tak ingin menyakiti Liana, aku benar benar bodoh karena percaya dengan kebohongannya saat itu," batin Vans. Alasan terbesarnya mengapa dia menyiksa dan membuat menderita Liana adalah karena hasutan dari orang itu. Vans yang sudah sangat percaya dengan Roni menelan mentah-mentah semua informasi yang diberikan oleh Roni. Liana padahal tidak pernah berselingkuh, namun karena kesalah pahaman itu, Liana yang dahulunya sangat dicintai Vans berubah menjadi orang yang paling dibencinya. Ketika Vans mengetahui kebenarannya, dia sudah terlambat. Liana menghilang tanpa menunjukan jejak sedikit pun, sejak saat itulah rentetan masalah terus menerus menghujaninya. "Vans maaf menganggu tidurmu, soalnya ada sesuatu yang amat penting yang ingin aku bicarakan dengan mu," ucap seorang pria yang ada dihadapan Vans. "Sesuatu yang amat penting? Kalau begitu masuklah terlebih dahulu," ucap Vans. Dia pun membawa temannya itu kesofa yang ada diruang tamu. Ketika kedua orang itu sudah membuat tubuh mereka merasa nyaman, Roni pun mulai mengeluarkan sepatah kalimat. "Bagiamana tentang penawaranku sebelumnya, apakah kau sudah mendapatkan jawaban?" Ucap Roni. Vans memiringkan kepalanya? Penawaran apa yang dimaksud oleh pria yang ada didepannya itu? Begitulah ekspresi yang ditunjukkan oleh Vans. Dia sebenarnya tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Roni, namun saat ini Vans hanya pura-pura tidak tahu. "Penawaran apa yang kau maksud, maaf aku melupakannya?" Ucap Vans. Roni mengaruk garuk kepalanya, padahal baru beberapa hari yang lalu mereka melakukan pembicaraan. Mustahil apabila Vans melupakannya. Namun dia tidak mengatakan itu secara langsung, karena keuntungan melebihi rasa kesalnya dengan Vans. "tentang istrimu, aku sudah mendapatkan pembeli potensial yang akan membayar harga mahal," ucap Roni. Tiba tiba saja terdengar suara benda jatuh dari arah belakang. Liana yang saat itu mendengar pembicaraan kedua orang tersebut berlari ke kamarnya. "Ha apa maksud mu? Sepertinya aku tak mengatakan akan setuju untuk menjual istri ku, maaf Roni aku harap kau cepat pergi dari sini," ucap Roni. Vans dengan lembut mengusir Roni, pria yang membawa informasi itu pun marah dengan Vans. Dia merasa ditipu mentah-mentah oleh temannya itu, "Apa apan kau ini Vans, bukankah kau tidak mencintainya, daripada kau terus terbebani karena wanita itu lebih baik kau menjualnya, penjual itu akan membayar 100000 keping koin emas tahu," ucap Roni. 100000 keping koin emas memang jumbelah yang sangat fantastis, dengan uang sebanyak itu Vans bisa membeli separuh tanah yang ada didesanya. Namun dibandingkan uang Liana tak ternilai jumlahnya, itulah yang dipikirkan Vans sekarang. Dia bukanlah Vans yang seperti dahulu yang mudah tergiur dengan harta. Vans pun mencengkeram kerah baju milik Roni, dia pun menatap tajam pria yang ada dihadapannya seperti singa kelaparan. "Enyahla dari sini sebelum aku menghabisi mu," ucap Vans. "Santai saja aku akan pergi dari sini, aku yakin kau akan menyesal Vans," ucap Roni. Dia pun meninggalkan rumah milik Vans begitu saja. Mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh suaminya barusan, membuat hatinya terpukul hebat. Dia tak menyangka bahwa Vans berniat menjualnya. Air yang keluar dari matanya sudah tak terbendung, dia menempelkan kepalanya dibantal. "Ternyata duganku salah, benar yang dikatakan oleh ayah pria itu memang tidak baik, jika cinta adalah sumber dari kesialanku, mengapa Tuhan mendatangkan cinta itu padaku, aku lebih baik dilahirkan tanpa hati sama sekali. Tuhan dimana keadilan yang kau