Kerajaan Wuan terkenal dengan kekayaannya tidak hanya itu saja mereka memiliki pasukan yang cukup tangguh untuk menjadi benteng utama, semua orang tahu bahwa kerajaan itu sangatlah perkasa, siapapun tak akan mampu untuk menggulingkan kerajaan itu. Begitulah yang dipercaya oleh Rin er saat ini.
Namun yang tidak Rin er tahu, ada salah satu kerajan kecil yang mulai berkembang. Dimasa depan mereka akan menguasai separuh benua ini. Nama kerajaan itu adalah Ming. Semenjak kerajaan Ming menemukan bubuk mesiu untuk membuat senjata api, kerajaan itu berubah menjadi bencana yang membakar semua benua dengan lautan darah. Itulah alasan mengapa Vans ingin segera menuju ketanah kelahiran Rin er. Itu semua hanya semata mata untuk menebus kesalahannya. Bisa dibilang Vans adalah salah satu orang yang mengambil peran besar dalam perkembangan kerajaan Ming. "Kau salah Rin er, sebentar lagi kerajaan Wuan akan mengalami kerisis pangan karena hama belalang yang tiba tiba menyerang kerajan Chu," ucap Vans. "Hama belalang dikerajan Chu? Ah iya aku tahu apa yang kau maksud, aku mendengar rumor beredar bahwa kerajaan itu mengalami hama belalang yang tak terkontrol sehingga itu menyebabkan mereka gagal panen, saat ini kerajan itu nyaris hancur, lalu apa hubungannya dengan kerajaan Wuan, bukankah dua tempat itu memiliki iklim yang berbeda? Saat ini tumbuhan yang ada dikerajan Wuan belum tumbuh," ucap Liana. Kerajan shu terletak disebelah barat kerajaan Wuan terpisah dengan lautan Swalaya. Jika angin membawa belalang belalang itu menuju kearah kerajaan Wuan maka itu akan menyebabkan masalah yang amat serius. "Itulah masalahnya, jika kerajaan shu mengalami musim panen lalu berlanjut ke musim dingin, maka kerajan Wuan mengalami musim semi bukankah saat saat seperti itulah para petani menanam gandum," tiba tiba Liana berdiri dari tempat duduknya. Dia baru saja menyadari sesuatu yang sangat penting. Dia benar benar tak terpikirkan hal itu sebelum Vans memberi tahunya. "Aku tahu jika musim dingin datang ke kerajaan shu maka belalang belalang itu akan migrasi ke kerajaan Wuan, meskipun musim panen belum tiba belalang belalang itu akan menjadi masalah untuk pertumbuhan gandum. Kau benar suamiku, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencegah semua itu terjadi. Aku akan mengirimkan surat untuk memperingati ayah agar menghentikan petani untuk menanam gandum," ucap Rin er. Satu satunya cara agar kerajaan Wuan tidak mengalami kerugian hanya itu saja. Namun pemikiran istirnya itu segera ditentang begitu saja. "Tidak kau salah istriku, kerajaan Wuan bisa tetap menanam gandum, bukankah akan menjadi jauh lebih buruk apabila kerajaan Wuan tak menanam gandum? Mereka akan mengalami kekurangan pangan ketika musim dingin tiba," ucap Vans. Perkataan Vans tidak bisa dibantah oleh Liana, semua itu memang benar. Kerajaan Wuan pasti tak akan mampu untuk menghadapi musim dingin ketika tidak ada makanan sedikit pun. Ada satu cara untuk mencegahnya, kerajaan itu bisa mengimpor gandum, namun setelah dipikir pikir tidak hanya kerajaan Wuan yang akan mengalami serangan hama itu. Pasti seluruh benua akan mengalami hal yang serupa. Cara ini tak bisa dilakukan. "Tetapi mas Vans bagaimana caranya agar hama belalang itu tak mengganggu kerajaan Wuan? Di dunia ini tidak ada satupun orang yang bisa mengatasi hama itu," Ucap Rin er. "Aku bisa membuat obat untuk mengusir belalang belalang itu, namun saat ini aku tidak memiliki dana untuk membuatnya," ucap Vans. "Hem soal dana ya, sepertinya memang kita harus datang kekerajaan Wuan segera, aku ingin meminta uang pada ayahku. Akan tetapi aku takut dengan keadan mu mas Vans, mungkin keluarga ku tidak akan menyambut mu dengan hangat," ucap Rin