Share

Liana

l

Vans yang merasakan situasi janggal itu membuka matanya, pada saat ini terdapat sosok wanita yang begitu anggun. Kulit putih dan wajah mulus itu bisa dibilang adalah kecantikan yang murni.

"Liana benarkah itu kau," ucap Vans dia segera berdiri dari tempat duduknya.

Liana yang sedang membawa gelas berisikan teh itu mundur beberapa langkah seolah olah, dia sedang melihat bandit yang kejam.

Disisi lain Vans yang terlalu senang karena melihat wanita itu tak menyadari respon tubuh yang janggal tersebut, dia langsung saja memeluk istirnya itu.

"Maaf kakanda Vans, aku mohon jangan sakiti aku lagi, aku berjanji tidak akan pergi diam diam seperti tadi," ucap Liana.

Dia nyaris meneteskan air matanya ketika mengatakan itu, bagi wanita yang setiap hari disiksa oleh pria yang ada dihadapannya, menangis adalah makanan setiap hari baginya.

Terkadang Vans tak peduli dengan Liana, dia acuh seperti manusia rendahan yang menjijikkan. Sempat suatu ketika dia membawa gadis penghibur kerumahnya ketika selesai menyiksa Liana.

"Apa yang kau katakan Liana, aku tidak akan menyakiti mu. Maaf karena telah melakukan itu sebelumnya, aku sangat menyesal atas perbuatan itu. Maukah kau memberikan aku kesempatan kedua untuk menebus semua kesalahanku," ucap Vans.

Itu adalah perkataan jujur dari sosok pria dingin dan kejam yang sebelumnya mencambuk Liana. Liana yang merasakan pelukan hangat itu merasa keheranan, seolah olah dia melihat orang lain.

'Mengapa kakanda Vans berubah, benarkah ini dia' Liana belum bisa percaya bahwa ini adalah kakanda yang dia kenal, namun merasakan pelukan yang begitu lembut seperti itu perlahan mulai menghancurkan keraguannya.

Pelukan itu masih berlanjut untuk beberapa detik, Liana yang masih memikirkan alasan mengapa suaminya bisa berubah merasakan sesuatu dipunggungnya.

Dia tahu apa itu untuk memastikan dugaannya benar, dia mendorong tubuh Vans dengan pelan. Benar saja dugaannya tepat sekali, air mata menetes dari wajah suaminya.

"Kakanda ada apa mengapa kau menangis," ucap Liana.

Liana yang tidak pernah sekalipun melihat suaminya menangis kelabakan kebingungan, dia pun merogoh sakunya untuk mengambil kain.

"Aku benar benar sudah melakukan sesuatu yang tak termaafkan, Kau adalah wanita yang begitu baik, mengapa aku bertindak bodoh seperti itu. Maaf, maaf, maafkan aku Liana, aku benar benar tidak percaya pernah melakukan itu padamu, mungkin dosa ku ini terlalu besar dan itu pasti akan sulit dimaafkan, balaslah aku seperti yang pernah aku perbuat padamu. Asal itu bisa memaafkanku, aku akan menerimanya," ucap Vans.

Melihat betapa serius suaminya mengatakan itu, hati Liana tiba-tiba menjadi tenang. Dia yang sebelumnya diliputi ketakutan ketika berada didekat suaminya kini perasan itu telah menghilang. Kain yang sebelumnya ingin diberikan pada suaminya dia simpan kembali kedalam sakunya.

Dia pun membelai kepala suaminya dengan lembut, "ya pasti aku akan memaafkanmu, seburuk apapun kau memperlakukanku, kau tetap masih suamiku."

Vans terus menangis dan Liana tetap memeluknya dengan hangat. Dia adalah istri yang baik, berbanding terbalik dengan Lisa yang menipunya.

***

Beberapa menit telah berlalu perasaan Vans yang sebelumnya campur aduk seperti adonan donat itu telah sirna. Semua itu disebabkan oleh Liana yang tak meninggalkan suaminya begitu saja.

Dia selain cantik juga memiliki hati yang lemah lembut, Vans tak bisa percaya dengan dirinya dahulu yang meninggal Liana tanpa belas kasih. Sekali lagi dia begitu menyesal dengan semua perbuatan yang dia lakukan dahulu.

Tangisan penuh penyesalan yang sebelumnya bergema diruangan itu telah mereda, dan pada saat ini kedua pasangan itu sedang duduk saling berhadapan. Ketika kedua mata itu saling beradu tiba tiba saja suara aneh berbunyi dari arah perut Vans.

Dengan siagap seperti istir idaman Liana segera

berkata, "Kakanda tunggu sebentar aku akan mengambilkan makanan," ucap Liana. Selain memiliki hati yang lemah lembut, Liana juga adalah wanita yang cukup pengertian. Berbanding terbalik dengan Lisa yang selalu ingin dimengerti oleh Vans, namun tak ingin mengerti kesulitan apa yang terjadi pada Vans.

