Share

Bab 6

Author: Noona_im
last update Last Updated: 2024-09-25 17:51:56

"Apa yang kalian lakukan?"

"Ayah." Cicit Bima dengan mata yang membola. Lalu dengan tergesa-gesa Bima dan Diara merapikan pakaian masing-masing.

Sungguh demi apapun, sekarang Diara merasa takut sekali. Entah ke mana perginya keberanian yang tadi sempat singgah dalam benaknya. Keberanian itu malah menguap begitu saja bersamaan dengan puncak pelepasaan yang didapat.

"Apa yang kamu lakukan dengan pembantumu ini?" Kambali Endy--ayah dari Bima melayangkan pertanyaan yang sama seraya mengayunkan tungkai kakinya mendekati mereka.

Sontak saja Diara menunduk dan mengerut takut di belakang tubuh Bima, ketika melihat sorot mata pria tua itu yang menatapnya tajam.

"A-ku bisa jelaskan, Yah. I-ini semua--"

"Kamu berselingkuh dengan pembantumu?!" Endy langsung memotong ucapan anaknya.

Bima semerta-merta bersimpuh di kaki Endy. "Maafkan aku Yah, aku khilaf. Aku mohon jangan beritahu Nadia. Aku janji tidak akan melakukannya lagi."

Diara terkejut mendengar kalimat yang baru saja dikuapkan oleh Bima. Bagaimana tidak? Jika itu benar terjadi, itu artinya Bima tidak akan melakukan dengannya lagi dan hubungan mereka akan berakhir? Tidak! Diara tidak ingin hubungannya dengan Bima berakhir begitu saja. Meski tidak ada ikatan apapun diantara mereka tapi Diara tidak rela jika hubungan saling menguntungkan itu kandas.

Diara menggelengkan kepala kuat dan berucap tegas. "Mas!"

Namun bukan hanya Bima yang menoleh, justru Endy juga mengalihkan atensinya pada gadis itu dan melesatkan tatapan yang begitu mengerikan.

"Apa? Mas? Kamu memanggil anak saya dengan sebutan Mas?" Tanyanya. Diara semakin menunduk mendengar pertanyaan mengintimidasi itu.

'Aduh, bodoh! kenapa aku harus keceplosan memanggil Mas Bima dengan embel-embel Mas dalam situasi seperti ini sih? Membuat tambah runyam saja!'

"Jadi sudah sejauh itu hubungan kalian?" Endy bertanya lagi dan lidah Diara semakin kelu tidak bisa menjawab apapun.

"Tidak, Yah. Kami--"

"Tidak apa, ha? Kamu sudah jelas tertangkap basah Bima!"

Bima semakin bersimpuh di kaki ayahnya memohon agar Endy tidak memberitahukan hal ini pada Nadia. Sementara Diara tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terdiam membisu seraya menundukkan kepala semakin dalam.

Dalam hati Diara terus merutuki dirinya sendiri. Semua ini terjadi memang karena salahnya, lebih tepatnya salah hormonnya yang tidak bisa diajak berkompromi. Andai saja tadi Diara bisa sedikit menahan dan mengajak Bima untuk pindah ke kamarnya terlebih dahulu. Semua ini pasti tidak akan pernah terjadi.

Huft ... namun nasi sudah menjadi basi, mau diapakan lagi? Sekarang Diara hanya tinggal menerima keputusan apa yang akan menimpanya. Yah semoga saja, dan Diara berharap Endy bisa diajak bernegosiasi, agar ia masih bisa tetap bekerja di sana.

"Yah, Bima mohon jangan beritahu Nadia. Bima tidak mau pisah dengan Nadia. Bima akan melakukan apa saja, yang penting Ayah rahasiakan masalah ini." Dengan posisi yang sama Bima terus memohon pada ayahnya.

Endy masih bergeming, belum melontarkan kalimatnya kembali. Namun terlihat dari ekor mata Diara, Endy seperti memehatikannya tapi dengan sorot mata yang berbeda dari yang sebelumnya.

Meski tidak begitu jelas, tapi Diara bisa pastikan bahwa ada maksud lain dari tatapanya itu.

"Ayah tidak akan mengadukannya pada Nadia." Ucapnya membuat Diara dan Bima seketika menoleh padanya dan rasa lega mulai merambat di benak keduanya. "Tapi dengan satu syarat." Lanjutnya lagi.