katakan?" Ucap Liana didalam hatinya. Baru saja dia bersyukur pada Tuhan, Namun itu telah dipatahkan oleh kenyataan yang baru saja dingar olehnya. Dia sudah sangat sabar selama tiga tahun terakhir berharap bahwa suaminya itu akan berubah, namun semuanya benar benar keliru. Seandainya saja dia mengindahkan nasehat ayahnya, mungkin rasa sakit dihatinya itu tak akan pernah terjadi. Vans segera berlari kearah kamar, dia benar benar ingin menyelesaikan kesalah pahaman yang terjadi. Dia pun masuk ke kamar, ketika Vans baru saja menampakan wujudnya tiba tiba saja Liana bergerak dari tempat tidurnya sambil memoles air matanya. Langsung saja dia membungkuk didepan suaminya. "Kakanda Vans aku mohon jangan jual aku, aku berjanji akan memberikan uang yang sama seperti harga yang ditetapkan oleh penjual itu," ucap Liana. Dahulu Vans langsung mencaci Liana dengan kejam, dia tak percaya dengan ucapan istirnya itu. Alhasil Liana dikurung selama dua hari dan berkahir dijual. Namun kali ini berbeda, kesalahan yang pernah dia perbuat dahulu mendatangkan penyesalan yang amat mendalam. Dia yang sudah memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama pasti tidak akan melakukan tindakan bodoh itu lagi, dia benar benar sangat paham seberapa besar resiko yang akan dia dapatkan apabila dia mengulanginya lagi. Vans menunduk lalu dia pun mengusap air mata istirnya, "istriku berhentilah menangis, aku tak memiliki maksud untuk menjual mu. Aku juga tidak tahu apa yang Roni maksud. Kenapa kau berpikir aku akan menjualmu? Liana asal tahu saja, mau nyawaku sebagai gantinya aku tak akan melakukan itu," ucap Vans. Dia terpaksa berbohong ketika berkata tidak mengerti maksud Roni, semua itu hanya semata-mata agar Liana percaya padanya. Namun perkataan terakhirnya barusan memang berasal dari dalam hatinya. Liana hanya terdiam ketika mendapatkan pertanyaan itu, dia sebenarnya ingin mengatakan, 'karena kau tidak cinta dengan ku dan juga selalu menyiksaku siapapun akan berpikir seperti itu.' Namun kalimat itu hanya dia simpan untuk dirinya sendiri. Dia takut amarah Vans akan meledak ketika dia mengatakan kalimat tersebut. "Benarkah kau tak akan menjualku?" Mata Liana yang berkaca kaca itu menatap Vans. "Iya Liana," dia pun mengusap air matanya, lalu berkata lagi, "mau dunia memusuhi ku aku tidak akan melakukannya." jawabnya singkat, Liana yang mendengar mengeluarkan nafas lega. Jadi semua dugaan buruknya adalah sebuah kesalahan. Dia pun meminta maaf pada suaminya karena prasangka buruk sebelumnya, ya meskipun dia mengatakan itu untuk dirinya sendiri. "Sekarang sudah malam mari kita tidur," ucap Vans. Liana mengangguk. Mereka berdua pun mengakhiri hari yang penuh kesalah pahaman itu.**** Burung berikacau seperti menyanyi, kedua pasangan yang selalu ribut setiap paginya mulai menghilang. Para tetangga yang awalnya selalu terganggu dibuat bingung karena kejadian janggal itu. Di kediaman Vans kedua pasangan yang sedang duduk berhadapan sedang menikmati makan paginya. "Kakanda Vans?" Ucap Liana. "Liana sebenarnya aku merasa aneh dipanggil kakanda, kalau kau mau panggil saja aku mas," ucap Vans. "Iya baiklah aku akan menurutinya," ucap Liana. Vans cukup terganggu karena panggilan itu, dahulu dia memang menyuruh Liana untuk memanggilnya seperti itu. Namun ada alasan tak terpuji mengapa dia melakukan itu. Dengan dipanggil kakanda dia merasa berbeda dengan orang orang lainnya berharap mendapatkan pujian. Namun kenyataannya yang dia dapatkan adalah hinaan dan tertawaan dari para tenggangnya, meskipun begitu dia tetap merasa superior. Karena biasanya orang yang memanggil suaminya dengan sebutan kakanda hanyalah orang orang berdarah biru. Vans sebelumnya meman
