Madeline bertanya-tanya. Bukankah Kane sangat membencinya? Kenapa Kane mau mengingatkannya?"Kenapa kamu bilang begitu?""Kamu hanya perlu ingat kalau orang seperti Briggs punya dua muka. Dia bisa melakukan apa saja saat kamu nggak melihatnya. Ingat, jangan provokasi dia lagi. Lebih baik menyinggung orang baik daripada menyinggung orang jahat, dengar?"Ayahnya juga pernah mengatakan hal itu sebelum dia meninggal.Madeline memegang teleponnya erat-erat. "Pak Kane ...."Tut, tut, tut.Madeline masih ingin bertanya, tetapi panggilan sudah terputus.Madeline menoleh. Zayden, yang telah mengganti pakaiannya pun berbalik. "Kenapa? Kane mencari masalah denganmu?"Madeline tersadar, menatap Zayden, kemudian menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Dia hanya menegurku karena aku membuat masalah di lokasi konstruksi.""Kane sudah terluka, bukannya memulihkan diri, malah ikut campur."Madeline tersenyum. "Aneh. Kane menegurku, aku nggak marah. Tapi ketika Briggs membantahku, aku sangat marah.""K
"Kamu penasaran apakah aku begitu sembarangan dengan wanita lain?"Madeline mengerutkan bibirnya. "Aku nggak penasaran."Madeline kembali ke kasur, lalu berbaring.Zayden menyusul. Dia berbaring di samping Madeline, memeluk wanitanya, kemudian terkekeh jahat di telinga Madeline. "Aku ini tipe pria yang bisa mengendalikan nafsu."Tipe pria yang bisa mengendalikan nafsu ....Omong kosong. Madeline tidak pernah melihat pria yang bisa mengendalikan nafsu seperti Zayden.Lupakan saja, Madeline tidak akan mengeksposnya. Biarkan saja Zayden membual.Ketika Madeline pergi ke lokasi konstruksi keesokan harinya, dia menyelesaikan pekerjaannya lalu menemui Luffy."Kak Luffy, apakah pekerjaanmu sudah selesai? Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."Luffy meletakkan dokumen di tangannya, kemudian menghampiri Madeline. "Ada apa?""Berapa banyak yang kamu ketahui tentang Briggs?""Apakah dia mengganggumu?"Madeline mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Jadi, aku ingin mengumpulkan informasi pribadinya.""
Kane mengerutkan kening saat melihat ekspresi Madeline. "Apa yang terjadi?"Madeline melihat Kane sekilas, kemudian menunduk. "Paman Kane, apakah kematian ayahku ada hubungannya dengan Briggs?"Pupil Kane mengecil seketika, lalu dia berkata dengan tenang. "Jangan berpikir terlalu banyak. Aku mengingatkanmu hanya karena dia memiliki niat jahat. Aku khawatir kalau kamu menyinggungnya akan menimbulkan masalah."Madeline benar-benar merasa bahwa Kane adalah orang tua yang keras kepala. Rasanya begitu sulit mendapatkan sesuatu dari mulutnya.Madeline berdiri dengan marah. "Kamu, ayahku dan Briggs adalah penanggung jawab proyek jembatan lintas sungai. Sekarang, ayahku sudah tiada, tapi kariermu dan Briggs berjalan lancar. Atas dasar apa?"Madeline menggertakkan gigi. "Karena kamu nggak mau memberitahuku, maka aku akan menyelidikinya sendiri. Aku nggak percaya Briggs akan sama sepertimu, nggak menunjukkan jejak apa pun. Paman Kane, sebaiknya kamu berdoa kematian ayahku nggak ada hubungannya d
Madeline membuang muka, memandang Zayden. "Wanita ini pernah melihatku di berita, tapi aku nggak pernah mendengar namanya. Kamu masih harus memperkenalkan kami."Begitu Madeline usai berbicara, wanita itu menghampiri Madeline lalu mengulurkan tangannya. "Halo, Nona Madeline. Aku Biana Sloan, sekretaris Tuan Zayden sekaligus adik kelasnya. Senang bertemu denganmu."Madeline berjabat tangan dengan Biana. "Halo, senang bertemu denganmu."Zayden duduk, kemudian berkata kepada mereka berdua. "Ayo duduk."Madeline duduk tepat di sebelah Zayden.Biana duduk kembali di tempat tadi.Pelayan menuangkan minuman untuk mereka bertiga.Zayden berkata, "Di mana Cassius? Kenapa dia belum datang? Apakah dia nggak tahu kalau aku benci menunggu?""Cassius nggak akan datang. Aku memintanya untuk jangan menjadi nyamuk di sini." Biana tersenyum. "Aku kira hanya kita berdua yang akan makan bersama malam ini. Maaf, aku sudah mengambil keputusan atas kehendak sendiri."Nyamuk ....Madeline merasa kata-kata itu