Bima lantas berdiri. "Apa syaratnya, Yah? Bima akan lakukan apapun itu." Ujarnya penuh keyakinan. Sepertinya Bima begitu tidak ingin berpisah dengan istrinya.

Kemudian Endy kembali memerhatikan Diara, bahkan bola matanya bergulir dari bawah sampai atas, membuat Diara jadi agak risih. Lalu ... Kalimat yang dilontarkan Endy selanjutnya sukses membuat Diara terkejut setengah mati, begitu pun dengan Bima. Sebab Diara maupun Bima tidak pernah memprediksikan kalimat tersebut akan ke luar dari belah bibir Endy.

"Ayah juga ingin mencicipi pembantumu ini."

Bima sontak menatap tak percaya pada ayahnya, namun kemudian Bima berganti menatap Diara.

"Mas.." Diara menggelengkan kepala pada Bima, bermaksud memberitahu bahwa ia tidak mau melakukan hal itu dengan Endy. Meski hormon Diara berlebih, tapi ia juga cukup pemilih. Diara tidak mau jika harus menyalurkan hasratnya dengan laki-laki tua seperti Endy.

Namun sayang, di sana Bima malah menanggapi permintaan ayahnya dengan kalimat yang tidak sesuai dengan apa yang Diara inginkan. "Baiklah Yah, jika Ayah ingin merasakan Diara juga, silakan. Asal Ayah janji, rahasiakan hal ini."

Diara sontak menatap Bima tidak percaya. "Tapi, Mas.. Aku--"

"Sudahlah Dira. "Potong Bima. "Ini demi kebaikanmu juga. Memangnya kamu mau dipecat dan tidak bisa bermain lagi denganku?"

Diara menggeleng lemah. Jelaslah ia tidak ingin hal itu terjadi.

"Ya sudah kalau begitu turuti saja." Kata Bima. "Lagi pula, kamu pasti akan dapat banyak dari Ayahku."

Dan akhirnya Diara hanya bisa mengangguk pasrah. Biarlah jika ia harus sedikit berkorban, yang terpenting ia masih bisa menjalin hubungan gelap dengan Bimw.

"Bagus.. " Endy terdengar kembali bersuara. "Kalau begitu Ayah ingin merasakannya sekarang juga."

Netra Diara seketika membelalak. 'Hah yang benar saja? Apa laki-laki tua ini tidak waras? Dia 'kan tahu kalau aku baru saja melakukannya dengan putranya. Seharusnya dia mengerti bahwa aku masih lelah.'

Sontak saja Diara melontarkan penolakan. "Tidak bisa sekarang, Pak. Saya baru saja melakukannya dengan anak Bapak. Saya sangat lelah."

'Huh mau seenaknya saja dia, memangnya aku ini apaan?'

"Oh ya sudah kalau kamu tidak mau, saya akan adukan hal ini pada Nadia sekarang juga!" Ancamnya sembari berbalik dan melangkah pergi. Namun dengan gesit Bima langsung menahannya.

"Jangan, Yah." Bima memegang tangan ayahnya yang membuat langkah laki-laki tua itu berhenti.

"Diara please.. Layani Ayahku sekarang juga."

"Tapi Mas aku lelah sekali. Kamu tahu 'kan bagaimana tadi kita bermain?"

"Iya aku tahu, tapi ini demi kita juga. Aku mohon." Pinta Bima.

Diara terdiam, mencoba menimbang-nimbang. Namun belum sempat ia menjawab, Endy kembali berucap.

"Terlalu lama! Sudah, biar Ayah beritahu Nadia sekarang saja!"

'Sial laki-laki tua ini!' Dalam hati Diara menggeram kesal.

Bima kembali menahan Ayahnya. "Yah, yah, tolong Yah. Jangan beritahu Nadia."

"Tapi jalangmu ini sangat lama. Ini sudah sangat malam!"

'Apa jalang? Dia memanggilku jalang? Benar-benar laki-laki tua kurang ajar!'

Meski Diara berhubungan dengan Bima di belakang. Tapi bukan berarti ia jalang. Asal kau tahu, selama ini Diara hanya pernah melakukannya dengan dua orang laki-laki saja; Herman dan Bima. Jadi Diara bukanlah jalang!

"Diara, aku mohon turuti keinginan Ayahku. Ini demi kita!" Lagi Bima memohon padanya.

Mau tak mau, dengan hati yang begitu berat, Diara kembali menganggukan kepala, membuat Endy tersenyum senang.

'Dasar laki-laki tua bangka, mesum, tak punya malu!' Batinnya mengumpat.

"Ya sudah kalian lakukanlah di kamarmu saja, Diara." Perintah Bima.

Diara tidak menjawab lagi ucapan Bima. Ia memilih langsung melenggang pergi ke kamarnya, dan tentunya di ikuti oleh laki-laki tua itu.

'Huft ... Tugas tambahan lagi.'

Bersambung...

Related chapters

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 7

    Semenjak malam itu, pekerjaan Diara menjadi bertambah lagi. Bagaimana tidak? Endy jadi sering berkunjung ke rumah Bima. Bisa satu bulan sekali, kadang dua minggu sekali. Padahal tempat tinggalnya cukup jauh dan berbeda kota. Dulu sebelum mempunyai hubungan dengan Diara, lelaki tua itu hanya akan ke rumah sekirannya tiga bulan atau enam bulan sekali untuk menengok sang cucu, itu pun selalu bersama dengan istrinya. Namun sekarang, Endy sering datang sendiri. Entah alasan apa yang lelaki itu kemukakan pada istri, juga pada Nadia (selaku menantu dan pemilik rumah) agar tidak curiga. Diara benar-benar tidak tahu dan tidak ingin tahu. Namun sekarang terjadi sesuatu yang berbeda dengan perasaan Diara pada Endy. Entah mungkin karena sering berhubungan dengannya, sehingga membuat Diara mulai merasakan nyaman terhadap laki-laki tua itu. Padahal pada awalnya Diara sangat muak dan membencinya setengah mati. Sebab kau tahu? Endy bukanlah tipenya. Seperti menjilat ludah sendiri, kini Diara mal

    Last Updated : 2024-09-25
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 8

    Sesuai prediksi. Diara lah yang akhirnya terusir dan terhina. Sedikitpun ia tidak pernah menyangka bahwa kedua laki-laki itu sangat pecundang sekali. Keduanya dengan sengaja melimpahkan semua kesalahan pada Diara. Membuat gadis itu seolah-olah menjadi tersangka utama dan satu-satunya. Nadia dan Rani dengan mudahnya malah mempercayai begitu saja kedua lelaki pendusta itu. Dua wanita itu seketika sangat murka pada Diara. Mereka menjambak secara membabi buta sebelum akhirnya menendangnya dari rumah. Diara menangis, meraung, meminta ampun. Ia sudah tidak peduli lagi dengan tatapan para tetangga dan orang-orang yang melintas--yang menatapnya dengan tatapan jijik, seolah Diara adalah seonggok kotoran yang sangat menjijikkan."Ampun Bu. Ampun Bu Nadia, Bu Rani. Ampuni saya."Diara terus memohon pada mereka, khususnya pada Nadia dan Rani, agar kedua wanita itu memberikannya sedikit rasa belas kasihan. Mungkin karena memang mereka merasa kasihan pada Diara yang sudah tidak berdaya atau mung

    Last Updated : 2024-09-26
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 9

    Terhitung sudah sekitar satu bulan Diara tinggal di kostan itu. Ia merasa betah, karena kostannya cukup bagus, bersih, nyaman, dan orang-orang di sana juga baik. Tapi yang ia pikirkan sekarang adalah biaya sewanya.Tujuh ratus ribu bagi Diara terlalu mahal, apalagi mengingat ia yang sampai sekarang belum juga mendapat pekerjaan lagi. Untuk makan sehari-hari saja ia hanya mengandalkan uang yang ada dalam tas. Jumlahnya lima juta rupiah kala itu, dan sekarang semakin hari jumlahnya semakin berkurang."Tinggal sisa dua juta lagi bagaimana ini?" Gumamnya setelah menghitung lagi.Diara memang baru saja membayar biaya sewa kost untuk bulan ini. Walau biayanya terbilang mahal, tapi ia memutuskan untuk memperpanjang sewa. Lagipula sebenarnya harga segitu wajar untuk ukuran kost-kostan yang ada dipusat ibu kota, yang menjadi masalah hanya terletak pada dirinya yang belum juga mendapat pekerjaan.Sebenarnya Diara sudah berusaha untuk mencari pekerjaan, tapi

    Last Updated : 2024-09-27
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 10