Kerajaan Wuan terkenal dengan kekayaannya tidak hanya itu saja mereka memiliki pasukan yang cukup tangguh untuk menjadi benteng utama, semua orang tahu bahwa kerajaan itu sangatlah perkasa, siapapun tak akan mampu untuk menggulingkan kerajaan itu. Begitulah yang dipercaya oleh Rin er saat ini. Namun yang tidak Rin er tahu, ada salah satu kerajan kecil yang mulai berkembang. Dimasa depan mereka akan menguasai separuh benua ini. Nama kerajaan itu adalah Ming. Semenjak kerajaan Ming menemukan bubuk mesiu untuk membuat senjata api, kerajaan itu berubah menjadi bencana yang membakar semua benua dengan lautan darah. Itulah alasan mengapa Vans ingin segera menuju ketanah kelahiran Rin er. Itu semua hanya semata mata untuk menebus kesalahannya. Bisa dibilang Vans adalah salah satu orang yang mengambil peran besar dalam perkembangan kerajaan Ming. "Kau salah Rin er, sebentar lagi kerajaan Wuan akan mengalami kerisis pangan karena hama belalang yang tiba tiba menyerang kerajan Chu," uca
Kedua orang yang sudah sepakat untuk menuju kerajaan Wuan itu mulai mengemasi barang barang mereka. Vans begitu bersemangat ketika melakukan itu, namun berbeda dengan Rin er. Meskipun sebelumnya dia menerima perkataan Vans akan tetapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Rin er tetap merasa cemas akan masa depan suaminya itu. Bukanlah sesuatu yang asing apabila keluarganya menolak Vans dengan mentah-mentah, kemungkinan kemungkinan buruk sudah memenuhi semua isi kepalanya. Rin er pun menggeleng gelengkan kepalanya, dia pastinya tidak ingin berprasangka buruk terhadap keluarganya. "Mana mungkin ayah akan tega melukai suami yang telah aku pilih, selama aku disana semua masalah yang diciptakan oleh keluarga ku pasti bisa aku atasi," batin Rin er. Dengan kepercayaan diri yang tak berdasar itu, Rin er memantapkan hatinya terhadap hal hal yang tak diinginkan dimasa depan. Meksipun badai menerjang dirinya, dia tak akan mundur. "Apakah kau sudah selesai suamiku?" Ucap Rin er.
"terimakasih karena menghentikanku istriku, jika tidak kau hentikan tadi mungkin aku sudah masuk kedalam penjara," ucap Vans. "Bukan masalah besar, bukankah seperti itu gunanya istri menghentikan suami ketika hendak melakukan kesalahan besar," ucap Rin er. Semalam dia memikirkan apakah suaminya ini adalah orang lain, tapi hari ini dia sudah tidak peduli dengan itu. Kejadian aneh yang terjadi pada suaminya sudah dianggapnya anugrah tiada tanding. Dia yakin bahwa Tuhan telah menjawab semua doa yang dia lontarkan selama 3 tahun terkahir. Mau didalam suaminya adalah orang lain, dia tetap mencintai Vans. Sebesar itulah dia dibutakan oleh cinta. Dia yang selalu mendapatkan siksaan tak bisa menjadi istri yang dia impikan, menasehati suami ketika melakukan kesalahan, mendukung suami ketika kesulitan, dan memikul semua masalah bersama. Dia sudah membuang jauh jauh keinginan untuk menjadi istri impian itu, namun semalam dia akhirnya mendapatkan itu semua ditangannya. Mana mungkin dia tida
