"Saksi?" tanya Caka mengulang ucapan guru Yu. "Mengenai insiden semalam, salah satu korban mengatakan jika mereka berseteru dengan Anda!" terang Kapten Davey. Karena tak ingin membuat masalah untuk Akademi, Caka pun ikut Kapten Davey ke kantor polisi. Sampai di kantor polisi, ia disuruh menyerahkan handphone dan juga dompetnya ke petugas. Dan bukan seperti yang kapten Davey katakan bahwa ia dibawa untuk ditanyai sebagai saksi, tapi langsung dijebloskan ke dalam penjara. "Apa maksudnya ini?" "Anda terlibat pembunuhan Tuan Muda Alvin Andareksa!" ujar Kapten Davey. Caka melebarkan mata, ia mulai mengerti sekarang. Sepertinya Kapten Davey berpihak kepada keluarga Andareksa! Detik berikutnya, Caka menyimpulkan senyum getir. "Aku ingin menghubungi seseorang!" pintanya. "Di sini ... aku yang berkuasa. Dan aku yang memutuskan apakah seorang tahanan boleh menghubungi keluarga atau tidak!" Caka menatap Kapten Davey dengan sedikit menghina. "Kapten, sebaiknya kau biarkan a
"Siapa Davey? Abaikan saja!" taha Adrian yang ikut murka karena acaranya terganggu. "Tuan Alvan!" jawab Davey tanpa memindahkan mata dari layar ronselnya. "Untuk apa Tuan Alvan menghubungimu?" nada bicara Adrian melunak setelah tahu siapa yang menghubungi sepupunya. "Mana aku tahu, Kak!" ujarnya lalu menerima panggilan itu. Sementara Caka menarik salah satu sudut bibirnya. "Selamat pagi, Tuan Gubernur!" sapa Davey. Tentu saja Davey menghormati Alvan sebagai Gubernur Allarith, ibukota negara Nollyvia. Ia pernah mengawal Gubernur La Gracille dalam kunjungan ke Allarith, dan ia tahu jika Gubernur Alvan Emanuelson memiliki hubungan yang baik dengan keluarga Madaharsa. Dan yang ia tahu, keluarga Madaharsa juga memiliki bisnis di La Gracille dan Deesvault, mereka mendirikan Mainwell Group yang memiliki cabang di berbagai negara. Salah satunya Yoslavya. "Tak usah berbasa-basi, apakah kau menangkap seorang pemuda bernama Cakara?" Mendengar hal itu tetiba tubuh Davey sedikit
"Ryuka!" desis Caka saat gadis itu memeluknya. "Kau baik-baik saja kan?" tanyanya cemas melepaskan pelukan lalu memeriksa seluruh tubuh Caka. "Aku baik-baik saja, terima kasih atas perhatianmu. Tapi itu tidak perlu!" "Apa maksudmu?" "Aku sudah punya istri." "Memangnya kenapa kalau kau sudah punya istri?" sela Ryuka tak acuh. "Tidak apa-apa, hanya tidak pantas saja!" Ryuka melotot mendengarnya, tapi ia tidak akan menyerah. Bukan Ryuka Hiroshi jika gampang menyerah. Caka memasuki jok belakang dan rupanya Ryuka pun ikut di sisinya. "Apa yang kau lakukan? Bukankah kau bawa mobil?" "Aku harus memastikanmu baik-baik saja!" jawabnya tanpa menoleh. Ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Caka pun mengembalikan pandangan ke depan. "Ada Mac yang menjagaku!" "Dia tak bisa menjagamu dengan baik, nyatanya dia membiarkanmu ditangkap dan dipenjara!" "Dia susah membebaskan aku!" Caka tahu Mac yang menghubungi Alvan, sebelum pergi ke Yoslavya Alvan pernah mengatakan ji
"Aku ... aku ... ya, aku merindukan Tuan!" jawabnya sambil menunduk. Ia tak ingin pria itu melihat rona di pipinya. Zava tahu pria itu tak pernah lembut padanya, tapi ia tak memungkiri rasa yang mulai muncul di hatinya. Pria itu memang tampak lemah di luar, tapi Zava bisa merasakan aura yang kuat dalam diri suaminya itu. Melihat Zava yang malu-malu seperti itu, angan Caka justru melayang ke hari itu. Di mana ia memergoki wanita itu telanjang di kamar sehabis mandi. Ia dengan jelas bisa melihat tubuh wanita itu yang polos. Dada Caka seketika bergemuruh, ada hasrat yang meluap, sayangnya wanita itu kini juah darinya. Meski ia bisa saja mendapatkan Ryuka yang dengan jelas menawarkan diri padanya, tapi ia bukan seorang bajingan. Ia memiliki seorang istri yang sah untuk ia sentuh! "Zava, ini sudah malam. Tidurlah!" ujar Caka yang langsung mematikan sambungan telepon. Zava mendongak seketika, tapi layar ponsel sudah berubah. Wajah sang suami sudah tak tampak lagi padahal