    "Ti makasih ya, lo udah mau ngajak gue kerja di sini."Sekarang ini Diara sedang menunggu angkutan umum untuk kembali ke kostan karena ia baru mulai bekerja esok hari. Rianti meminta izin untuk menantar Diara ke depan Cafe seraya menemaninya menunggu angkutan umum."Ya elah santai aja kali, yang penting gajian pertama traktir gue." Balas Rianti jenaka sambil tertawa kecil.Diara ikut tertawa. "Hahaha beres." Katanya. "Oh ya, omong-omong gue gak punya baju buat besok kerja. Apa gue beli aja ya sebelum berangkat? Tapi kira-kira baju kaya lo gini harganya berapaan?" Diara memegang ujung bawah drass yang sedang dikenakan oleh Rianti.Tadi setelah tanda tangan kontrak, Roni sudah menjelaskan pekerjaan yang harus Diara kerjakan, termasuk perihal pakaian yang harus dikenakan oleh gadis itu. Tidak ada pakaian khusus seperti para pegawai, Diara dibebaskan memakai pakaian apapun yang terpenting pakaian itu harus menarik.Diara cukup paham dengan ap

    Last Updated : 2024-09-28
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 11

    "Lo boleh pake baju yang mana aja. pilih suka-suka lo pokoknya." Kata Rianti. Gadis itu membuka lemari dan menunjukkan koleksi pakaiannya pada Diara.Lemari di kamar kost Rianti, memang tidak sama dengan lemari pakaian yang ada di kamar kost Diara. Tentu saja. Hal tersebut dikarenakan tipe kamar mereka yang berbeda, dan jelas harganya pun berbeda. Harga sewa kamar Diara hanya sekitar tujuh ratus ribu rupiah sementara harga sewa kamar Rianti satu juta empat ratus ribu rupiah. Dua kali lipat dari harga sewa kamar Diara.Kostan ini memang memiliki dua tipe. Untuk kamar Diara sudah pernah dijelaskan keadaanya 'kan? Jadi sekarang tinggal menjelaskan yang tipe kamar kost yang ditempati oleh Rianti.Secara ukuran jelas berbeda, kamar kost Rianti jauh lebih luas dari kamar Diara yang hanya berukuran dua kali tiga dan tidak ada kamar mandi di dalam. Sesuai harganya, kamar kost Rianti luasnya dua kali lipat dari kamar Diara dan dilengkapi dengan kamar mand

    Last Updated : 2024-09-28
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 12

    Dengan pelan dan penuh kehati-hatian Diara berjalan selangkah demi selangkah menuju tempat duduk di cafe tempatnya bekerja.Gadis itu sudah siap untuk mulai bekerja di tempat itu. Rianti sudah mendandaninya hingga ia tampak begitu cantik bak seorang putri.Tidak hanya wajahnya saja yang dipoles dengan makeup hingga sedemikian rupa, tapi rambutnya juga tak luput dari sentuhan tangan terampil Rianti yang serba bisa. Rambut Diara yang tadinya hanya lurus dan kaku, kini berubah menjadi bergelombang. Jujur tatanan rambut yang seperti ini membuat Diara jauh lebih menarik lagi.Namun ada satu yang Diara tidak sukai dari semua yang Rianti lakukan pada dirinya, yaitu Rianti menitahnya untuk memakai sepatu hak tinggi dengan penyangga tumit yang runcing. Rianti bilang itu namanya sepatu jenis high heels.'Huh sungguh sepatu ini sangat menyulitkan gerak kakiku.' Seumur-umur baru kali ini Diara memakai sepatu dengan model seperti itu.Diara sempat men

    Last Updated : 2024-09-29
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   Bab 13

    Benar saja, pukul sepuluh malam tamu tersebut datang. Lelaki itu datang ditemani satu orang laki-laki yang lebih muda. Mungkin asistennya.Sesuai yang sempat Rianti jabarkan sedikit mengenai lelaki itu--yang Diara ketahui sekarang bernama Steno. Benar, laki-laki itu memang sudah berumur, tapi masih sangat terlihat segar dan cukup menggoda. Jika dibandingkan dengan Endy ayah Bima, jelas Steno jauh lebih segalanya.Secara umur saja masih lebih muda Steno. Aura kewibawaannya lebih terpancar, mungkin karena Steno merupakan seseorang yang terpandang dan mempunyai jabatan. Awalnya Diara mengira sosok Steno adalah laki-laki tua yang memiliki perut buncit, tapi ternyata tidak. Meski lelaki itu sudah berumur, tapi yang Diara lihat lelaki itu seperti berumur tiga puluhan. Steno juga tidak memiliki perut buncit seperti yang Diara sempat pikirkan tadi. Perutnya rata, yah mungkin jika dikira-kira lelaki itu memiliki berat badan enam puluhan dan tinggi badan seratus t