er. Sebenarnya Rin er sangat berat hati untuk kembali ke kerajaan Wuan, namun dia membuang perasaan itu demi menyelamatkan para rakyat yang dia cintai. Meskipun begitu dia juga memikirkan keadaan suaminya, keluarga Rin er memang sangat membenci Vans. Sempat beberapa kali mereka diganggu oleh keluarga Rin er, namun karena keluarga Rin er yang bergerak dibalik layar Vans tidak mengetahuinya sedikit pun. "Tidak usah memikirkan diriku, rakyat mu lebih penting daripada harga diriku," ucap Vans. Dia sudah tahu resiko apa yang akan dia dapatkan, banyak kasus yang telah terjadi didunia ini tentang pernikahan kaum bangsawan dan rakyat jelata. Rakyat jelata sering dilakukan dengan keji ketika memaksakan diri untuk menikahi kaum bangsawan. Itu adalah takdir yang tak bisa diubah sama sekali. Namun meskipun Vans sudah mengetahui resikonya, dia tetap tidak masalah dengan itu semua. Penghinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari ketika dia mengalami penyakit lumpuh, Vans sangat yakin mampu menanggung semua itu sendirian. Lagian semua itu tak sebanding dengan kesalahan masa lalunya. Itulah yang dipikirkan oleh Vans saat ini. "Mas Vans kau memang tidak masalah dengan itu semua tapi tidak dengan ku," ucap Rin er. Dia menatap Vans dengan sedih. Vans menyentuh pipi Rin er dengan lembut, lalu mencubitnya. "Rin er apa yang akan aku dapatkan dimasa depan anggap saja sebagai penebus dosa masa laluku. Aku yakin kau tak akan tinggal diam jika aku diperlakukan dengan buruk, aku percaya dengan mu. Apakah kau tak percaya dengan suami mu?" Ucap Vans. "Ya sudah jika itu kemauan mu, sebagai istri yang taat aku akan menuruti mu," ucap Rin er. Kedua belah pihak sudah mengetahui resiko yang akan ditanggung oleh mereka dan mereka pun sepakat untuk menghadapi semuanya bersama. *** Seorang pria berambut hitam pekat berdiri didepan jendela, awan yang mengepul diatas itulah yang mungkin sedang dinikmati olehnya. namun nampaknya tidak demikian, tangan yang menggenggam kertas itu mengepal erat seolah olah dia sedang menahan amarahnya. "akhirnya kau kembali kakak, aku akan membalas semuanya demi dirimu, peria itu akan ku cincang cincang menjadi debu dan memberikan bagian tubuhnya ke makanan kuda" ucap Kahn. Setelah bergumam dengan dirinya sendiri, tiba tiba suara ketukan terdengar dari arah luar. "lapor pangeran putri Rin er sudah mendarat dengan selamat dan saat ini dia dan suaminya sedang dalam perjalanan menuju istana," ucap perajurit itu. tiba tiba Kahn pun mengeluarkan tawa yang begitu keras. Dia sudah hampir menyerupai iblis yang penuh dengan kebencian. "siapa yang menyakiti kakaku tidak akan aku maafkan mau itu dewa sekalipun," dia pun meremukkan kertas itu lebih dari sebelumnya.Kedua orang yang sudah sepakat untuk menuju kerajaan Wuan itu mulai mengemasi barang barang mereka. Vans begitu bersemangat ketika melakukan itu, namun berbeda dengan Rin er. Meskipun sebelumnya dia menerima perkataan Vans akan tetapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Rin er tetap merasa cemas akan masa depan suaminya itu. Bukanlah sesuatu yang asing apabila keluarganya menolak Vans dengan mentah-mentah, kemungkinan kemungkinan buruk sudah memenuhi semua isi kepalanya. Rin er pun menggeleng gelengkan kepalanya, dia pastinya tidak ingin berprasangka buruk terhadap keluarganya. "Mana mungkin ayah akan tega melukai suami yang telah aku pilih, selama aku disana semua masalah yang diciptakan oleh keluarga ku pasti bisa aku atasi," batin Rin er. Dengan kepercayaan diri yang tak berdasar itu, Rin er memantapkan hatinya terhadap hal hal yang tak diinginkan dimasa depan. Meksipun badai menerjang dirinya, dia tak akan mundur. "Apakah kau sudah selesai suamiku?" Ucap Rin er.
"terimakasih karena menghentikanku istriku, jika tidak kau hentikan tadi mungkin aku sudah masuk kedalam penjara," ucap Vans. "Bukan masalah besar, bukankah seperti itu gunanya istri menghentikan suami ketika hendak melakukan kesalahan besar," ucap Rin er. Semalam dia memikirkan apakah suaminya ini adalah orang lain, tapi hari ini dia sudah tidak peduli dengan itu. Kejadian aneh yang terjadi pada suaminya sudah dianggapnya anugrah tiada tanding. Dia yakin bahwa Tuhan telah menjawab semua doa yang dia lontarkan selama 3 tahun terkahir. Mau didalam suaminya adalah orang lain, dia tetap mencintai Vans. Sebesar itulah dia dibutakan oleh cinta. Dia yang selalu mendapatkan siksaan tak bisa menjadi istri yang dia impikan, menasehati suami ketika melakukan kesalahan, mendukung suami ketika kesulitan, dan memikul semua masalah bersama. Dia sudah membuang jauh jauh keinginan untuk menjadi istri impian itu, namun semalam dia akhirnya mendapatkan itu semua ditangannya. Mana mungkin dia tida
Hari demi hari berlalu begitu cepat, sampai pada akhirnya mereka sampai di kerajaan Wuan. Lebih tepatnya dikota pelabuhan kerajaan Wuan. Butuh beberapa jam lagi sampai akhirnya mereka tiba di ibu kota.Semua orang menyambut kedatangan mereka dengan meriah, para rakyat yang begitu memuja Rin er menangis terharu atas kembalinya ketempat dia dilahirkan ."Ayah benar benar melakukan tindakan yang tidak perlu, sebenarnya aku tidak suka diperlakukan seperti ini," ucap Rin er.Di berguma pada dirinya sendiri, sejak kecil wanita itu memegang tidak menyukai perlakuan istimewa seperti ini. Rin er lebih suka diperlakukan seperti rakyat biasa, sebenarnya dia sudah sering memperingati ayahnya agar jangan menyuruh orang orang memperlakukan dirinya secara istimewa. Akan tetapi sebagai raja, ayahnya tentu saja dengan kesadaran penuh tidak mau menuruti itu semua. Ayahnya benar benar ingin menjaga harga diri keluarganya, seandainya para rakyat berpilaku tak hormat didepan keluarga bangsawan seperti me
Vans dan istirnya sudah tiba didepan gerbang istana, Vans kali ini tidak bisa menutup matanya. Dia melihat sekeliling dengan mata berbinar. Rin er menyeret suaminya begitu saja tanpa peringatan, mereka berdua melewati jalan batu berbentuk bulat yang lurus menebus istana, disisi kanan dan kiri dipenuhi oleh bunga bunga yang bermekaran. Para perajurit istana yang berbaris itu melakukan gerakan penghormatan ketika dua sepasang kekasih berjalan melewati mereka. Dengan iringan terompet dan kerumunan masa yang tak terhitung jumlahnya membuat jantung Vans tak bisa berhenti berdebar. "Suamiku tenanglah, aku yakin kau bisa menghadapi ayahku, mungkin dia awalnya akan membenci mu tapi aku yakin dia akan menyukaimu perlahan," ucap Rin er. Meksipun Rin er tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan, sebagai istirnya dia harus menyemangati suaminya. Begitulah apa yang dia pikirkan. "Tapi aku takut tidak mendapatkan restu darinya dan yang terburuk dia meminta ku untuk menceraikanmu," ucap Van
Nafas yang berat menderu selayaknya angin malam yang dingin, sinar rembulan menembus sosok gadis yang sedang berjuang keras untuk menuju keaarah tempat tertentu. Namanya Rin er, dia saat ini hampir sampai ditempat suaminya ditahan. Hanya butuh beberapa langkah saja sampai akhirnya dia tiba di pintu penjara, namun ketika dia ingin melangkah masuk kedalam penjara itu sosok perajurit mengetahui keberadaannya. Dengan berat hati dia lari menjauhi tempat yang ingin dimasuki olehnya. "Berhenti putri mengapa kau berada disini, ini sudah malam sangat berbahaya disini," teriak perajurit itu. Rin er tak menghiraukan peringatan perajurit itu, dia yakin setelah dia tertangkap tak akan ada kesempatan kedua untuk menyelamatkan suaminya. Semakin lama dia berlari, semakin kesusahan dia bergerak. "Gaun ini sulit sekali digunakan untuk berlari," ucapnya. Rin er memutuskan untuk menarik gaun yang dia kenakan. Pada saat ini kaki mulusnya disinari oleh rembulan, pemandangan itu tak pantas untuk dili
Awan yang menutupi rembulan perlahan tertiup oleh angin, cahaya yang pada awalnya tak menunjukkan wujudnya perlahan menyinari kedua orang yang sedang saling bertatapan. Pria berambut putih itu menunjukkan ekspresi yang cukup aneh, mulut nya tersenyum tapi tidak dengan matanya. Air matanya menetes begitu dia melihat Rin er. Dengan langkah yang berani dia memeluk wanita itu tanpa peringatan. Pria itu sangat mengenali Rin er, sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan Rin er. Rasa rindu yang begitu besar menghancurkan batasan miliknya. "Putri Rin er," ucap pria itu. Rin er memiringkan kepalanya, pada saat ini dia merasa tidak nyaman. Rin er mendorong pria itu perlahan. "Aurbet kenapa kau meneteskan air mata? Eh ngomong-ngomong mengapa kau ada disini," ucap Rin er. Aurbet nama panjangnya adalah Aurbet Values, dia adalah anak bangsawan yang sejajar dengan Elon, Nama terkahir nya adalah marga milik keluarganya. Dahulu Values adalah salah satu orang yang membangun kerajan Wuan bersama r
Kota Val adalah kota yang dipimpin oleh ayahnya Aurbet, kota tersebut nyaris sempurna tidak ada cacat sedikitpun, para warga yang tinggal disana cukup makmur dan juga berbagai agama dan suku hidup dengan rukun tidak hanya itu mereka juga memiliki tempat wisata yang begitu indah begitu pun makanan khas yang cukup beragam. Meksipun Kota itu memiliki luas yang tidak sebanding dengan ibu kota, tempat ini tetap menjadi tempat yang menakjubkan. Sesuatu yang menonjol dari kota itu adalah turis yang berasal dari negeri asing. "Rin er bangunlah kita sudah sampai," ucap Aurbet. Butuh waktu satu malam penuh sampai akhirnya mereka tiba ditempat itu, beruntung saja semalam mereka tidak menemukan masalah ketika melewati hutan. Namun meksipun ada masalah yang menghadang mereka, Aurbet pasti bisa mengatasinya. Bangsawan Values sejak kecil memang sudah diajari seni beladiri. Mereka tak terkalahkan ketika bertarung, sehingga hal itu membuat bangsawan Values diperhitungkan oleh siapapun. Mereka jug
Di ruang tamu kediaman bangsawan values sosok wanita berambut hitam sedang menyesap teh yang disiapkan untuk nya, itu adalah Rin er. Dia tidak sendirian ditempat itu, ada dua pelayan yang sedang berdiri menunggunya. Mata Rin er tiba tiba berkedut, pada saat ini perasaannya sedikit terganggu. Dia yang sudah tak lama merasakan situasi semacam itu merasa aneh. Sebenarnya dia ingin kedua pelayanan itu agar tidak mengawasi dirinya. Namun mengingat posisinya dirumah itu, dia tidak bisa melakukan hal tersebut. Sebagai tamu mengusir pelayan yang sedang ditugaskan adalah tindakan yang sangat tidak sopan. Tindakan itu sama saja menghina pemilik rumah. Rin er yang saat ini merasa jengah itu ingin cepat cepat terbebas dari situasi tersebut, namun orang yang dia tunggu tidak kunjung tiba menemui dirinya. 'ya mau bagaimana lagi, Tante Vanisa yang marah benar benar cukup merepotkan. Dia tidak akan melepaskan Aurbet sebelum dia puas,' batin Rin er. Rin er tak bisa menyalahkan siapapun kali i