“Ra–Rachel?” tanya Ester yang kemudian berdiri dari tempat duduknya.Seolah Ester ingin memastikan apa yang baru saja disebutkan oleh sepupunya.“Iya, Rache.” jawab Gun.Gun merasa jika sepertinya Ester mengenal gadis bernama Rachel, yang dia temui.“Apa kamu kenal Rachel?” Tanya Gun, untuk memastikan.Ester dengan keras duduk kembali di kursinya.Dia duduk dengan keras karena dia merasa terkejut dengan nama yang sudah disebutkan oleh Gun.Mungkin dia memang menyimpan rasa untuk Radhis.Tapi dia juga tahu jika Radhis sepertinya sangat menyayangi istrinya.Belum lagi, terlepas dari Rachel adalah istri Radhis.Ester juga menganggap Rachel sebagai sahabat barunya.Hal itu membuat dia tidak menyangka jika semuanya akan menjadi seperti ini.Menjadi rumit.Rumit menurutnya karena dia tahu siapa Gun dan bagaimana tingkah lakunya.Karena itu dia merasa jika ini adalah sesuatu yang berbahaya.Berbahaya karena dia tahu bagaimana kelakuan dari Gun.Untuk Rachel, Gun bisa dipastikan adalah orang
“Tidak. Tidak ada apa-apa sayang.” Ucap Sea yang kemudian menempelkan wajahnya ke telinga Gun.Sea menahan semua rasa kesalnya.Rasa kesal dimana dirinya akan susah untuk bersanding dengan Adams.“Kalau begitu apakah kamu sudah siap?” tanya Gun.Sea menunduk, bersikap manis, tapi juga seolah menunggu untuk di terkam oleh Gun.Sampai pada akhirnya mereka melanjutkan aktivitas ranjang nya.Sementara itu, Adams kini sedang makan malam bersama nenek Xion, Marot, dan juga Nori. Tidak lupa juga, berada dalam gendongan Nori kini ada seorang balita, anak Sea.Mereka sebelumnya sudah merencanakan makan malam ini.Lebih tepatnya, nenek Xion.Itu karena dia, masih ingin tetap menjilat Adams sampai dirinya benar-benar mendapatkan dukungan dari Gun.Karenanya, nenek Xion mengajak Adams untuk makan malam bersama, sambil membicarakan beberapa kepentingan terkait Wish Corp.Nenek Xion juga menyuruh Marot untuk menjemput istrinya agar supaya Adams lebih merasa dianggap keluarga oleh mereka, dan semaki
Setelah beberapa menit, akhirnya Rachel kembali untuk turun ke lantai bawah, dengan langkah yang begitu berat.Dia sebenarnya tidak ingin untuk kembali, jika saja ibu nya tidak kembali ke atas untuk memanggilnya untuk kedua kalinya.Rachel tidak berdandan.Dia hanya mengganti pakaiannya dengan yang lebih tertutup, itu saja.“Tap.”“Tap.”“Tap.”Rachel berjalan dengan begitu pelan saat di tangga.Dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan mereka.Deon dan keluarganya.Rachel tahu jika, keberadaan mereka disana tidak lebih hanya untuk urusan yang tidak jelas, dan Rachel sangat tahu pasti akan hal itu.Itu tidak lain adalah akal-akalan ibunya untuk menjodohkan dirinya dengan Deon, meskipun dia sendiri sudah memiliki Radhis sebagai suaminya.Tania bukan nya tidak sadar jika menantunya kini bukanlah lagi seorang sampah dalam keluarga. Namun, satu hal yang membuat dirinya lebih memilih Deon adalah Tania merasa jika Deon bisa diatur sesuka hatinya, berbeda dengan Radhis yang berpendirian teg
“Apa yang kau lakukan?” Teriak Rachel seketika membuat Nanny keluar dari kamarnya.Sebenarnya.Sebelum ini Nanny masih ada di kamar karena sedang melaporkan kegiatan hari ini kepada Radhis. Termasuk, perihal disaat Gun datang untuk mencoba berbicara dengan Rachel tadi siang.“Tuan, Maaf! Saya harus perg.” Ucap Nanny dengan buru-buru menutup panggilan telepon dari Radhis saat dirinya mendengar jeritan Rachel.Saat keluar dari kamarnya Nanny tampak begitu khawatir dengan kondisi istri Tuan nya. Dia takut jika sesuatu yang buruk menimpa kepada Rachel.“Ada apa Nona?!” Tanya Nanny dengan ekspresi penuh akan kekhawatiran.“Apa yang sudah kau lakukan pada Nona Rachel?” Tanya Nanny dengan ekspresi wajahnya yang tampak penuh akan keseriusan.Deon seketika bergetar.Dia teringat bagaimana tangannya dulu, patah.Deon segera setelah itu hanya bisa diam dan tidak bisa berkata apa-apa.Nanny menghadap kembali ke Rachel.“Nona… apa yang sudah terjadi?” tanya Nanny kepada Rachel.“Tidak… Mungkin aku