    Last Updated : 2024-09-30
  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   14. Bersama om Steno (21+)

    Bibir itu masih bertaut panas bahkan sejak mereka melangkah disepanjang koridor hotel. Sampai di dalam kamar, Steno semerta-merta mendorong tubuh Diara ke atas kasur. "Aku sudah tidak tahan untuk menggaulimu, Diara." Lelaki itu membuka kancing kemeja dan menanggalkannya begitu saja. Dengan nafsu yang menggebu-gebu, pria tua itu menindih tubuh kecil dibawahnya. Kembali mencium bibir, lalu turun mengurusi leher jenjang si gadis sampai meninggalkan beberapa bercak kepemilikan di sana. Diara hanya pasrah menerima serangan bertubi itu. Ia mendesah kenikmatan. "Ouh ... Terus om." Mendengar perintah itu membuat hasrat Steno semakin melambung tinggi. Dengan kasar pria itu menarik ke bawah gaun yang dipakai Diara hingga melorot menampilkan dua asetnya. "Indah sekali Diara." Sejenak Steno terpana melihat dua bongkahan itu bahkan sampai membuat air liurnya hampir menetes. Diara tersenyum, jelas ia bangga dan senang mendengar pujian itu. Ia membalas. "Kalau begitu, nikmat lah sayang."

    Last Updated : 2024-10-01

Latest chapter

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   63. izin

    Jadi apa kata yang tepat untuk Diara berikan pada Echa, hm? Munafik 'kah? Ah ya, sepertinya kata itu cukup cocok untuknya.Echa memang munafik! Mengapa Diara bisa berkata demikian? Karena apa yang diucapkan olehnya sangat berbeda jauh dengan apa yang ia lakukan. Echa berucap kukuh ingin bercerai, tapi mengapa ia masih mau melayani suaminya itu di atas ranjang?Diara yakin Echa tidak terpaksa, Diara yakin wanita itu menikmatinya juga. Diara bisa mendengar dari bagaimana cara Echa mendesah semalam. Jelas sekali wanita itu sangat menikmati permainan yang diberikan oleh suami mereka.Dasar wanita plin-plan dan munafik!Setelah mengetahui keberadaan Zaenal, yang ternyata tengah bercinta dengan istri pertamanya. Diara tidak bersikap bar-bar dengan menggedor pintu kamar Echa dan membuat percintaan mereka berhenti. ia justru lebih memilih untuk kembali ke kamar yang ia tempati sendiri.Alasannya bukan karena Diara tidak berani, tapi ia hanya tidak mau membuang-buang energi untuk melakukan hal

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   62. Kesal

    Ternyata benar apa yang dipikirkan Diara. Kamar yang menjadi tempat istirahat sementarnnya merupakan kamar yang diperuntukkan untuk pembantu. Dari letaknya yang berada paling belakang saja Diara sudah dapat menebaknya, apalagi ketika ia sudah berada di dalamnya. Luasnya, isinya, semuanya sangat mirip dengan kamar yang dulu pernah Diara tempati ketika ia masih menjadi pembantu. "Ish benar-benar ya, Mas Zaenal tega banget ngebiarin aku tidur di tempat kaya gini. Padahal aku lagi hamil dan kondisiku lagi lemah.Diara tidak terima, tapi tidak bisa juga berbuat banyak untuk protes, karena memang hanya kamar ini saja yang tersisa. Ah, sudahlah untung hanya untuk sementara.Namun karena Diara tidak mau menderita sendirian, dan sebagai penebus rasa kesalnya. Ia terus memaksa Zaenal untuk tidur di sana juga.Awalnya lelaki itu terus beralasan, katanya ranjangnya terlalu kecil takut nanti Diara kesempitan dan tidak nyaman. Zaenal juga memakai alasan udara yang akan menjadi menipis dan pengap

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   61. Merajuk

    "Dasar wanita mandul menyebalkan!" Diara menggerutu pasalnya Echa tidak mau bertukar kamar dengannya. Wanita itu terus mendebat Zaenal hingga membuat suami mereka pusing dan akhirnya memilih mengalah. Diara tidak terima keinginannya tidak terpenuhi, lantas wanita itu ikut merajut yang membuat Zaenal semakin dilanda pening. Diara masa bodo melihat suaminya yang pusing. Lagipula salah sendiri kenapa malah mengalah dan menuruti istri pertamanya. sudah jelas-jelas yang hamil Diara. jadi seharusnya Zaenal lebih mengutamakan keinginannya bukan istri mandulnya itu. Ceklek! suara pintu terbuka membuat Diara yang terus menggerutu seketika terdiam. Ia melihat ke arah pintu, ternyata itu Zaenal. Sontak Diara membuang pandang ke arah lain. pokoknya ia ingin merajuk sebelum keinginannya terpenuhi. Zaenal menghela napas dengan kasar. Lelaki itu lalu menghampiri istrinya yang tengah merajuk. "Sayang, kamu laper gak? Mau makan apa?" Diara mendecih, wanita itu semakin dilanda kesal karena sang

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   60. Usaha menyingkirkan Echa

    Perlahan Diara membuka mata, hal pertama yang ia lihat setelah matanya terbuka dengan lebar adalah presensi Zaenal dengan wajah panik.Zaenal sudah melontarkan tanya, mengenai keadaan sang istri, namun alih-alih mendapat jawab, istrinya itu justru tidak mengindahkan dan malah mengedarkan pandangan--menelisik sekitar guna mengetahui keberadaannya sekarang.Diara tidak menemukan apapun yang berbau rumah sakit, aroma khas rumah sakit juga tidak tercium indra penciumannya. Ia mengenali ruangan ini dan ya, ternyata Diara berada di kamarnya sendiri--kamarnya di rumah sang suami.Jadi Zaenal tidak membawanya ke rumah sakit? Ah syukurlah, pasalnya Diara tidak mau menginap lagi di sana. Dan fakta ini sudah cukup menjawab pertanyaan yang sedari tadi bergelindang dalam benak, mengenai keadaannya sendiri. Bukankah sudah jelas membuktikan, bahwa tidak terjadi hal buruk pada dirinya dan kandungannya? Ah iya Diara yakin, pasti ia tidak apa-apa, sebab jika ia kenapa-kenapa ia tidak akan berada di sin

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   59. Echa akan kena masalah

    Walaupun Diara tidak keberatan atas keputusan Zaenal yang tidak ingin menceraikan Echa, namun tetap saja ia merasa penasaran dan ingin tahu apa-apa saja yang dikatakan Zaenal pada istri pertamanya itu.Sebagai pihak yang dirugikan dan disakiti, Diara yakin Echa pasti bersikukuh meminta untuk tetap berpisah. Dan sudah pasti juga bukan hal mudah untuk Zaenal membujuk istrinya untuk mempertahankan pernikahan mereka.Awalnya Zaenal enggan untuk menceritakannya, entah kenapa lelaki tidak mau bercerita. Tapi Diara terus memaksa, sehingga mau tak mau Zaenal pun menceritakan semuanya.Zaenal bilang, sebetulnya Echa masih sulit menerima. Tapi Zaenal tidak mau tahu dan tidak mau dibantah, lelaki itu juga sampai harus sedikit memberi ancaman agar Echa tidak berani mengajukan perceraian. Tentang apa ancamannya, Zaenal tidak memberitahukan secara detail, Diara juga enggan untuk bertanya lagi, namun yang pasti Zaenal berhasil membuat Echa menurut.Tapi Diara yakin Zaenal tidak hanya memberikan anca

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   58. Niat terselubung Diara

    "Gue kok kasian ya liat istrinya Mas Zaenal." Ucap Rianti, begitu ia beres membantu Diara berbaring dan bersandar di atas kasur, yang mulai hari ini resmi menjadi kamarnya. "Lo yakin gak mau mengurungkan niat?" Diara menatap sang sahabat yang kini duduk di sisi ranjang, kemudian ia gelengan kepala pelan. "Gak. Dia juga tega udah bikin gue dan anak gue celaka. Pokoknya gue mau dia harus tanggung jawab atas perbuatannya!" "Tapi Ra, menurut gue ini terlalu berlebihan. Lagian wajar kalau dia sampe kaya gitu ke lo. Soalnya lo udah ngerebut lakinya. Gue rasa semua istri yang suaminya direbut wanita lain, rata-rata pasti bakal ngelakuin hal yang sama." Ucapan Rianti tersebut membuat Diara terheran, pasalnya baru kali ini sahabatnya itu tidak sepemikiran dengannya. Rianti menentang keinginan Diara. Jujur saja Diara kurang suka sikap Rianti yang seperti ini, gadis itu seolah menyalahkan Diara. Padahal yang awalnya memberikan ide untuk merebut Zaenal dari istrinya adalah Rianti. Namun meng

