Share

Tamu tidak di undang

***

Liana merapikan meja yang dipenuhi oleh piring kotor, dia pun membawanya ke dapur. Disisi lain Vans sedang berpikir untuk menyiapkan rencana balas dendam pada dua orang penghianat. Siapa lagi kalau bukan Lisa dan Arlon.

Waktu berjalan begitu saja, ketika mereka berdua hendak tidur tiba tiba saja terdengar ketukan dari arah luar.

"Kakanda biar aku yang membukanya," ucap Liana.

Namun ketika Liana hendak meninggalkan kamarnya, tangan Vans menangkapnya. Vans pun menggeleng gelengkan kepalanya.

"Tidak biarkan aku saja, mungkin itu adalah rekan rekan kerjaku, tidur lah dahulu kau pasti sangat lelahkan," ucap Vans.

"Baiklah kalau begitu," ucap Liana. Dia memang setuju dengan perintah suaminya, namun didalam hatinya dia tak ingin menurutinya.

Liana takut bahwa suaminya itu melakukan sesuatu padanya semacam dijual, mengingat dia diperlakukan dengan kejam ketakutan itu sangat wajar sekali dirasakan olehnya. Ketika suaminya sudah keluar, Liana dengan pelan mengikuti suaminya itu.

Vans membuka pintunya, "ah ternyata kau Roni ada gerangan apa malam malam datang ke rumahku?" Ucap Vans.

Roni adalah salah satu temannya ketika sedang mengalami kesusahan, namun ketika Vans sudah menjadi kayak dia seolah olah tak kenal dengan Roni. Sebuah alasan tertentu menghalangi Vans untuk berdekatan dengan Roni.

"Dia adalah orang yang harus aku hindari apabila aku tak ingin menyakiti Liana, aku benar benar bodoh karena percaya dengan kebohongannya saat itu," batin Vans.

Alasan terbesarnya mengapa dia menyiksa dan membuat menderita Liana adalah karena hasutan dari orang itu. Vans yang sudah sangat percaya dengan Roni menelan mentah-mentah semua informasi yang diberikan oleh Roni.

Liana padahal tidak pernah berselingkuh, namun karena kesalah pahaman itu, Liana yang dahulunya sangat dicintai Vans berubah menjadi orang yang paling dibencinya.

Ketika Vans mengetahui kebenarannya, dia sudah terlambat. Liana menghilang tanpa menunjukan jejak sedikit pun, sejak saat itulah rentetan masalah terus menerus menghujaninya.

"Vans maaf menganggu tidurmu, soalnya ada sesuatu yang amat penting yang ingin aku bicarakan dengan mu," ucap seorang peria yang ada dihadapan Vans.

"Sesuatu yang amat penting? Kalau begitu masuklah terlebih dahulu," ucap Vans.

Dia pun membawa temannya itu kesofa yang ada diruang tamu. Ketika kedua orang itu sudah membuat tubuh mereka merasa nyaman, Roni pun mulai mengeluarkan sepatah kalimat. "Bagiamana tentang penawaranku sebelumnya, apakah kau sudah mendapatkan jawaban?" Ucap Roni.

Vans memiringkan kepalanya? Penawaran apa yang dimaksud oleh pria yang ada didepannya itu? Begitulah ekspresi yang ditunjukkan oleh Vans.

Dia sebenarnya tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Roni, namun saat ini Vans hanya pura-pura tidak tahu.

"Penawaran apa yang kau maksud maaf aku melupakannya?" Ucap Vans.

Roni mengaruk garuk kepalanya, padahal baru beberapa hari yang lalu mereka melakukan pembicaraan. Mustahil apabila Vans melupakannya.

Namun dia tidak mengatakan itu secara langsung, karena keuntungan melebihi rasa kesalnya dengan Vans. "tentang istrimu, aku sudah mendapatkan pembeli potensial yang akan membayar harga mahal," ucap Roni.

Tiba tiba saja terdengar suara benda jatuh dari arah belakang. Liana yang saat itu mendengar pembicaraan kedua orang tersebut berlari ke kamarnya.

"Ha apa maksud mu? Sepertinya aku tak mengatakan akan setuju untuk menjual istri ku, maaf Roni aku harap kau cepat pergi dari sini," ucap Roni.

Vans dengan lembut mengusir Roni, pria yang membawa informasi itu pun marah dengan Vans. Dia merasa ditipu mentah-mentah oleh temannya itu, "Apa apan kau ini Vans, bukankah kau tidak mencintainya, daripada kau terus terbebani karena wanita itu lebih baik kau menjualnya, dia akan membayar 100000 keping koin emas tahu," ucap Roni.

100000 keping koin emas memang jumbelah yang sangat fantastis, dengan uang sebanyak itu Vans bisa membeli separuh tanah yang ada desanya. Namun dibandingkan uang Liana tak ternilai jumlahnya, itulah yang dipikirkan Vans sekarang. Dia bukanlah Vans yang seperti dahulu yang mudah tergiur dengan harta.

Vans pun mencengkeram kerah baju milik Roni, dia pun menatap tajam pria yang ada dihadapannya seperti singa kelaparan.

"Enyahla dari sini sebelum aku menghabisi mu," ucap Vans.

"Santai saja aku akan pergi dari sini, aku yakin kau akan menyesal Vans," ucap Roni. Dia pun meninggalkan rumah Vans begitu saja.

Mendengar pembicaraan yang dilakukan oleh suaminya barusan, membuat hatinya terpukul hebat. Dia tak menyangka bahwa Vans berniat menjualnya. Air yang keluar dari matanya sudah tak terbendung, dia menempelkan kepalanya dibantal.

"Ternyata duganku salah, benar yang dikatakan oleh ayah pria itu memang tidak baik, jika cinta adalah sumber dari kesialanku mengapa Tuhan mendatangkan cinta itu padaku, aku lebih baik dilahirkan tanpa hati sama sekali. Tuhan dimana keadilan yang kau katakan?" Ucap Liana didalam hatinya.

Dia sudah sangat sabar selama tiga tahun terakhir berharap bahwa suaminya itu akan berubah, namun semuanya benar benar keliru. Seandainya saja dia mengindahkan nasehat ayahnya, mungkin rasa sakit dihatinya itu tak akan pernah terjadi.

Vans segera berlari kearah kamar, dia benar benar ingin menyelesaikan kesalah pahaman yang terjadi. Dia pun masuk ke kamar, ketika Vans baru saja menampakan wujudnya tiba tiba saja Liana bergerak dari tempat tidurnya sambil memoles air matanya.

Langsung saja dia membungkuk didepan suaminya. "Kakanda Vans aku mohon jangan jual aku, aku berjanji akan memberikan uang yang sama seperti harga yang ditetapkan oleh penjual itu," ucap Liana.

Dahulu Vans langsung mencaci Liana dengan kejam, dia tak percaya dengan ucapan istirnya itu. Alhasil Liana dikurung selama dua hari dan berkahir dijual.

Namun kali ini berbeda, kesalahan yang pernah dia perbuat dahulu mendatangkan penyesalan yang amat mendalam. Dia yang sudah memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama pasti tidak akan melakukan tindakan bodoh itu lagi, dia benar benar sangat paham seberapa besar resiko yang akan dia dapatkan apabila dia mengulanginya lagi.

Vans menunduk lalu dia pun mengusap air mata istirnya, "istriku berhentilah menangis, aku tak memiliki maksud untuk menjual mu. Aku juga tidak tahu apa yang Roni maksud. Kenapa kau berpikir aku akan menjualmu? Liana asal tahu saja mau nyawaku sebagai gantinya aku tak akan melakukan itu," ucap Vans. Dia terpaksa berbohong ketika berkata tidak mengerti maksud Roni, semua itu hanya semata-mata agar Liana percaya padanya. Namun perkataan terakhirnya barusan memang berasal dari dalam hatinya.

Liana hanya terdiam ketika mendapatkan pertanyaan itu, dia sebenarnya ingin mengatakan, 'karena kau tidak cinta dengan ku dan juga selalu menyiksaku siapapun akan berpikir seperti itu.' Namun kalimat itu hanya dia simpan untuk dirinya sendiri. Dia takut amarah Vans akan meledak ketika dia mengatakan kalimat tersebut.

"Benarkah kau tak akan menjualku?" Mata Liana yang berkaca kaca itu menatap Vans.

"Iya Liana," dia pun mengusap air matanya, lalu berkata lagi, "mau dunia memusuhi ku aku tidak akan melakukannya." jawabnya singkat, Liana yang mendengar mengeluarkan nafas lega. Jadi semua dugaan buruknya adalah sebuah kesalahan. Dia pun meminta maaf pada suaminya karena prasangka buruk sebelumnya, ya meskipun dia mengatakan itu untuk dirinya sendiri.

"Sekarang sudah malam mari kita tidur," ucap Vans.

Liana mengangguk. Mereka berdua pun mengakhiri hari yang penuh kesalah pahaman itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status