Hari demi hari berlalu begitu cepat, sampai pada akhirnya mereka sampai di kerajaan Wuan. Lebih tepatnya dikota pelabuhan kerajaan Wuan. Butuh beberapa jam lagi sampai akhirnya mereka tiba di ibu kota.Semua orang menyambut kedatangan mereka dengan meriah, para rakyat yang begitu memuja Rin er menangis terharu atas kembalinya ketempat dia dilahirkan ."Ayah benar benar melakukan tindakan yang tidak perlu, sebenarnya aku tidak suka diperlakukan seperti ini," ucap Rin er.Di berguma pada dirinya sendiri, sejak kecil wanita itu memegang tidak menyukai perlakuan istimewa seperti ini. Rin er lebih suka diperlakukan seperti rakyat biasa, sebenarnya dia sudah sering memperingati ayahnya agar jangan menyuruh orang orang memperlakukan dirinya secara istimewa. Akan tetapi sebagai raja, ayahnya tentu saja dengan kesadaran penuh tidak mau menuruti itu semua. Ayahnya benar benar ingin menjaga harga diri keluarganya, seandainya para rakyat berpilaku tak hormat didepan keluarga bangsawan seperti me
Vans dan istirnya sudah tiba didepan gerbang istana, Vans kali ini tidak bisa menutup matanya. Dia melihat sekeliling dengan mata berbinar. Rin er menyeret suaminya begitu saja tanpa peringatan, mereka berdua melewati jalan batu berbentuk bulat yang lurus menebus istana, disisi kanan dan kiri dipenuhi oleh bunga bunga yang bermekaran. Para perajurit istana yang berbaris itu melakukan gerakan penghormatan ketika dua sepasang kekasih berjalan melewati mereka. Dengan iringan terompet dan kerumunan masa yang tak terhitung jumlahnya membuat jantung Vans tak bisa berhenti berdebar. "Suamiku tenanglah, aku yakin kau bisa menghadapi ayahku, mungkin dia awalnya akan membenci mu tapi aku yakin dia akan menyukaimu perlahan," ucap Rin er. Meksipun Rin er tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan, sebagai istirnya dia harus menyemangati suaminya. Begitulah apa yang dia pikirkan. "Tapi aku takut tidak mendapatkan restu darinya dan yang terburuk dia meminta ku untuk menceraikanmu," ucap Van
Nafas yang berat menderu selayaknya angin malam yang dingin, sinar rembulan menembus sosok gadis yang sedang berjuang keras untuk menuju keaarah tempat tertentu. Namanya Rin er, dia saat ini hampir sampai ditempat suaminya ditahan. Hanya butuh beberapa langkah saja sampai akhirnya dia tiba di pintu penjara, namun ketika dia ingin melangkah masuk kedalam penjara itu sosok perajurit mengetahui keberadaannya. Dengan berat hati dia lari menjauhi tempat yang ingin dimasuki olehnya. "Berhenti putri mengapa kau berada disini, ini sudah malam sangat berbahaya disini," teriak perajurit itu. Rin er tak menghiraukan peringatan perajurit itu, dia yakin setelah dia tertangkap tak akan ada kesempatan kedua untuk menyelamatkan suaminya. Semakin lama dia berlari, semakin kesusahan dia bergerak. "Gaun ini sulit sekali digunakan untuk berlari," ucapnya. Rin er memutuskan untuk menarik gaun yang dia kenakan. Pada saat ini kaki mulusnya disinari oleh rembulan, pemandangan itu tak pantas untuk dili
Awan yang menutupi rembulan perlahan tertiup oleh angin, cahaya yang pada awalnya tak menunjukkan wujudnya perlahan menyinari kedua orang yang sedang saling bertatapan. Pria berambut putih itu menunjukkan ekspresi yang cukup aneh, mulut nya tersenyum tapi tidak dengan matanya. Air matanya menetes begitu dia melihat Rin er. Dengan langkah yang berani dia memeluk wanita itu tanpa peringatan. Pria itu sangat mengenali Rin er, sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan Rin er. Rasa rindu yang begitu besar menghancurkan batasan miliknya. "Putri Rin er," ucap pria itu. Rin er memiringkan kepalanya, pada saat ini dia merasa tidak nyaman. Rin er mendorong pria itu perlahan. "Aurbet kenapa kau meneteskan air mata? Eh ngomong-ngomong mengapa kau ada disini," ucap Rin er. Aurbet nama panjangnya adalah Aurbet Values, dia adalah anak bangsawan yang sejajar dengan Elon, Nama terkahir nya adalah marga milik keluarganya. Dahulu Values adalah salah satu orang yang membangun kerajan Wuan bersama r