“Kenapa kamu tampak malu?” Tanya Gun saat dia melihat Sea.“Ak–” Belum sempat Sea menjawab, ucapannya sudah harus terhenti karena, ponsel milik Gun berbunyi.Entah dari siapa panggilan itu, yang jelas, Gun tampak sangat serius saat menjawab panggilan itu. Membuat Sea penasaran, dari siapa panggilan itu berasal.“Sepertinya, kita harus pergi sekarang.” Ucap Gun sesaat setelah panggilan di ponselnya berakhir.“I–iya.” Jawab Sea dengan mengangguk manja.Sejujurnya, tidak tahu kenapa. Tapi, Sea seolah legah saat Gun mengajak dirinya untuk pergi dari sana.Di tempat yang berbeda.Rachel kini sedang bersiap untuk melanjutkan sesi pengambilan gambarnya.“Selamat pagi Nona.” Ucap Nanny, saat dirinya melihat Istri dari tuan mudanya itu sedang memakan sarapan paginya. Rachel kini memutar kepalanya ke arah Nanny.“Selamat pagi…” Jawab Rachel.Setelah itu mereka berdua makan bersama.Sudah biasa bagi Nanny untuk ikut makan bersama dengan Rachel.Tapi itu disaat Radhis tidak berada di dekat mere
***Tiba malam hari.Dengan berbalut gaun yang cukup cantik dan sedikit menggoda mata kaum laki-laki, Rachel kini sedang berada di ruangan makan pribadi, meloloskan pandangannya ke sekeliling untuk mencari teman-teman produksinya.Pada malam ini, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya, Rachel sedang menunggu untuk melangsungkan makan malam dengan para teman-teman produksi iklan yang dia bintangi.Namun, tanpa dia ketahui sebenarnya ini adalah sebuah rencana yang sudah direncanakan oleh Adams.Adams melakukan ini untuk menuntaskan tugas yang telah diberikan oleh Gun.Meskipun Gun sudah diperingatkan oleh Ester, namun sepertinya itu tidak menyusutkan niatnya untuk bisa mendapatkan Rachel.Selain itu, beberapa hari yang lalu dia juga telah diberitahu oleh Adams jika, suami Rachel terkenal sebagai seorang suami yang menumpang hidup pada istrinya.Karena itu dia merasa jika dirinya akan mudah untuk bisa menaklukan Rachel untuk menjadi miliknya.Dengan sedikit paksaan dan cara
Rachel kembali dari toilet dengan tetap hanya ada Adams dan Gun disana.Teman-teman produksi yang dibilang akan datang ternyata sampai sekarang, ternyata belum sampai juga.Entah belum, atau memang tidak datang.“Kenapa yang lain belum datang, juga?”Rachel masih berdiri di dekat pintu masuk dan bertanya dengan badan tidak bergerak sama sekali, selain tangannya yang bergerak ringan memasukkan ponsel kedalam tas.“Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa mereka belum datang juga sampai sekarang.”Adams menutupi beberapa hal dari Rachel.Termasuk hal dimana, sebenarnya pada saat ini semua teman-teman kerjanya tidak akan datang, karena sedari awal memang mereka semua tidak diundang ke acara makan malam ini.Semuanya mungkin diundang, tapi berbeda tempat dengan tempat mereka berada saat ini.“Kalau memang mereka tidak datang lebih baik saya–”“Tunggu!” Adams menghentikan Rachel, sebelum Rachel memutar badannya untuk pergi dari sana.“Jangan pergi dulu.”Adams berjalan mendekat ke arah Rachel.
Kini sudah hampir jam 5 pagi.Rachel terbangun dengan mengenakan piyama tidur berbahan satin lembut.Rachel terlihat kebingungan dan bertanya dalam hatinya, “Dimana aku sekarang?”Setelah beberapa saat meloloskan pandangannya ke sekitar, dia kembali bertanya.“Ini… Aku sudah berada di rumah?”“Nona sudah bangun?” tanya Nanny dengan membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan roti untuk sarapan Rachel.“Apa yang terjadi?” tanya Rachel mata yang sedikit membelalak.Rachel bertanya seperti itu karena dia melihat beberapa memar di wajah Nanny.“Tidak apa-apa Nona…” Jawab Nanny dengan meletakkan nampan yang Dia pegang di nakas samping tempat tidur Rachel.“Jam berapa sekarang?” Tambah Rachel bertanya kepada Nanny.“Sudah jam 5 pagi Nona.” Jawab Nanny yang masih ada seraut kekhawatiran di wajahnya.“Bagaimana kondisi Nona?” lanjut Nanny bertanya kepada Rahel saat kini dirinya menurunkan badannya seperti berlutut bertumpu pada lututnya.“Aku baik-baik saja, tapi kepalaku masih sedikit pusi
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia