Home / Urban / Sang penguasa bijaksana / Kebenaran menyakitkan

Share

Sang penguasa bijaksana
Sang penguasa bijaksana
Author: DRIANS

Kebenaran menyakitkan

Kerajaan Ming adalah tempat dimana para saudagar hidup, kota besar dengan penduduk lebih dari 15 juta jiwa itu menjadi tempat pemberhentian para saudagar. Siapapun akan kagum dengan properti yang ada dikerajan itu, kota kaya dan makmur itu benar benar terlihat anggun.

Dirumah terbesar yang ada di ibu kota kerajaan Ming, seseorang pria bernama Vans terbaring kaku di tempat tidurnya, saudagar yang dahulunya sangat disanjung itu kini berubah menjadi sampah tak berguna.

"Lisa tolong ambilkan obat ku," teriak Vans dengan suara lirihnya.

Wanita yang dipanggil itu adalah istirnya. Namanya adalah Lisa, beberapa tahun yang lalu dia menikahi wanita itu. Kehidupan bahagia yang seharusnya akan dialami oleh Vans berubah menjadi kesengsaraan semenjak, dia mengalami sakit lumpuh.

"Ah merepotkan sekali dasar pria yang hanya bisa menyusahkan orang lain. Mulai hari ini aku tak akan menuruti permintaan mu itu," ucap Lisa.

Semenjak Vans mengalami sakit lumpuh, perilaku Lisa berubah seperti itu. Dahulu Vans mengenal Lisa sebagai sosok yang lemah lembut, dia pun jatuh cinta dengan Lisa pada pandangan pertamanya. Namun yang tidak diketahui oleh Vans yang lugu, Lisa memang sengaja berperilaku lemah lembut seperti itu hanya semata mata untuk mengambil keuntungan dari pengusaha muda sukses yang kaya raya.

"Lisa aku mohon ambilkan obat ku, jantungku sudah mulai terasa sesak," ucap Vans.

Lisa mendecakan lidahnya, mau tak mau dia harus menuruti permintaan suaminya itu, dia berjalan memasuki kamar yang dimiliki oleh Vans. Lisa dengan perlahan berjalan menuju ketempat Vans, Lisa nampaknya begitu sengaja melakukan itu.

Vans yang terbujur kaku ditempat tidurnya terus menekan nekan jantung yang terasa nyeri, namun Lisa tetap memelankan kakinya tanpa mengubah ekspresi yang dia miliki. Dia pun akhirnya sampai ditempat tidur suaminya itu, sesampainya disana dia mengambil botol obat.

"Benda inikah yang sangat kau inginkan," dengan gelegat congkaknya yang melebihi sampah, Lisa tanpa merasa iba memperlihatkan botol berisikan bermacam macam pil didepan mata Vans. Dia menggoyangkan pil itu seperti mainan yang menyenangkan, tawa yang dikeluarkannya perlahan mulai bocor keatas permukaan.

"Lisa tolong berikan itu padaku," ucap Vans sambil melambaikan tangannya berusaha menangkap pil yang digenggam oleh Lisa.

Lisa menarik tangannya dengan antusias, "jangan harap aku akan memberikan ini padamu," ucap Lisa.

Dia pun membalikkan pil yang susa payah untuk dibeli. Butiran butiran pil yang bermacam warna itu tumpah kelantai lantai. Lisa pun memijak pil itu dengan wajah penuh kemenangan.

"Sudah saatnya kau pergi dari dunia ini dasar orang cacat yang begitu merepotkan, aku sudah muak meladeni permintanmu setiap waktu. Ah sebelum itu aku ingin memberitahukan sesuatu padamu, penyakit yang kau derita kali ini bukan tanpa ketidak sengajaan melainkan semuanya sudah aku rencanakan, aku telah memasukkan racun pada makanan mu sebelumnya," Lisa pun menunduk mengambil sebuah pil yang sebelumnya diinjaknya. Dia pun memperlihatkan pil itu tepat didepan mata Vans.

"Dan pil ini bukanlah obat untuk menyembuhkan penyakit yang kau derita melainkan ini adalah obat untuk memperparah penyakit mu. Coba saja pikirkan ini dengan kepala dingin, mana mungkin penyakit yang kau derita selama lima tahun tidak pernah sembuh. Dan satu lagi, aku ingin memperkenalkan seseorang padamu, mas Arlon kesini lah," ucap Lisa.

Setelah semua hartanya direnggut oleh Lisa, Vans mendengar sebuah kebenaran yang amat menyakitkan seperti itu. Wajahnya kini memerah seperti tomat yang telah matang. Harta miliknya yang diambil oleh Lisa bukanlah penyebab utama dari amarahnya saat ini, melainkan pria yang baru saja masuk itulah yang menyebabkan semua amarah milik Vans meletus seperti itu.

"sial sial mengapa semua ini terjadi, lihat saja aku akan membalas perilaku buruk kalian berdua," teriak Vans dengan sisa sisa tenaganya yang nyaris menghilang.

"membalas kami berdua? bagaimana cara kau melakukan itu, ayo pukul aku, hahaha kau pasti tidak bisa melakukan itukan sudah terima saja nasibmu, pecundang," ucap Arlon mendekatkan pipinya di depan mata vans.

Vans yang terbaring kaku itu pun menertawakan dirinya, seharusnya dia tidak membantu orang jahat seperti Alron. kenyataan pahit bahwa gembel yang diselamatkan olehnya berkhianat benar benar membuat dirinya muak. Dia berpikir tak seharusnya membiarkan Arlon begitu saja, sejak pria itu berusaha mengambil alih perusahaannya.