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   57. Echa minta cerai

    "Kamu? Mau apa kamu ke rumahku?!" Echa bertanya setelah beberapa saat tadi hanya terdiam.Diara tersenyum kecut seraya berdecih, dalam hati ia membatin. 'Kau boleh bersikap angkuh sekarang, namun sebentar lagi kau pasti akan menangis darah! Huh..'"Aku akan--" Diara baru saja ingin menjawab, akan tetapi Zaenal sudah lebih dulu menghampiri sembari membawa barang-barang milik Diara.Sontak saja hal tersebut menyedot perhatian Echa. Diara bisa menangkap wajah istri pertama suaminya yang sangat kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini. Sepertinya Zaenal memang belum menceritakan rencana mereka. Diara menyunggingkan senyum dan hati ia bersyukur. 'baguslah, pasti akan lebih seru lagi.'"Mas!" Dengan wajah yang masih menatap bingung, Echa memanggil suaminya, agaknya wanita itu ingin menuntut penjelasan."Kita bicara di dalam!" Tukas Zaenal tegas.Echa menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tidak sudi rumahku diinjak wanita murahan ini!" Tunjuknya pada Diara dengan mata yang melotot."Ini r

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   56. Tinggal satu atap dengan madu

    Akhirnya hari ini Diara sudah diizinkan untuk pulang, setelah tiga hari dirawat. Rasanya sangat senang sekali, apalagi Zaenal menuruti keinginannya untuk tinggal di rumah yang ditempati oleh Echa. Ah Diara sangat tidak sabar, ingin bertemu dengan kakak madunya. Kira-kira bagaimana ya reaksinya nanti? Terkejut? Itu sih sudah pasti, tapi apakah Echa akan mengamuk? Atau mungkin malah pingsan karena saking terkejutnya? Tidak tahulah, pokoknya Diara sudah tidak sabar ingin bertemu. ia sudah tidak sabar ingin segera melihat wajah kekalahannya. Huh pasti sangat lucu sekali, bukan? Diara pastikan kali ini ia menang telak. Buktinya saja selama dirawat di rumah sakit, Zaenal selalu menemaninya, selalu ada di sampingnya. Paling-paling jika pergi hanya untuk urusan pekerjaan yang benar-benar mendesak saja dan tidak bisa diwakilkan oleh orang lain. Perhatian Zaenal sekarang semakin bertambah, ia jadi semakin over protektif. Ketika ia harus pergi, Zaenal akan meminta Rianti untuk menemani. Zaena

  • Sang Perebut Suami Orang (21+)   55. Echa harus tanggung jawab!

    "Sstt~" Diara seketika mendesis saat merasakan rasa nyeri itu lagi di bagian perut. Rasanya memang tidak begitu sakit seperti beberapa saat lalu, tapi tetap saja masih terasa sakit juga."Sayang, kamu sudah sadar?" Zaenal semerta-merta menghampiri. Diara tidak langsung menjawab pertanyaan, melainkan matanya mengedar ke seluruh ruangan--meneliti, dan ia baru menyadari bahwa kini dirinya sudah berada di rumah sakit.Ah Diara baru ingat, sepertinya tadi ia pingsan karena dorongan kencang yang dilakukan Echa. Sejurus kemudian matanya membelalak, ketika otaknya mengingat kejadian terakhir itu."Sayang, kamu gak apa-apa 'kan? Apa masih sakit?" Zaenal bertanya lagi, tapi Diara tidak menjawabnya melainkan meraba perutnya dengan panik. Diara takut anaknya gugur. Bisa gawat jika hal itu terjadi. Zaenal bisa saja meninggalkannya karena sesuatu yang mengikatnya sudah tidak ada lagi."Mas! Gimana anak kita? Dia gak gugur 'kan? Dia masih ada di perutku 'kan Mas?" Diara bertanya panik, sungguh ia ta

DMCA.com Protection Status