"Aku ... aku hanya seorang pemuda biasa dari kota Allarith yang datang ke negeri Yoslavya untuk menuntut ilmu. Itu saja!" aku Caka dengan tenang. Kaega mencoba mencari kebohongan di mata Caka tapi tak menemukannya karena Caka memang tidak berbohong. Ia datang ke Yoslavya untuk mendalami ilmu bela diri. "Kau memiliki aura yang sangat kuat, anak muda!" "Aku tidak bohong kan, Kek. Caka itu memang berbeda!" tukas Ryuka dengan rona di kedua pipinya. Ia berharap sang kakek bisa mendukung usahanya untuk mendapatkan perhatian Caka. "Baiklah, ayo kita makan malam. Nanti keburu hidangannya dingin!" ajak Kaega. Mereka pun pergi ke ruang makan, semua keluarga Hiroshi tidak ada yang menentang perintah Kaega. Meski beberapa ada yang menganggap remeh Caka, tapi mereka hanya diam. Jika Kaega menyukai pemuda itu, artinya pemuda itu memang memiliki keistimewaan yang mungkin tak bisa mereka lihat. Apalagi Ryuka yang tak pernah peduli terhadap pria kini tampak sangat peduli pada pemuda i
"Kenapa King Master tak bersedia menemui Tuan?" heran Mac. "Entahlah, aku hanya merasa pertemuan kami waktu itu hanyalah sebuah kebetulan!" "Tuan, coba saja dulu. Kita tidak akan tahu hasil akhirnya jika belum mencoba!" ujar Mac menyemangati. Caka setuju aja hal itu, mereka pun pergi istirahat ke kamar masing-masing. Pagi itu Caka sengaja datang lebih pagi ke Akademi, ia sengaja mencari pagoda Avaloysvara untuk menemui King Master. Ia memang menemukan pagoda itu, awalnya agak ragu untuk memasukinya. Tapi akhirnya ia memberi hormat lalu memberanikan diri memasuki pagoda. Pagoda itu sangat sunyi, seperti tak ada kehidupan. Memang waktu itu juga sangat sunyi, ia tak melihat ada kehidupan lain selain King Master. Apakah memang tak ada yang menghuni pagoda ini? "Permisi!" ia melangkah hati-hati memasuki pagoda. Memeriksa tiap sisi, menelusuri ruang yang dulu ia pernah berbaring saat tak sadarkan diri. Semua tempat itu kosong. Entah mengada Caka merasa tak tenang. Tapi ada satu
Ternyata pil dewa memang sedahsyat itu? Dan sepertinya selama ini banyak yang mengincar? "Biarkan Caka mengikuti pertandingan, kita juga akan memiliki alasan untuk menyaksikannya. Di sana, mungkin saja ... ada si pencuri pil dewa!" usul Guru Yu. "Kau benar, Yu Long. Kita bisa mencari si pencuri pil itu di acara pertandingan. Bajingan itu telah meracuni King Master, aku pasti akan menghabisinya!" geram Huo Jin. Caka juga sependapat akan hal itu, siapa tahu memang di tempat itu ia bisa menemukan orang yang telah melukai King Master. Meski sebenarnya ia juga mencurigai penghuni Akademi. Penghuni Akademi, tapi ia sama sekali tak memiliki bukti. Ia juga tidak bisa menebak siapa! Orang itu bisa melukai king master artinya ilmunya sangat tinggi, jika pun ia bisa menemukannya sudah pasti ia tidak akan bisa mengalahkan orang itu. "Baiklah, Caka. Kau boleh kembali ke asrama. Karena insiden ini maka hari ini kegiatan di Akademi akan diliburkan. Tapi semua Murdi tidak ada yang bole
"Tuan Muda Kaley juga ikut?" seru keduanya. Caka menyunggingkan senyum tipis, " Dia pasti mendaftar demi bisa menghabisiku di arena, tapi aku tidak akan menyerahkan nyawaku pada sippa pun!" Caka memejamkan mata, bayangan masa lalu mulai menghantam ingatannya kembali. Di mana ketika penyergapan terjadi. Pertarungan sengit. Pertumpahan darah. Semua itu masih terekam dalam ingatan, dan mana mungkin ia bisa lupa? Caka membuka matanya seketika, bangkit duduk sambil mengepalkan tinju. "Aku harus memenangkan pertandingan ini, baru aku bisa kembali ke Nollyvia!" "Memenangkan pertandingan ini? Rasanya mustahil!" ujar Zan. "Para master bela diri itu ... Mereka sangat kuat." "Kalian istirahat saja, siapa tahu nanti pingin ikut pergi, meski hanya menonton!" celetuk Caka. Keduanya langsung berbaring. Mengistirahatkan tubuh. Ketika malam tiba, Caka berangkat ke lokasi pertandingan bersama Mac. "Maaf, Tuan. Peserta apa penonton?" tanya penjaga di pintu masuk. "Aku datan