Memang kerjasama mereka sudah terputus sejak insiden itu, namun Vans tetap menjadikan dia teman. lalu pada akhirnya dia mendapatkan penghianatan itu sendiri. Apakah semua ini adalah penebusan untuk dosa masa lalunya? Vans pun merenungkan itu ketika dia merasa hari ini adalah detik detik terakhir hidupnya.

"Mengapa kau menghianati ku Lisa, aku tak bisa mempercayai semua ini. Kau juga Arlon kukira kau adalah sahabat yang baik hati, ternyata kau adalah ular yang bersembunyi didalam selimut tidurku. Ah bajiangan,"ucap Vans.

"lihat cacing menjijikan ini, bukankah dia melakukan hal percuma. Mas Vans, benar yang dikatakan mas Arlon terima saja nasibmu ini dan mati dengan tenang," ucap Lisa.

Dia pun memeluk laki laki lain didepan suaminya yang tak bisa berkutik. Vans yang melihat itu meronta-ronta sambil berharap ada keajaiban yang datang padanya. Namun semua itu mustahil, Vans tak berharap lebih dengan keajaiban itu. jika tuhan memang ada, dia tak akan merasakan hal ini.

Tubuhnya semakin lemas, Vans sangat membutuhkan pertolongan akan tetapi sialnya kedua orang itu tak menghiraukan Vans. tanpa peduli sekitar kedua orang itu saling berciuman didepan Vans tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Mas Arlon ayo kita lanjutkan yang tadi, tinggalkan saja orang tak berguna ini, meladeninya hanya membuang buang waktu kita," ucap Lisa.

"pemikiran kita benar benar sama sayang, mari kita nikmati malam ini dengan perayaan," ucap Arlon.

Vans yang masih terbujur kaku itu menekan jantungnya dengan sangat kuat, "aku tak ingin mati, aku ingin membalas semua perbuatan mereka. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku tidak akan mengulangi kesalahan seperti ini. Maaf atas semua perlakuan burukku Liana, meninggalkan mu adalah penyesalan terbesar ku," ucap Vans dengan sisa sisa tenaganya. Pandangan miliknya mulai kabur, tubuhnya terasa seperti tersambar petir dan pada akhirnya dia benar benar menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya.

****

Vans yang sebelumnya merasakan rasa sakit yang tak pernah dibayangkan olehnya akhirnya mendapatkan ketenangan pada jiwanya. Namun itu kasus lain, pada kasus milik Vans dia belum sepenuhnya menuju alam jiwa.

Pada saat ini Vans masih berada dialam penghitungan, hanya butuh beberapa waktu saja sampai akhirnya dia dipindahkan kealam jiwa. Ruangan putih yang begitu mencolok itu membuat kepala Vans menoleh ke-kanan dan ke-kiri. Dilihat dari gelagat tubuh milik Vans, Dia tak tahu harus berbuat apa ditempat semacam ini.

"Apakah ini benar benar nyata, mengapa tubuh ku bisa digerakkan. Ini benar benar menyenangkan," ucap Vans.

Sudah lima tahun semenjak dia mengalami lumpuh pada tumbuhnya, sensasi ketika berjalan itu mengingatkannya ketika masih mudah. Vans yang merasa senang itu akhirnya sadar, sekarang bukan waktunya untuk merayakan keajaiban itu. Dia pun mencari petunjuk, ketika dia melihat tangga Vans pun bergumam pelan.

"Ah mungkin aku akan menemukan jalan keluar jika aku menaiki tangga itu," ucap Vans.

Tangga yang dimaksud oleh Vans adalah jalan untuk menuju ke-alam jiwa, jiwanya pasti akan tenang ketika memasuki itu. Namun seandainya dia tahu tidak akan bisa kembali ke dunia lagi setelah melewati tangga itu, Vans mungkin tidak akan pernah mau menaikinya. Terkadang ketidak tahun adalah guru terbaik untuk manusia. Dia pun melangkahkan kakinya menuju kearah tangga, ketika dia hendak memijak tangga itu tiba tiba saja sosok pria hitam bertubuh besar menghalanginya.

"Siapa kau," Vans yang tersungkur akibat kedatangan pria besar itu berbicara terbatah-batah.

Pertanyaan Vans tidak dihiraukan oleh pria besar itu, mungkin pria besar itu merasa bahwa menanggapi Vans bukanlah sesuatu yang penting. Sebagai balasan atas pertanyaan dari manusia itu, pria besar tersebut menatap Vans dengan tajam. Vans yang mendapatkan tatapan itu merinding ketakutan, nyaris saja dia mengompol. "Kau tidak perlu tahu siapa aku," pria itu terdiam sejenak. Dia melihat buku yang aneh.

Catatan apa itu ucapan seperti itulah yang memenuhi isi kepala Vans, dia sebenarnya penasaran tapi Vans tidak memiliki keberanian yang cukup untuk bertanya pada pria besar itu

"Hem... Nampaknya terlalu dini untuk mu mengakhiri semuanya ditempat ini, menurut catatan kehidupan mu, kau masih memiliki banyak kesalahan dan itu harus kau tebus dengan sungguh sungguh. Aku akan memberikan kau dua pilihan, menebus semuanya atau kau masuk kedalam neraka," ucap pria besar itu.

"Neraka? Aku tak mau masuk ketempat itu, aku mohon berikan aku kesempatan kedua, aku berjanji akan menebus semua dosa yang telah aku perbuat. Apapun syarat yang kau berikan akan aku terima," ucap Vans.

"baiklah aku akan memberimu kesempatan kedua, tapi ingat apabila kau menyakiti siapapun setelah ini. kau akan mendapatkan murkaku yang jauh lebih pedih dari pada siksa neraka," ucap pria itu.

Sinar menyilaukan tiba tiba menebus tubuh Vans

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status