"Ibu, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Kamu bisa menoleransi anak orang lain, tapi kenapa kamu begitu kejam padaku? Akulah putrimu."Helen terdiam lama sekali sebelum dia berkata, "Selama kamu minta maaf kepada kakakmu di depanmu, kakakmu pasti akan memaafkanmu. Mulai saat itu, kamu akan tetap menjadi putriku yang baik."Madeline berpegangan pada dinding, perlahan merosot ke lantai."Kamu ... ingin aku minta maaf?""Maddie, kamu benar-benar salah."Madeline memejamkan matanya. Dia mengangkat tangannya untuk menyeka air matanya. "Aku nggak melakukan kesalahan apa pun. Kamu yang salah. Bukan, aku yang salah. Aku seharusnya nggak memiliki harapan yang begitu indah terhadap ibu kandungku. Aku memasukkanmu dalam masa depanku yang indah, tapi kamu ... kamu malah mengeluarkanku dari hidupmu.""Aku harus berterima kasih kepadamu karena sudah memberitahuku bahwa nggak semua ibu di dunia ini menyayangi anaknya. Terima kasih sudah memberitahuku betapa menyakitkannya dibuang oleh ibu kandu
"Jangan." Madeline menghindar."Madeline, aku nggak pernah memaksa wanita, tapi kamu adalah istriku. Jadi, ingat itu."Usai berbicara, Zayden pun tidak lagi ragu....Madeline bangun."Sekarang kamu sudah puas, 'kan?"Zayden tidak mengatakan apa-apa.Madeline turun dari ranjang, kemudian berjalan ke kamar mandi.Saat tangan Madeline menyentuh kenop pintu kamar mandi, Zayden berkata, "Malam itu, kamu sengaja, 'kan?"Gerakan Madeline berhenti.Ketika Zayden melihat Madeline terdiam, dia pun mengerti sepenuhnya.Beberapa hari terakhir, Zayden terus berpikir. Ketika dia pulang hari itu, Madeline sudah selesai memasak.Madeline sudah lama tidak alergi, tetapi ketika mereka akan berhubungan intim, Madeline malah alergi.Waktunya terlalu kebetulan. Tidak mungkin ada alergen mangga di kamar mandi, sulit bagi Zayden untuk tidak curiga.Namun melihat Madeline menderita, Zayden pun menghibur dirinya sendiri dalam hati. Dia mungkin berpikir terlalu jauh, bagaimana mungkin seseorang begitu jahat te
Caden menatap punggung Madeline dengan tatapan ragu.Wanita jahat?Alis Caden terangkat, bukankah dia juga pria jahat di mata dunia?Namun, dia tidak pernah melakukan kejahatan.Pada siang hari, Madeline awalnya berencana untuk kembali ke perusahaan, tetapi Luffy, yang baru saja datang dari perusahaan, menghentikannya.Dia menarik Madeline ke samping, lalu berbisik, "Apa pun yang ingin kamu dapatkan, aku akan mengambilkannya untukmu. Jangan muncul di perusahaan hari ini."Madeline bertanya, "Kenapa?""Ada banyak reporter berkumpul di depan perusahaan, semuanya berlomba-lomba untuk mewawancaraimu."Madeline terdiam beberapa saat, menunduk lalu tersenyum. "Aku tadinya akan kembali untuk mengambil beberapa daftar jumlah bahan. Nggak apa-apa, nggak ambil juga nggak masalah. Lagi pula, angka-angka itu sudah tercatat di dalam otakku."Luffy mengangguk. "Oke, apa pun yang kamu butuhkan, katakan saja kepadaku. Biar aku yang ambil."Madeline tersenyum pada Luffy, kemudian berkata, "Kak Luffy, t
Madeline tertegun lama saat menonton berita.Zayden mengatakan kepada wartawan bahwa Madeline-lah yang awalnya ingin dia nikahi. Alasan dia sering menghadiri acara dengan Chiara sebelumnya hanyalah sebatas kesopanan karena Chiara adalah kakak tiri Madeline.Perilaku Zayden telah menyebabkan orang lain, bahkan keluarganya, salah memahami hubungannya dengan Chiara. Jadi dia akan mengklarifikasinya sekarang. Dia berharap semua orang tidak melakukan kekerasan verbal terhadap Madeline. Jika kelak Zayden melihat berita palsu serupa lagi, dia akan mengambil tindakan hukum untuk melindungi dirinya dan istrinya.Madeline tidak tahu mengapa Zayden membantunya.Setengah jam kemudian, Zayden kembali.Madeline menemani Gigi mendandani boneka barbie di kamar Gigi.Setelah Zayden menyapa neneknya, kemudian dia menghampiri kamar Gigi.Gigi memanggil, "Paman Zayden, kenapa Paman baru pulang?"Zayden bersandar di pintu dengan tangan bersedekap. Dia memandang Madeline sambil menjawab, "Bekerja lembur."M