Saat perusahaan miliknya mulai mengalami kerisis Lisa selalu meminta dibelanjakan pakaian dan perhiasan yang cukup mewah. Vans mulai berpikir, seandainya yang bersamaannya adalah Liana, mungkin itu tidak akan pernah terjadi. Vans terus melakukan simulasi ketika saat itu dia tak meninggalkan Liana.

ketika Vans memikirkan itu, tiba tiba sudah banyak makanan dihadapannya. Dia yang merasa lapar itu melihatnya dengan wajah keheranan. Apa yang Vans ingat, saat ini mereka tidak memiliki uang, Vans mulai berpikir istirnya itu dapat uang dari mana. Sebelumnya dia akan marah dan menduga istirnya itu selingkuh tanpa mau mendengar penjelasannya, Namun kali ini dia tidak melakukannya.

Berbanding terbalik dengan dia yang ada dimasa lalu, saat ini Vans meneguk air ludahnya ketika melihat banyak makanan itu. Meskipun makanan makana itu terlihat sederhana, perut milik Vans tak kunjung berhenti untuk terus berbunyi. Tangannya mulai bergerak sendiri untuk mengambil beberapa makanan yang ada dimeja.

"meskipun hanya ada sayur kangkung dan lauk tempe, makanan ini sudah hampir menyamai makanan yang ada di restoran bintang lima," ucap Vans.

Pujian Vans memang terdengar terlalu berlebih-lebihan, namun baginya yang setiap hari memakan bubur hambar, makanan yang ada dihadapannya itu tak bisa dibandingkan rasanya.

'aku tak pernah sekalipun mendengar pujian keluar dari mulutnya, ini benar benar aneh. Apakah kakanda serius berubah?atau ini adalah orang lain yang tak aku kenali?"'

Liana sudah bersiap untuk mendapatkan amarah dari suaminya, biasanya dia akan dipukuli karena terlambat menyiapkan makanan, namun apa yang ditunggu itu tak kunjung datang. Dia begitu terkejut sekaligus kebingungan ketika mendapatkan pujian dari suaminya.

Disisi lain Liana hanya bisa menatap suaminya sambil meneguk air ludahnya, dia tak berani mengambil makanan sebelum suaminya menyuruh dia melakukan itu.

Ketika melihat suaminya dengan lahap menyantap masakannya tiba tiba saja perutnya ikut berbunyi. Liana pun melindungi kepalanya dengan tangan.

"Ada apa adinda mengapa kau seperti ketakutan? Mari makan bersama, makanan akan jauh lebih enak apabila dinikmati bersama," ucap Vans.

Seandainya itu adalah Vans yang dahulu, Liana pasti akan mendapatkan tamparan mentah dari suaminya. Namun kali ini tidak.

Liana yang mendapatkan ajakan itu pun mengambil nasi dan kangkung. "Ambil ini juga, protein sangat penting bagi tubuh," ucap Vans. Dia pun mengambil tempe lalu meletakkannya kepiring Liana.

Setelah mendapatkan satu porsi makanan itu, dia pun beranjak dari tempat duduknya. Setiap hari Liana akan diusir ketika tetap berdiam diri disana. Dia yang tak ingin mendapatkan luka batin itu pun sudah terbiasa untuk segera pergi ketika sudah selesai mengambil makanan. Sebenarnya hal Itu dilakukannya dengan terpaksa, padahal Liana sangat ingin mengembalikan masa masa penuh bahagianya ketika baru pertama kali menikah dengan Vans.

Ketika pertama kali dia menikahi Vans, suaminya itu sangat mencintai dirinya, makan bersama adalah kebiasaan setiap hari yang tak pernah terlewatkan. Namun karena kesalah pahaman yang tak bisa diperbaiki membuat perilaku Vans berubah. Dia pun mulai mendapatkan siksaan yang tiada henti.

Kaca yang retak tak akan bisa kembali seperti semula. Sekarang Liana hanya bisa pasrah dengan semua kekejaman yang dilakukan oleh Vans. Dia sudah nyaris menyerah untuk mengembalikan semuanya seperti dahulu. namun meskipun begitu dia tetap berharap bahwa suaminya itu akan segera berubah.

"Liana disini saja, aku ingin makan bersama dengan mu, lupakan saja peraturan yang telah aku buat sebelumnya," ucap Vans.

Mendengar itu hati Liana bergetar hebat, dia nyaris saja meneteskan air mata bahagianya. Setelah mengharapkan hal itu begitu lama akhirnya dia bisa mendapatkannya hari ini. "apakah ini mimpi? hey benarkah ini. kenyataan? Tuhan terimakasih karena mendengar doa ku," sangking senangnya Liiana tak begitu percaya akan kenyataan ini.

"Benarkah aku diijinkan makan bersama dengan mu?" Liana ingin memastikan itu memang benar. Dia takut bahwa telinganya salah mendengar.

Sebagai jawaban Vans mengangguk, "tentu saja, kita adalah suami istiri, lagian aku sudah berjanji untuk berubah. jika kita melakukan kebiasaan lama, lalu apa gunanya janjiku itu, mari duduk disamping ku jangan sungkan."

akhirnya setelah sekian lama tidak merasakan kebersamaan seperti ini, dia bisa merasakannya lagi. Liana begitu senang sekali. Dia ingin waktu ini berhenti selamanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status