Setelah itu, Madeline memandang Zayden sambil tersenyum. "Pertama kali aku dan suamiku berhubungan intim adalah karena mabuk. Sejak itu, aku memperingatkan diriku untuk jangan minum kalau nggak kuat. Saat suamiku ada, nggak masalah. Lagi pula dia bisa melindungiku. Tapi kalau ada orang luar, sebaiknya aku jangan minum."Mendengar kata-kata Madeline, Zayden pun tersenyum.Sambil menyelam minum air. Madeline menyatakan kepemilikannya atas Zayden, memamerkan kasih sayang Zayden terhadapnya, serta memberi tahu Biana bahwa dia adalah orang luar.Otak wanita ini berputar cepat kalau sedang pintar.Biana memandang Madeline sambil tersenyum paksa sebelum berkata, "Ternyata begitu. Kamu cukup beruntung bisa bertemu pria seunggul Kak Zayden pertama kali mabuk. Kalau itu pria lain, bisa gawat."Madeline mengulas senyum, kemudian meletakkan tangannya di tangan Zayden."Ya, 'kan? Tuhan benar-benar memberiku anugerah yang luar biasa. Mungkin ini jodoh yang sudah ditakdirkan."Biana diam, lalu menyes
Kenapa bukan dirinya?"Dia ... nggak cocok denganmu."Zayden mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Kamu ingin memberitahuku tentang status keluarga juga?""Kak Zayden, dia nggak tertarik padamu. Ini adalah instingku sebagai seorang wanita, nggak akan salah."Tatapan Zayden menjadi dingin. "Jangan bicara sembarangan kalau nggak mengerti."Lalu, Zayden berjalan ke mobil, membuka pintu dan masuk.Biana masih tidak bergerak setelah mobil Zayden menghilang dari pandangannya.Madeline tidak serius, tetapi Zayden menganggapnya serius.Biana telah mencintai Zayden selama sepuluh tahun dan bersama Zayden selama lima tahun. Biana pikir setelah Zayden melupakan Stella, selama dia bisa menunggu beberapa tahun lagi hingga Zayden melupakan masa lalunya, dia pasti bisa mendapatkan hati Zayden.Tak disangka cintanya selama sepuluh tahun tak sebanding dengan wanita yang baru Zayden kenal selama dua bulan.Kenapa bukan dia? Biana kalah apa dari Madeline?Biana benar-benar tidak terima.Madeline melihat e
Melihat Madeline masih bergeming, Zayden yang telah berjalan pergi pun menoleh, lalu berkata dengan kesal. "Cepat sini."Madeline mengerucutkan bibirnya, kemudian segera menyusul.Zayden menarik tangan Madeline sambil berjalan ke depan.Madeline tidak bisa berkata-kata. Zayden menerima pukulan apa sebenarnya?Sebelumnya Zayden baik-baik saja. Sepertinya dia mulai bertingkah aneh setelah berbicara berdua dengan Biana.Jangan-jangan ... Biana mengatakan sesuatu kepada Zayden?Atau Zayden marah karena Madeline membuat Biana marah di restoran tadi?Namun, apa alasan Zayden kesal? Kecuali ... dia menyukai Biana?Madeline merasa bersalah. Jika Biana benar-benar jodoh Zayden, bukankah Madeline sudah membuat kesalahan besar?Setelah Madeline berpikir. Sebelumnya Zayden bilang bahwa cinta pertamanya adalah ketika dia berusia 19 tahun. Biana adalah adik kelas Zayden ....Astaga.Cara Biana memandang Zayden tadi jelas penuh cinta. Madeline bisa melihatnya dengan jelas, kenapa dia harus membuat Bi
Agar Madeline bersedia menghabiskan sisa hidupnya bersama Zayden mulai sekarang.Madeline kembali ke kamarnya, lalu melihat sebuah kotak perhiasan kecil di atas meja kopi.Dia berjalan mendekat, duduk di sofa, kemudian membuka kotak itu. Ada sebuah pin indah di dalamnya.Model pin ini seperti milik laki-laki.Saat Zayden berbicara dengan Biana tadi, Zayden sepertinya mengambil sesuatu dari tangan Biana.Madeline segera menutup kotak itu, berpura-pura tidak melihat.Dia naik ke kasur, membaca sebentar, kemudian mengantuk sehingga dia tidur dulu.Ketika Zayden kembali, Madeline sama sekali tidak mendengarnya. Dia tidur nyenyak.Keesokan paginya, Madeline terbangun dalam pelukan Zayden.Setelah lama berbagi ranjang dengan Zayden, Madeline tampaknya telah sepenuhnya beradaptasi dengan pola bangun pagi mereka.Madeline mengusap matanya. "Pagi.""Hm, apakah kamu ada rencana untuk hari ini?"Madeline meregangkan pinggangnya lalu menjawab, "Pergi ke lokasi pembangunan.""Hari ini akhir pekan."