Madeline mengepalkan tangannya, kemudian mengangguk."Bagus sekali, kalau begitu dengarkan baik-baik. Kesempatan memilih seperti ini hanya sekali. Mulai sekarang, kamu milikku sampai maut memisah walaupun kamu enggan. Kalau kamu berani menipuku dengan cara menyakiti dirimu sendiri lagi, aku nggak akan memaafkanmu."Madeline berkedip, tampak polos. "Aku nggak akan melakukannya lagi. Alergi benar-benar sangat menyiksa.""Kamu pantas mendapatkannya. Aku belum pernah melihat wanita sebodoh kamu." Zayden mendengus dingin, kemudian lanjut makan.Zayden makan dua suap, lalu menatap Madeline. "Kenapa kamu menatapku seperti itu? Masih ada yang ingin kamu katakan?""Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi," jawab Madeline.Zayden mengangkat sudut bibirnya dengan sinis. "Tahukah kamu kenapa aku menerima wawancara begitu malam?"Madeline menggelengkan kepalanya, tentu saja dia tidak tahu."Seseorang melapor kepadaku kalau kamu pulang. Pilihanmu menentukan apakah aku akan menerima wawancara malam ini
Madeline duduk di tempat tidur sembari menghela napas. Dia pikir dia akhirnya bisa merasa lebih nyaman saat tidur, alhasil ....Madeline menggertakkan giginya, dengan marah mengepalkan tinjunya, kemudian meninju dua kali ke arah pintu.Pada saat ini, Zayden berbalik. Madeline buru-buru mengulurkan tangannya ke atas, berpura-pura merenggangkan tubuh. "Ah ... ngantuk sekali."Melihat ekspresi gugup Madeline, Zayden menahan tawanya sambil memerintah, "Cepat kembali."Madeline cemberut. "Ya."Dia bangkit dari tempat tidur, memakai sandalnya, lalu kembali ke kamar Zayden.Mereka berdua berbaring di kasur. Zayden menarik Madeline ke dalam pelukannya untuk tidur.Tanpa memeluk Madeline, Zayden merasa ada yang kurang. Sejak kapan dia mengembangkan kebiasaan buruk seperti itu?Keesokan paginya, Madeline menyalakan ponselnya, kemudian dia menemukan belasan panggilan tidak terjawab dari ibunya.Dia tidak menelepon balik, tetapi datang ke lokasi pembangunan seperti biasa setelah sarapan.Saat dia
Tamparan keras itu mendarat begitu tiba-tiba sehingga Madeline tidak waspada.Pipinya terasa terbakar, tetapi jantungnya seperti berdarah.Dia memandang Helen, tatapan kecewa di matanya menghilang dalam sekejap, kemudian dia tertawa keras.Melihat reaksi Madeline, Helen pun tertegun. Dia melihat tangannya sendiri, lalu buru-buru melangkah maju untuk menjelaskan. "Maddie ...."Madeline melangkah mundur. "Jangan sentuh aku."Helen menggelengkan kepalanya. "Maddie, Ibu nggak sengaja. Ibu hanya nggak mau kamu menyebut ayahmu lagi. Dia sudah memberiku terlalu banyak penderitaan, aku membencinya.""Kamu hanya ingat kalau dia memberimu penderitaan, tapi kamu melupakan semua cinta dan kehangatan yang pernah dia berikan kepadamu."Helen mengerutkan keningnya. "Jangan bahas lagi, oke?"Ketika Madeline hendak mengatakan hal lain, Caden berlari mendekat.Melihat bekas tamparan di wajah Madeline, tatapan Caden menjadi dingin, lalu tertuju pada wajah Helen."Sial, ada ya ibu seperti kamu. Kamu kejam
Caden berdiri, kemudian melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Madeline. "Bodoh."Usai berbicara, ekspresi Caden kembali santai seperti biasanya, lalu dia berjalan keluar dari ruang istirahat.Setelah keluar, dia juga menutup pintu ruang istirahat.Madeline melihat ke arah pintu dengan ekspresi bingung. Apakah Caden sedang menghiburnya?Entah kenapa, Madeline merasa bahwa anggota Keluarga Linwood sepertinya memiliki dua wajah semua.Zayden begitu, Caden juga begitu.Madeline memikirkan kata-kata Caden dan merasa bahwa kata-katanya masuk akal.Dia menyentuh pipinya yang ditampar oleh Helen. Tatapannya tampak dingin.Madeline mengeluarkan ponselnya, menarik napas, kemudian menghubungi nomor Layla. "Layla, apakah kamu sedang sibuk?""Nggak, aku sedang menonton drama.""Aku ingin meminta bantuanmu.""Katakan saja, aku dengar, kok.""Aku ingin membeberkan tentang Chiara yang merebut pacarku. Kalau bisa, biar wartawan mengetahui berita ini dari berita lama sekolah kita."Layla menep