Madeline menatap tubuh Zayden, lalu menepuk perut pria itu.Pria ini tidak lupa bertingkah mesum walau sedang diare.Begitu Madeline menepuk perut Zayden, Zayden bangkit lagi untuk pergi ke kamar mandi.Melihat hal ini, Madeline mengambil ponselnya, lalu langsung menghubungi ambulans.Tidak lama setelah Zayden keluar, seorang pelayan mengetuk pintu. "Tuan, ambulans tiba di depan Kediaman Linwood. Katanya Tuan nggak enak badan."Zayden memandang Madeline. "Kamu yang memanggil ambulans?"Madeline mengangguk. "Kalau nggak enak badan harus ke rumah sakit. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang parah?"Zayden tersenyum. Wanita ini masih peduli padanya. Bagus.Ketika mereka tiba di rumah sakit, Zayden melakukan pemeriksaan. Ternyata radang usus akut.Dokter bilang disebabkan oleh makanan yang tidak higienis.Zayden langsung teringat hot pot. Dia memandang Madeline sambil berkata, "Pasti karena hot pot. Apakah kamu baik-baik saja?""Bagaimana mungkin? Aku juga makan hot pot dan aku baik-baik sa
"Paman Edsel, terima kasih sudah mengantarkan makanan untuk kami.""Sama-sama, Nyonya Muda."Edsel mengangguk pada Zayden, lalu pergi.Madeline mengambil mangkuk dan sendok, kemudian hendak mulai makan. Melihat ekspresi Zayden yang kurang baik, dia meletakkan mangkuk. "Kamu merasa nggak nyaman lagi?""Nggak, ayo makan." Zayden melihat ke arah pintu sebelum mengambil mangkuk dan sendok untuk makan.Setelah makan, Cassius datang untuk melaporkan pekerjaan kepada Zayden.Madeline kesulitan bergerak dan tidak bisa keluar, jadi dia hanya duduk dengan canggung sambil membaca berita di ponselnya.Begitu melihat, dia tampak tercengang. "Astaga."Di sampingnya, Zayden meliriknya. "Kenapa?""Hah? Bukan apa-apa, bukan apa-apa." Madeline menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Kamu kerja saja."Zayden berkata kepada Cassius. "Itu saja. Kalau terjadi sesuatu, laporkan saja kepadaku melalui telepon.""Baik, Pak Zayden."Cassius mengemasi dokumen lalu pergi. Zayden memandang Madeline. "Kenapa tadi
Manajer pergi selama beberapa menit, kemudian keluar dari kantor. Dia berjalan ke arah Madeline dengan selembar formulir."Nyonya, kami menemukan kalau rekening ini adalah rekening deposito sementara yang dibuka oleh Grup Sinclair, cabang pembangunan rel, jembatan dan jalan enam tahun lalu. Masa berlaku rekening ini paling lama dua tahun.""Rekening deposito sementara?" Madeline menyentuh dahinya. "Kalau begitu apakah bisa mengetahui riwayat transaksi rekening ini?""Ini." Manajer menyerahkan formulir itu kepada Madeline.Madeline melihat sekilas dan menemukan bahwa hanya ada beberapa transaksi di rekening ini. Di antaranya masuk sejumlah besar uang. Madeline langsung mengenalinya. Itu adalah jumlah uang yang bertambah di rekening ayahnya.Madeline tersenyum pada manajer bank lalu berdiri. "Bolehkah aku membawa kertas ini?""Tentu.""Terima kasih." Madeline meninggalkan bank.Artinya ... orang yang mentransfer uang untuk ayahnya dan memfitnah ayahnya memang Grup Sinclair.Saat makan ma
Entah kenapa ketika Madeline tahu bahwa masalah ini mungkin tidak ada hubungannya dengan Zayden, dia merasa lega.Keesokan harinya, Madeline datang ke lokasi pembangunan. Luffy langsung berlari mendekat. "Madeline, kamu sudah kembali."Madeline tersenyum santai pada Luffy. "Kak Luffy, sudah beberapa hari nggak bertemu. Apakah kamu merindukanku?""Tentu saja."Madeline melihat seraut wajah asing, kemudian dia bertanya dengan bingung. "Siapa orang itu?"Luffy berjalan ke sisi Madeline lalu berbisik, "Briggs Colter, kepala teknisi yang diutus oleh Grup Clover. Pak Zayden bilang Pak Kane terluka, jadi Briggs yang akan bertanggung jawab atas tempat ini dulu."Luffy tampak kesal ketika membahas orang itu.Madeline bertanya, "Kamu nggak menyukainya?""Bukan hanya aku. Semua orang di tim tiga nggak menyukainya. Dia itu pria yang sombong. Setelah dia datang ke lokasi konstruksi, dia mengatai para pekerja. Tapi begitu Pak Zayden datang, dia langsung menjilat Pak Zayden dan perhatian pada semua o
