Share

Bab 3

Sedari tadi senyuman yang terpatri di bibir Diara tidak mengendur sama sekali. Apalagi saat matanya memandang tumpukan belanjaan yang ia beli siang tadi di pasar.

Rasa-rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan kebahagiaan seperti ini. Mungkin jika ingat-ingat terakhir kali ia merasakanya ketika keluarganya masih utuh. Sebelum datangnya wanita muda yang merebut ayahnya hingga menyebabkan ibunya depresi dan memilih bunuh diri.

Teringat kembali kejadian kelam itu, membuat senyuman yang tersemat di bibir Diara mendadak memudar dan menghilang begitu saja.

Sebenarnya sempat terbesit dalam benak Diara untuk mencari keberadaan si pelakor dan membalaskan dendam. Namun niat itu langsung terhempas begitu saja sebelum terealisasi. Sebab Diara tidak tahu harus mencari wanita itu ke mana? Diara tidak punya informasi apapun mengenai wanita tersebut, bahkan namanya saja ia tidak tahu. Bagaimana ia bisa mencarinya? Jika yang ia ingat hanya wajahnya saja?

"Ah sudahlah sebaiknya aku lupain

aja tentang pelakor itu, mengingatnya cuman bikin luka yang sudah susah payah aku kubur jadi terbuka lagi."

Diara mengalihkan kembali pikirannya pada belanjaan. Ia lantas membongkar dan melihat-lihat lagi apa saja yang tadi ia beli di pasar.

Oya sebelum itu, saat di pasar Diara juga sempat bertemu dengan Rosidah. Ia sempat membelikan beberapa potong gamis. Wanita renta berhati malaikat itu terlihat senang sekali menerima pemberian dari Diara membuat si gadis jadi ikut senang karena melihatnya bahagia.

Namun lebih dari pada itu, yang membuat Diara berkali-kali lipat merasakan bahagia ketika rungunya mendengar ucapan tulus dari belah bibir wanita yang sudah Diara anggap seperti ibunya sendiri; Rosidah berkata bahwa ia senang melihat kehidupan Diara sekarang, wanita tua itu juga mendo'akan agar Diara selalu sehat serta selalu diselimuti kebahagiaan yang luar biasa.

Ah wanita itu memang benar-benar merupakan jelmaan malaikat tak bersayap.

Okay, kembali pada keadaan sekarang. Saat ini Diara mulai membuka satu demi satu kantung plastik belanjaannya. Cukup banyak yang ia beli; mulai dari beralatan mandi, handbody, makeup, skincare. Yah meski Diara hanya membeli skincare local, bukan Skincare dengan brand terkenal dan berharga mahal, tapi ia sudah merasa cukup. Lagipula Diara sudah cantik alami, jadi tidak perlu melakukan perawatan yang berlebihan. Cukup merawatnya saja agar tidak terlalu kusam. Diara juga membeli beberapa potong baju untuk dikenakan sehari-hari. Dan tak lupa, pastinya ia membeli beberapa pasang pakaian tembus pandang atau nama kerennya lingerie. Diara mengetahui bahasa itu dari karyawan yang bekerja di toko baju tidur di pasar.

Diara kepikiran membeli pakaian tembus pandang tersebut karena ia menyadari bahwa kini dirinya mempunyai tugas tambahan untuk melayani majikannya. Lagipula Bima sudah berbaik hati padanya, dengan memberikan ia uang sebanyak itu. Jadi tidak salah 'kan jika Diara ingin membalas kebaikannya dengan cara memberikan yang terbaik juga untuk lelaki itu?

Ada sekitar tiga lingerie yang Diara beli. Semuanya hampir memiliki model yang sama tapi dengan warna yang berbeda-beda. Hitam, peace dan yang tengah ia pegang dan diangkat ke udara sekarang adalah lingerie berwarna merah menyala.

Diara memerhatikannya dengan senyum yang kembali mengembang. Sungguh indah sekali pakaian menerawang ini, seumur-umur baru kali ini Diara bisa membeli pakaian yang dulu hanya bisa ia pandangi saja ketika masih menjadi kuli pengangkat belanjaan orang di pasar.

"Pak Bima pasti senang melihat aku menggunakan pakaian ini." Gumamnya dengan hati gembira.

Kemudian ia menilik jam yang menggantung ditembok kamar, di sana waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Ah pas sekali. Sebaiknya sekalian saja ku pakai lingerie ini. Siapa tahu 'kan malam ini Pak Bima datang ke kamarku."

Setelah merapikan kembali belanjaannya dan menaruhnya ke dalam lemari. Diara lantas mengganti pakaiannya dengan lingerie merah tadi. Dan waw ia terlihat seksi dan menawan sekali. Dadanya mencuat, sebab pakaian itu memiliki model dada yang sangat rendah. Bagian-bagian tubuhnya juga terekspos dengan begitu nyata karena pakaian itu tidak mampu menutupnya dengan sempurna.

Namun justru itu yang ia mau, dan ia pastikan Bima pasti akan lebih tergoda melihatnya. Rasanya Diara sudah tidak sabar ingin melihat reaksi Bima ketika melihat penampilannya sekarang.

Entah mengapa ia begitu yakin bahwa Bima akan mendatanginya malam ini. Maka untuk menambah agar lebih berkesan dan bisa membuat Bima semakin betah. Gadis itu mulai memoleskan makeup kepermukaan wajah, pokoknya ia harus berdandan secantik dan semenarik mungkin.

Setelah segala ritual mempercantik diri sudah ia lakukan, sekarang waktunya ia membaringkan tubuh di atas ranjang--menunggu Bima yang kemungkinan besar memang akan datang.

Dan ... Benar saja, tepat jarum jam menunjukan angka pukul satu malam. Derap langkah kaki disusul oleh suara pintu yang dibuka perlahan terdengar oleh indra pendengar.

'Ah tidak sia-sia aku berdandan dan menunggunya.' Ucapnya membatin.

Bima melangkah menghampiri Diara setelah menutup pintu dan menguncinya. Lelaki itu terlihat meneguk saliva dengan kasar lalu menjilat bibir bawahnya ketika melihat Diara yang berbaring di atas ranjang dengan menggunakan pakaian seksi. Sangat menantang.

"Rupanya kamu sudah bersiap dan menungguku?" Ucapnya. Bima naik ke atas ranjang.

Masih dengan posisi yang sama Diara mengulas senyum manis yang terkesan menggoda. "Apa Bapak suka dengan penampilanku?" Tanya Diara memancing.

Laki-laki itu memerhatikan tubuh Diara dari ujung rambut sampai ujung kaki tanpa berketip sedikitpun. Ia mengangguk lalu membalas. "Suka, kamu terlihat lebih cantik dan ... Seksi sekali."

Pipi Diara terasa menghangat mendengar kalimat pujian dari lelaki itu. Ia hanya mampu mengulas senyum sebagai tanggapan. Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara mereka, sebab Bima sudah menindih tubuhnya dan mendaratkan ciuman panas yang tergesa pada bibir si wanita.

'Ah kayanya malam ini aku akan kerja lembur.'

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status