Para pekerja yang bekerja di sekitar merasa sangat puas mendengar omelan Madeline.Setelah Tobias pergi, Madeline duduk di atas kantong semen yang tak jauh di belakangnya. Dia menyilangkan kaki sambil memandang Briggs. "Pak Briggs, apakah kamu nggak mendengar apa yang aku katakan tadi? Aku ingin kamu melaporkan pengoperasian lokasi konstruksi selama beberapa hari terakhir.""Nyonya Muda, perbuatanmu kurang pantas. Aku nggak perlu melapor kepadamu."Madeline tidak berbasa-basi. Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Zayden. Lalu dia berkata dengan sedih. "Suamiku, aku sudah beberapa hari nggak datang ke lokasi pembangunan. Pak Kane nggak ada, jadi sepupumu mengutus insinyur dari Grup Clover untuk mengambil alih. Aku memintanya untuk melaporkan kemajuan di lokasi konstruksi selama dua hari terakhir kepadaku. Tapi bisa-bisanya dia bilang nggak perlu melapor kepadaku.""Kamu berjanji kepadaku kalau aku yang bertanggung jawab atas proyek ini. Aku yang paling tinggi di lokasi kon
Madeline bertanya-tanya. "Terlibat dalam masalah apa? Aku nggak melihatnya di berita.""Perusahaan sibuk menutupinya, bagaimana mungkin membiarkannya masuk berita?" Luffy mencondongkan tubuhnya lalu berbisik, "Sebelumnya, Pak Caden menggelapkan dana perusahaan demi mengejar seorang model. Beberapa hari yang lalu, perusahaan mengadakan rapat dewan untuk membahas masalahnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk memberhentikan Pak Caden dari posisinya di Grup Sinclair agar dia introspeksi diri di rumah."Madeline terkejut, kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Bisa-bisanya dia mengejar wanita sampai diberhentikan dari posisinya."Luffy juga tersenyum. "Untung itu dia. Kalau orang lain mungkin sudah dijebloskan ke penjara."Madeline mengangguk. "Begitulah. Relasi bisa membuat seseorang terlepas dari hukum.""Alasan utamanya adalah Pak Zayden murah hati, jadi nggak mengejar lebih lanjut. Kalau bukan karena Pak Zayden mengampuninya, dia nggak akan seberuntung itu. Karena kejadian ini, semua ora
Gigi mendesak, "Ayo, Tante.""Oke, oke. Ucapkan selamat tinggal pada Kakek Edsel, lalu kita pergi."Gigi berteriak dengan cepat, "Selamat tinggal, Kakek Edsel." Lalu dia menarik Madeline ke sayap lain.Setelah masuk ke dapur, Madeline memberi tahu para pembantu. Mereka pun keluar. Madeline bertanya kepada Gigi. "Kamu mau makan apa?""Ayo kita bungkus pangsit, Tante.""Kamu mau bungkus pangsit lagi ya?""Ya, kali ini aku yang bungkus. Kita kasih Kakek dan Nenek Buyut ya.""Tentu saja boleh. Madeline menggulung lengan bajunya. Mereka mengenakan celemek. Madeline mulai menguleni adonan dan membuat isinya.Ketika Zayden kembali, dia melihat dua orang di dapur. Satu berdiri di lantai, satu berdiri di kursi. Mereka sedang membuat pangsit dengan serius.Melihat Zayden, Gigi pun pamer. "Paman Zayden, cepat masuk. Lihat, aku yang membungkus deretan ini, lho."Zayden sedikit terkejut. Pangsit yang dibuat oleh Gigi kali ini jelas jauh lebih bagus dari sebelumnya.Dia memandang Madeline. "Apakah k
"Oke, kalau begitu kita main dengan kemampuan masing-masing besok."Rupert mendengus. Gadis ini masih berani begitu sombong. Dia akan menyikat Madeline besok malam.Setelah meninggalkan sayap yang ditempati Rupert dan Audrey, Zayden bertanya sambil berjalan. "Bagaimana pertempuran malam ini?""Seri.""Kamu hebat juga." Zayden memandang Madeline kemudian merangkul bahu wanita itu. "Keterampilan catur kakekku jarang ditandingi oleh lawan.""Jarang bukan berarti nggak ada.""Hm, benar. Kamu telah memenangkan hatiku."Madeline tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.Zayden bertanya, "Tahukah kamu apa yang paling aku sukai darimu?"Madeline memandang Zayden. "Aku nggak tahu kalau aku bisa menarik perhatian Pak Zayden yang terhormat.""Kamu berbeda dari wanita lain. Setelah wanita lain mengenalku, tujuan mereka adalah menyenangkan dan menyanjungku. Tapi kamu bahkan nggak memandangku. Sebaliknya kamu memenangkan hati kakek dan nenekku hingga mereka memihakmu."Madeline tidak setuju. "Mana ada? Ka